........................
>Sekarang saya jadi mengerti juga mengapa di kampus sering terjadi 'perang'.
>(Sumber: Tulisan Pak Sudjoko, dosen ITB, di KOMPAS 18/10/03, hal. 12)
(1911 - ) U.S. educator and economist.Time Magazine
1. college or university site: an area of land that contains the main
2. school site: an area of land that contains the buildings and grounds of
3. site: a site on which the buildings of an organization or institution
Rent DVDs Online - Over 14,500 titles.
No Late Fees & Free Shipping.
2. Re: DUE-like bukan Semi-QUE
4. Re: Visitasi DUE-like
From: "Rhiza S. Sadjad"
5. Re: Picture Resize (Re: MEREKA YANG ENGGAN TERTIB)
6. Re: Picture Resize (Re: MEREKA YANG ENGGAN TERTIB)
7. Re: Re: Visitasi DUE-like
8. Visitasi DUE-like
9. Visitasi DUE-like
10. Permohonan maaf
11. Ungkapan
12. Ungkapan
13. Re: Re: Visitasi DUE-like
wrote:
>
> Saya tidak mempermasalahkan PIP (Pola Ilmiah Pokok)
> (yang sudah basi???), apakah kelautan, darat,
> dirgantara dsb.., selama si konseptor tadi mampu
> mempertahankan dan menjelaskannya di tengah
> para pemikir yang sangat berbeda-beda pola
> pikirnya itu.....
>
> Yang menarik bagi saya adalah istilah bertanggung
> jawab ke masyarakat....Dulu saya pernah jadi
> pemimpin di bidang pendidikan dan di organisasi
> profesi, ternyata pada prinsipnya memang benar
> bahwa pemimpin yang baik itu adalah pelayan
> dari yang dipimpinnya. Seharusnya demikian!!!
>
> Wassalam,
>
> Satriono
>
Pak Satriono yth., terimakasih sekali atas
tanggapannya. Memang benar sekali yang bapak
katakan, bahwa berkaitan dengan lembaga
pendidikan, isu sentral-nya adalah akuntabilitas-
nya sebagai "public institution", yang melayani
kepentingan publik. Jadi pertanggungjawabannya
harus kepada publik juga. 'Kan dana yang diserap
juga berasal dari dana masyarakat. Kerancuan
yang terjadi selama ini, pada PT Swasta,
pertanggungjawabannya ke Yayasan, sedangkan
pada PT Negeri, kepada pemerintah cq. Mendiknas.
Ini yang musti diubah. Saat ini banyak PT Swasta
besar yang mengalami "krisis" dengan Yayasannya.
Ada PT Swasta yang Yayasannya milik pribadi,
sehingga urusan pribadi pemilik Yayasan
mempengaruhi juga PT Swasta-nya. Contoh paling
anyar adalah pemecatan Rektor Univ. 45 akibat
urusan pemilihan Bupati Enrekang (!!! aneh,
tapi nyata). Nantinya "masyarakat" itu akan
diwakili oleh suatu Board of Trustees (Majelis
Wali Amanah) yang "menjaga" akuntabilitas PT.
Nah, ngomong-ngomong mengena'i masalah pemimpin,
pak, paling menarik kalo' obrolan "warung kopi"
kita ini menyangkut juga posisi UNHAS-1. Hehehe,
saya mau berfungsi sebagai "pengamat" di sini.....
Menurut pengamatan saya, saat ini calon yang
paling potensial di kalangan Dekan-Dekan
di UNHAS untuk posisi nomer satu di UNHAS itu
adalah Dekan bapak di FK. Setelah itu barangkali
Dekan FISIP atau (bakal calon) Dekan FKM, kalo'
beliau jadi naik. Sedangkan dari kalangan
Rektorat, yang jelas paling MAMPU dan capable
adalah PR III. Tapi yang paling MAU justru
PR IV.......putera mahkota yang paling disayang
Rektor sekarang, tapi kemampuannya sebagai
pemimpin (dilihat dari "track-record"-nya
selama ini), jelas masih jauh di bawah PR III.
Karena itu mungkin saja sudah dimulai strategi
"demarketing". Kenapa tiba-tiba dimunculkan
di unhas-ml soal DUE-like yang nyelonong
jadi Semi-QUE, saya kira harus dilihat dalam
konteks "demarketing" ini. Kalo' DUE-like-nya
FK gagal misalnya (tidak mungkin sih.....tapi
siapa tahu?), tentu ini adalah isu "demarketing"
paling bagus untuk Dekan FK. Satu saingan berat
bisa di-eliminir ....., 'kan gitu.
(Maaf, pak, soalnya 'kan lagi santer-santernya
"konvensi" GOLKAR di luar, jadi terpengaruh, nih,
........ pada skala kecil-kecilan di level UNHAS).
OK, pak Satriono, salam hangat......
Wassalam, Rhiza
rhiza@unhas.ac.id
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Message: 2
Date: Sat, 18 Oct 2003 02:29:14 -0000
From: "rhiza_sadjad"
Subject: Re: DUE-like bukan Semi-QUE
--- In unhas-ml@yahoogroups.com, "achax2000" wrote:
>
> Maaf, ikut co'do' rantasa, Ada Baiknya pa' Mappadjantji
> lebih sering menyimak acara manajemen Qalbu Aa Gym,
> biar bisa sedikit lebih dewasa dalam menanggapi
> kritikan dan lebih bisa melihat kekurangan diri
> sendiri
>
> Shaleh Abdurrazzaq
>
Salam kenal pak Shaleh....
Saya sangat mendukung pendapat bapak di atas,
serasa menyejukkan di antara posting-posting
"keras" di unhas-ml akhir-akhir ini.
Saya kira bukan hanya pa' Mappadjantji (ini
yang utamanya karena posisi beliau di jajaran
pimpinan UNHAS), tapi kita semua-lah juga
(termasuk saya tentunya), biar cuma "rakyat"
UNHAS biasa, perlu belajar-belajar me-manage
Qalbu pada Aa' Gym. Baca pagi ini di koran, saya
salut pada Aa' Gym yang dengan "cantik" bisa
menolak undangan Presiden Bush.....
Lebih-lebih lagi ini sudah menjelang bulan
suci Ramadhan, yah ....., perlu banyak-banyak
siraman rohani.
Wassalam, Rhiza
rhiza@unhas.ac.id
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Message: 3
Date: Sat, 18 Oct 2003 12:06:43 +0800
From: "Mahmud Ghaznawie"
Subject: Visitasi DUE-like
Salam dari Makassar
[Buat teman-teman yang telah berkirim e-mail via japri, sms dan menelpon saya, saya ucapkan terima kasih. Memenuhi permintaan teman-teman, ini saya ceritakan beberapa poin sehubungan dengan visitasi DUE-like yang 'heboh' itu]
Hari Sabtu, Minggu dan Senin yll Unhas kedatangan reviewer dari Dikti untuk mengevaluasi pelaksanaan DUE-like di Unhas. Mereka datang untuk bertemu dengan Pimpinan Unhas dan Fakultas (yang PS-nya dapat DUE-like), LPIU (Local Project Implementation Unit) dan P2T Unhas, Project Coordinator (PC) dan Person in Charge (PiC). Setelah bertemu pimpinan Unhas dan PS, Tim Monev (Monitoring &evaluasi) serta LPIU dan P2T di hari Sabtu, mereka bertemu dengan PC + PiC PS Kedokteran Minggu pagi dan sorenya bertemu dengan PC + PiC PS AN. Hari Senin kita berkumpul untuk mendengarkan wrap-up (rangkuman) hasil visitasi.
Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, issue strategis yang biasa dijadikan fokus adalah peningkatan Relevance, Academic atmosphere, Internal management, Sustainability dan Efficiency & productivity (biasa disingkat RAISE) di suatu PS. Setelah melakukan evaluasi diri & analisis SWOT dan merumuskan akar masalah di PS Kedokteran, PS Kedokteran merancang berbagai kegiatan untuk menanggulanginya, a.l.: mendesain ulang kurikulum, meningkatkan ketrampilan klinik, meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, meningkatkan suasana belajar, meningkatkan suasana mengajar dan meningkatkan kemampuan staf administrasi dengan memberikan berbagai pelatihan (misalnya aplikasi komputer, manajemen perkantoran dan pelayanan prima). Suatu kegiatan sudah barang tentu bisa berefek meningkatankan 1 atau 2 (bahkan lebih) komponen RAISE tersebut.
Kurikulum baru kedokteran Unhas sekarang disusun berdasar sistem/organ, bukan lagi disiplin (keilmuan). Kalau dulu orang belajar anatomi, faal, biokimia dll sampai tuntas, baru kemudian di tingkat berikut-berikutnya belajar bedah, penyakit dalam, dll, maka sekarang mahasiswa belajar alat/sistem pencernaan mulai dari anatominya sampai cara pemeriksaan, penyakit-penyakit serta pengobatannya. Demikian juga alat pernafasan, sistem pembuluhan darah dan jantung, sistem reproduksi, dll. Desain kurikulum baru ini berhasil mengurangi pengulangan, sehingga lama masa belajar bisa dikurangi (efisiensi). Dalam Proposal dan Project Implementation Plan (PIP) mendesain ulang kurikulum masuk dalam kategori meningkatkan Relevansi. Saat visitasi reviewer bertanya "relevans untuk siapa?" Dijawab "untuk stakeholder". Trus mereka bertanya lagi "siapa saja mereka?". Dijawab "para Kepala RS, Dinas, Puskesmas, Perusahaan, alumni, dosen, mahasiswa, dll. Kami terlebih dahulu mengadakan pertemuan dengan mereka ini". "Pelibatan stakeholder dalam menentukan kurikulum baru itu bagus sekali", kata mereka. Trus mereka bertanya "bagaimana dengan relevansi pada visi/misi Unhas sendiri?" Dijawab "kurikulum ini lebih ditekankan relevansinya dengan kebutuhan pasar seperti yang terungkap dalam pertemuan dengan stakeholder". Reviewer bertanya lagi "doter yang seperti apa yang mau dihasilkan FK Unhas?" Dijawab "dokter stem-cell, artinya multi-potent, bisa sebagai healer, manager, leader, inovator, dll" Bagaimana dengan relevansi pada visi/misi Unhas? " Dijawab "kita belum sampai kesitu. Masih kontroversi apakah ciri khas itu ditentukan di tingkat program studi (misalnya unggul akan penyakit tropis) ataukah di tingkat universitas (unggul akan kedokteran kelautan, apa pun juga artinya)". Reviewer cuma berkomentar boleh saja PS menentukan cirinya sendiri. Hanya saja, berarti PS tersebut perlu mencari dana sendiri, misalnya melalui penelitian, kerjasama, dll. Trus saya bertanya kepada reviewer yang berasal dari ITB, apa PIP ITB. Dia bilang "ITB itu pinter
[unhas-ml] Digest Number 1168.ems
Saya tidak mengerti sampai ada orang yang "menangkap pesan tersirat bahwa peningkatan pendapatan tidak semestinya dijadikan sebagai indikator keberhasilan, kecuali kita sudah menganut paham materialisme / hedonisme". Tapi biarlah.. Namanya juga manusia, salah tangkap kan bisa saja yakh... Sesungguhnya dalam pembicaraan dengan reviewer (baik dng pimpinan, di PS maupun saat wrap-up) SAMA SEKALI TIDAK pernah ada pembicaraan tentang peningkatan pendapatan staf pengajar. Justru mereka salut dengan dosen kedokteran yang begitu tinggi komitmennya. Pada hari Minggu masih mau datang. Reviewer salut dosen FK mau berjuang untuk mengembangkan PS-nya tanpa imbalan honor yang sepadan. Sulit mencari dosen FK di Indonesia yang seperti itu. [Catatan: PiC PS Kedokteran semuanya spesialis dan untuk ekstra kerja yang luar biasa seperti ini mereka cuma mendapat honor 250 ribu/bulan dipotong pajak]. Untuk mempertahankan sustainability, PS Kedokteran menekankan pada usaha mendapatkan dana untuk melanjutkan kegiatan kalau DUE-like selesai. Reviewer ingin agar usaha menjaga sustainability bukan hanya "fund raising" tapi lebih difokuskan pada masing-masing kegiatan yang berkaitan dengan 'good practices'.
Saya tidak mengikuti visitasi di PS AN. Tetapi, teman yang mengikuti di sana berkirim sms (semacam reportase) yang mengindikasikan kesulitan teman-teman di AN. Hal ini memang terungkap di waktu pertemuan wrap-up. Banyak kegiatan yang belum terlaksana tanpa justifikasi yang masuk akal. Alasan yang dikemukakan a.l. dana terlambat turun. Repotnya, kegiatan yang tidak memerlukan dana juga tertunda. Misalnya "English day". Ini kan ngga perlu dana. Eee, mereka bilang belum dilaksanakan lokakarya untuk membuat internal regulation untuk menentukan itu. Lha, bikin English day aja koq perlu lokakarya bikin aturan segala. Itulah makanya reviewer bilang PC dan PiC di AN perlu lebih kreatif dan inovatif. Kesulitan lain juga dihadapi rekan-rekan di AN karena bilang kalau kuliah bahasa Inggris sudah dimulai, ketika ditelusuri lebih lanjut ternyata belum. Trus mereka berkelit dengan mengatakan "maksudnya dalam kuliahnya dosen ybs menggunakan istilah-istilah bahasa Inggris".. Sebetulnya masih banyak lagi komentar mereka akan hasil visitasinya di AN. Tapi, ngga perlulah kita ungkap disini.
Pada saat wrap-up Rektor lagi di luar kota. Demikian pula PR I. Saya ngga tahu persis kemana PR II dan PR III. Yang jelas acara tersebut dipimpin oleh PR IV. Setelah reviewer membacakan laporan visitasinya, ada beberapa pertanyaan (klarifikasi) atau komentar singkat dari hadirin. Dekan FK, PD I FK, Dekan Sospol dan PC AN angkat bicara. Semua komentar atau pertanyaan mereka dicatat oleh Reviewer. Setelah semua selesai, giliran PR IV berkomentar. Saya ngga bisa merecall persis apa yang dia sampaikan karena dia ngomong cepat dan bernada 'marah-marah'. Tapi ada beberapa poin yang dia sampaikan (kalimatnya mungkin tidak sama persis, tapi isinya beginilah yang saya tangkap), a.l. "kalau Unhas sudah kreatif dan inovatif, maka Unhas tidak perlu DUE-like", "sebetulnya kalau pemerintah pusat mau membantu, beri saja kami duitnya", "tahun depan DUE-like tidak ada lagi dan digabungkan dengan SP4?", dll. PR IV juga meminta tayangan yang menyangkut kurikulum PS Kedokteran dengan visi Unhas dibuka ulang. Disini PR IV sempat bilang "ini kentara sekali kalau reviewer tidak menguasai visi/misi-nya Unhas". Karena ngomongnya cepat dan sulit ditangkap apa maunya, sementara reviewer perlu mencatatnya untuk disampaikan di Jakarta, reviewer sampai pernah bertanya "jadi apa yang musti saya tulis disini pak?". Selesai pertemuan yang tidak happy ending itu, salah satu reviewer berkata "yakh, kita sampaikan saja nanti di Jakarta kalau Unhas ngga perlu DUE-like". Saya spontan menjawab "dia mungkin ngga butuh, tapi kami -Program Studi- membutuhkan..!!" Kalau saja PR IV waktu itu menyampaikan komentarnya dengan lebih tertata, arif, tidak 'meledak-ledak' dan emosional, dalam kalimat yang jelas kaitan satu sama lainnya, menunjukkan sikap santun terhadap tamu, barangkali situasinya tidak serunyam itu. Barangkali itulah yang dimaksud oleh salah seorang reviewer sebagai 'soft skill'.
Sesungguhnya, apa yang ditulis reviewer adalah poin-poin yang sudah kami diskusikan di PS saat visitasi. Bagi kami tak ada suatu yang baru. Kita kan sudah mendikusikannya saat visitasi. Jadi, bagi kami tidak ada yang perlu diperdebatkan. Tidak juga ada alasan bagi kami untuk merah telinga karena semuanya benar. Ini hanya seperti pembacaan notulen sidang saja, makanya dari awal reviewer bilang kalau tidak ada lagi diskusi. Kami tidak berkomentar karena kami sudah tahu masalahnya, bukan karena kami takut.
Nah pak Rhiza dan rekan-rekan lain, begitulah ceritanya. Kenapa pada komentar awal saya terhadap tulisan MA saya katakan tidak tertarik menanggapi, karena judul dan isinya salah. Sudah isinya keliru, judulnya keliru lagi. Semi QUE dan DUE-like itu beda sekali lho... Insya Allah kesempatan lain akan saya tulis berbagai projek kompetitif, perbedaaan dan ciri masing-masing. Sebagai orang yang pernah menjadi internal reviewer, saya tahu persis betapa PS di Unhas ini masih sangat rendah kapasitasnya dalam membuat evaluasi diri, merumuskan masalah untuk kemudian membuat rencana kegiatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Saya tidak ingin mengecilartikan kemampuan teman-teman, tapi kenyataan program studi yang punya orang potensial tadi selalu lolos. Orang-orang pintar di Unhas, seperti pak Dadang, pak Junaedi, pak Iqbal, Prof Alfian, dll tahu persis kalau pekerjaan ini tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang. Apalagi kalau tanpa kerjasama yg solid di PS-nya.
Bagaimana akibat pernyataan PR IV? Insya Allah ngga ada masalah. Menurut info yang saya terima, ternyata orang Dikti sudah tahu kalau PR IV Unhas orangnya memang seperti itu. Mereka jadi ingat akan 'kasus' serupa pada TPSDP Unhas yang mengakibatkan Rektor mengirim pak Muis dan pak Junaedi untuk menyampaikan pesan Rektor bahwa Rektor Unhas komit mendukung TPSDP dan bersedia menyediakan DRK (dana pendamping). Tentang bagaimana komentar reviewer sudah saya sampaikan pada e-mail sebelumnya (FYI), a.l. mereka mengatakan pentingnya soft skill dan yang lain mengatakan semoga good luck kepada saya kalau dia (PR IV) jadi pimpinan saya.
Udah dulu ah ya... Kalau ada teman yang ingin menanyakan sesuatu, saya persilahkan.... Sudah barang tentu cerita sesungguhnya lebih panjang dari yang bisa saya tulis disini.
Wassalam,
Mahmud Ghaznawie
[Non-text portions of this message have been removed]
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Message: 4
Date: Tue, 14 Oct 2003 16:01:22 +0800 (BORT)
From: "Rhiza S. Sadjad"
Subject: Re: Visitasi DUE-like
Salam dari Makassar !
Wah, pak Mahmud, terimakasih sekali atas tayangan
yang panjang lebar dan sangat jelas informatif
tentang peristiwa visitasi DUE-like yang
"heboh" tersebut. Pengalaman tersebut sangat
berguna bagi kami untuk mempersiapkan diri
menghadapi visitasi TPSDP. Yang melegakan
saya, kelihatannya para reviewers itu ternyata
tidak "menakutkan", yah, mereka kok ndak
terlihat seperti "mengancam" akan memutuskan
proyek. Jadi tidak ada alasan buat kita
"takut" kepada reviewers seperti yang dituduhkan
oleh PR IV, kita tunjukkan saja apa adanya....
Yang saya khawatir justru sikap yang ditunjukkan
oleh pimpinan UNHAS sendiri, khususnya PR IV
yang jelas-jelas telah merusak citra UNHAS
di mata reviewers. Ini malah yang bisa-bisa
mengakibatkan putusnya Proyek. Atau memang
ini satu kesengajaan yang dilakukan oleh
PR IV, yaitu berusaha menggagalkan semua
proyek pengembangan seperti DUE-like, Semi-QUE,
TPSDP yang dari Dikti, sehingga bisa tegak
di UNHAS yang namanya "kemandirian lokal" .....???
Artinya "mandiri"="kasih saja duit-nya, tapi
jangan di-review hasilnya" ????
Kalo' demikian halnya, saya betul-betul
berharap PR I ada nanti pada saat visitasi
TPSDP, jangan sampai PR IV lagi yang menghadapi
reviewers. Dari pengalaman pak Mahmud tersebut,
saya nanti harus mem-"brief" para reviewers
sebelum mereka me-rekap hasil temuannya
di Rektorat, agar mereka "hati-hati" dengan
sikap pimpinan UNHAS yang "tidak bersahabat".
Kalo' perlu saya print-kan saja "report"
pak Mahmud untuk jadi bacaan para reviewers.....
Saya sungguh prihatin dengan sikap PR IV,
mudah-mudahan cepat sadar-lah, yah ....
Wassalam, Rhiza
rhiza@unhas.ac.id
http://www.unhas.ac.id/~rhiza/
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Message: 5
Date: Sat, 18 Oct 2003 13:12:38 +0800
From: Tahir Ali
Subject: Re: Picture Resize (Re: MEREKA YANG ENGGAN TERTIB)
Satriono wrote:
>At 06:16 AM 10/17/03 +0000, Elextra Komputer Makassar (h-yahoo!) wrote:
>
>
>>sekedar tips..
>>Kalo kebetulan pakai Win XP ada fasilitas yang namanya "Picture
>>Resize" bisa set ukuran file picture dan kualitasnya tetap bagus.
>>Caranya klik kanan mouse pada file yang akan diedit kemudian tinggal
>>pilih ukuran yang diinginkan.
>>atau cara lainnya, klik kanan file gambar dan pilih send to: mail
>>recipient.
>>setelah itu outlook express akan menanyakan apakah file tersebut akan
>>diperkecil atau dibiarkan aja.
>>semoga berguna.
>>
>>
>
>Bisa juga dengan Program Pengolah gambar/foto sederhana tapi cukup bagus
>yaitu Photo Editor
>Untuk meng installnya sbb (MS office sudah terinstall sebelumnya)
>
>Start
>Settings
>Control Panel
>Add/Remove Programs
>
>Microsoft Office 2000 Premium
>Add/Remove...
>
>Office Maintenance Mode
>select : Add or Remove Features
>
>Microsoft Office
> Office Tools
> Microsoft Photo Editor
>
>Program ini sangat sederhana dibandingkan Corel Draw/Photopaint atau
>Program photo editor canggih lainnya.
>Tapi cukup memadai untuk resize, berbagai efek, merubah ke black and white
>dsb, dsb.....
>Silakan coba .....
>
>
>
>Wassalam,
>
>Satriono
>
>
Ass. Wr. Wb.
Saya sering pakai program lview... lumayan gratis juga pak... just info.
Dostları ilə paylaş: