Dasar Dasar Perencanaan Dakwah


wa yakfuruu minazulumati jahiliyati ilaa nuuril islam



Yüklə 0,87 Mb.
səhifə4/17
tarix26.07.2018
ölçüsü0,87 Mb.
#59540
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   17

... wa yakfuruu minazulumati jahiliyati ilaa nuuril islam


Pada akhirnya tujuan dari dakwah adalah mentransformasi masyarakat yang jahiliyah (dalam hal ini belum tersirami oleh nilai Islam secara utuh) menuju masyarakat yang tercerahkan oleh cahaya Islam. Masyarakat seperti ini sering kali disebut sebagai masyarakat madani. Bila berbicara tentang masyarakat madani, kita merujuk pada tulisan KH. Mas’oed Abidin yakni mengenai “Implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Beliau menerangkan bahwa madani mengandung kata maddana al-madaina, banaa-ha (membangun) atau hadhdhara (memperadabkan), dan tamaddana (menjadi beradab) yang nampak dalam kehidupan masyarakat yang berilmu (rasional) serta memiliki rasa (emosional) baik secara individu maupun kelompok, serta memiliki kemandirian (kedaulatan/harga diri) dalam tata ruang dan peraturan-peraturan yang saling berkaitan.

Merujuk pada referensi lain, pada tulisannya “Menuju Masyarakat Madani”, cendikiawan muslim Nurcholish Madjid menyatakan bahwa secara konvensional perkataan madinah memang diartikan sebagai kota. Tetapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna peradaban. Dalam bahasa Arab, peradaban memang dinyatakan dalam kata madaniyah atau tamaddun, selain dalam kata hadharah.

Karena itu tindakan Rasulullah mengubah nama Yastrib menjadi Madinah pada hakikatnya adalah sebagai sebuah pernyataan niat atau proklamasi bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat yang beradab.

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat berbudaya dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlaq dan memiliki peradaban. Mereka melaksanakan ajaran agama (syariah) dengan benar. Agama (Islam) tidak dibatasi oleh ruang semata, seperti masjid, langgar, pesantren atau majelis ta’lim, namun agama juga menata gerak kehidupan nyata berupa tatanan politik pemerintahan, sosial-ekonomi, seni budaya, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan, dan teknologi untuk mewujudkan masyarakat yang hidup senang dan makmur dengan aturan atau syariah yang melindungi hak-hak pribadi, kepemilikan, dan hak-hak sipil masyarakatnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat kuat, berpendidikan, dan berpandangan kota, meskipun mereka mendiami daerah pedesaan.

untitled

Seperti nampak jelas dalam tatanan masyarakat Madinah el Munawwarah dimasa kepemimpinan Nabi Muhammad, itulah bentuk masyarakat yang ingin dibangun di dalam kampus. Rekayasa dakwah di kampus adalah bagaimana mewujudkan satu tata nilai Islam yang utuh di dalam lingkungan kampus. Mewujudkan masyarakat kampus yang menjadikan Islam sebagai petunjuk jalan bagi kehidupan. Menjadikan Islam tidak hanya ada di masjid, akan tetapi juga menjadi bagian menyeluruh dalam civitas academica. Islam berkembang di kelas, lab, kantin, studio, dan di seluruh penjuru kampus.

Selain itu rekayasa dakwah di kampus juga mewujudkan kampus yang menempatkan Islam sebagai referensi utama dalam rujukan sains dan teknologi karena masyarakat kampus telah yakin bahwa Islam adalah sumber dari segala ilmu. Kampus menjadikan agama sebagai bagian dari keberhasilan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak lagi sekuler dalam memandang Islam dan ilmu pengetahuan. Agama telah menjadi bagian yang melekat dalam perkembangan riset yang dilakukan dalam kampus.

Dalam konteks kemahasiswaan, rekayasa dakwah kampus adalah mewujudkan pemimpin Islam yang kuat serta memiliki karakter. Mereka mengisi jabatan-jabatan strategis dalam kepemimpinan kemahasiswaan di kampus. Mereka tidak lagi berjumlah sedikit dan bergerak secara sembunyi-sembunyi, tetapi tampak jelas, menjadi inspirasi, serta menjadi orang-orang terdepan dalam pergerakan di kampus. Sebuah masyarakat kampus yang dipenuhi dengan toleransi dalam beragama dan pemikiran, yang bebas berekspresi akan tetapi tetap dalam koridor syariah. Mereka bebas berdebat dan tetap menghormati. Mereka cerdas dan tetap rendah hati.


Lembaga Dakwah

yang Harmonis dan Progresif


BAB 1




START UP

LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

Perkembangan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) di Indonesia yang semakin pesat menandakan pula perkembangan minat keislaman di kalangan terpelajar, yakni mahasiswa. Tercatat sudah ada lebih dari 800 LDK tersebar di seantero Nusantara yang telah memberikan warna tersendiri dalam perkembangan Islam. Dalam pertemuan FSLDK XV di Universitas Pattimura Ambon silam, tercatat lebih dari 500 peserta hadir dari berbagai penjuru tanah air, dengan jumlah peserta yang lumayan signifikan dari Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Pada bagian awal buku ini, saya akan memulai dengan memberikan tips sederhana bagi seorang aktivis dakwah kampus untuk mendirikan LDK dari awal dalam kondisi belum mengetahui medan kampus dan belum memiliki banyak sahabat seperjuangan yang akan bergerak bersamanya. Kondisi seperti ini sangat sering terjadi di kampus yang belum tersentuh oleh dakwah kampus. Tentunya menjadi sebuah tanggung jawab bagi seseorang yang memahami dakwah di sebuah kampus untuk memulai lahirnya embrio LDK di kampus tersebut.

Ada enam langkah perdana yang bisa kita lakukan untuk memulai sebuah LDK. Enam langkah sederhana berikut bisa dijalankan dengan bekal keyakinan dan konsistensi dalam berjuang.

Membentuk Kelompok Inisiator Awal

Langkah pertama adalah dengan membentuk kelompok kecil yang menjadi embrio pergerakan pendirian LDK. Kelompok ini terdiri dari beberapa orang mahasiswa dan mahasiswi yang nantinya akan bekerja bersama dalam menyusun rencana dan strategi dakwah untuk menebarkan nilai Islam di kampus. Anda bisa memulainya dengan mendekati teman kuliah Anda yang tampak rajin beribadah atau memiliki perhatian lebih terhadap Islam dan perkembangannya. Ajaklah mereka dengan cara yang persuasif dan ramah sehingga mereka yakin bahwa dengan mengorbankan waktu lebih untuk memikirkan Islam, mereka berarti telah mengorbankan waktu yang mulia. Melalui kelompok inilah Anda bisa memulai perencanaan strategi pendirian LDK di kampus Anda.

Langkah selanjutnya adalah menguatkan kelompok kecil ini agar memiliki keeratan persaudaraan Islam dan saling memahami satu sama lain. Langkah ini sangat perlu dilakukan karena untuk membangun sebuah LDK dibutuhkan konsistensi dari para pelaku dakwah itu sendiri. Selain menguatkan tali persaudaraan, kelompok kecil ini juga perlu saling belajar dan meningkatkan kapasitas keislamannya. Rasulullah pernah mencontohkannya saat memulai pergerakan Islam dengan para Ashabiqunal Awwalun. Pada masa tersebut pendalaman nilai keislaman langsung dilakukan oleh Rasulullah terhadap para sahabat. Dalam penguatan awal kelompok kecil ini, proses saling menasehati atau menyampaikan materi bisa dilakukan secara bergantian satu sama lain, atau dengan mengundang pemateri dari luar kelompok.



Dekati Tokoh Kampus dan Rektorat

Mendekati tokoh kampus merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan daya tawar dan memperkokoh posisi kelompok Islam di sebuah kampus. Dukungan dari para tokoh kampus seperti ketua BEM, mahasiswa berprestasi, atlet mahasiswa, dan sebagainya dapat memberikan sebuah kesan bahwa Islam bisa menjadi bagian dari kehidupan kampus. Islam tidak terpisah dari prestasi dan keberhasilan. Dengan cara inilah Islam bisa lebih dirasakan sebagai bagian dari masyarakat kampus sehingga secara tidak langsung nilai-nilai Islam telah tersebar kepada civitas academica.

Proses pendekatan kepada tokoh ini juga dilakukan oleh Rasulullah pada fase awal dakwahnya. Beliau mendekati berbagai tokoh seperti Abu Bakar dari kalangan bangsawan, Utsman bin Affan dari kalangan pengusaha, Ali bin Abi Thalib dari kalangan pemuda dan Hamzah bin Abdul Muthalib dari kalangan ahli perang. Semua ini dilakukan untuk memberikan dampak yang lebih besar terhadap persebaran nilai Islam di masyarakat Mekkah saat itu.

Begitu pula pada tahap awal pengembangan dakwah di kampus. Para tokoh kampus bisa menjadi perpanjangan tangan untuk menyentuh kalangan objek dakwah tertentu. Sebutlah ketua BEM yang dapat menyentuh para aktivis mahasiswa, atau mahasiswa berprestasi yang dapat memberikan citra positif pada dakwah Islam. Namun perlu diingat, jika diri kita yang sebagai embrio LDK merupakan tokoh di kampus, maka hal ini jauh lebih baik karena citra positif sudah melekat pada diri kita sendiri, sehingga kita tidak perlu mengandalkan ketokohan orang lain.

Selain itu dosen dan birokrat kampus juga perlu kita dekati. Langkah awalnya adalah dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu agar setidaknya ia mengetahui ada sekelompok kecil mahasiswa yang peduli pada Islam di kampus Anda. Jika proses pendekatan berjalan mulus, maka langkah selanjutnya adalah mengajak beliau untuk bergabung atau menjadi pengisi agenda dakwah yang diselenggarakan.



Perkenalkan diri ke LDK Sewilayah

Dukungan dari kampus lain dalam mendirikan LDK sangatlah penting terutama untuk bantuan pembinaan dan agenda syiar. Dengan dukungan dari kampus lain, sebuah kampus yang baru berkembang dapat meminta bantuan mentor untuk pendampingan pendirian LDK dan pembinaan mentoring, serta mendapatkan akses ke pemateri yang kompeten untuk mengisi acara syiar yang dilakukan.

Bergabungnya kelompok kecil ini ke dalam Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) sebagai forum antar LDK nasional akan memberikan akselerasi tersendiri bagi LDK yang baru akan berkembang. Pada pengalaman saya saat menjadi koordinator pusat komunikasi daerah FSLDK Bandung Raya, saya melakukan pendampingan selama enam bulan ke aktivis dakwah di sebuah kampus yang akan mendirikan LDK dari nol. Beberapa langkah yang saya lakukan saat itu antara lain:



  1. Menjadi mentor untuk kelompok mentoring kelompok kecil penggagas dakwah di kampus tersebut

  2. Mengadakan konsultasi rutin kepada para aktivis dakwah di kampus tersebut hingga mereka berhasil melegalkan sebuah LDK

  3. Memberikan suplai materi, contoh publikasi, hingga melatih softskill agar para aktivis di kampus tersebut dapat berkreasi lebih banyak

  4. Membantu akses jaringan ke ustadz yang berkapasitas untuk mengisi acara syiar di kampus tersebut.

Berkat izin Allah, selama enam bulan sejak pertemuan pertama saya dengan aktivis di kampus tersebut, ia mendirikan sebuah LDK dan mengelola penuh masjid kampus yang juga berperan sebagai markas dakwah di kampus tersebut. Pengalaman ini meyakinkan saya, untuk mengajak kepada para inisiator dakwah di sebuah kampus agar memperkenalkan diri ke FSLDK setempat agar dapat lebih cepat dalam mengakselerasi dakwah di kampus anda.




Menyusun Organisasi Kerja Sederhana

Kelompok kecil para penggagas dakwah kampus kemudian perlu dikelola dengan tepat. Buatlah organisasi kerja sederhana agar gerak dakwah yang dijalankan menjadi lebih rapi. Organisasi sederhana ini tidak perlu rumit, cukup dengan membagi peran sederhana seperti posisi ketua, sekretaris, bendahara, syiar dan kaderisasi. Tentunya jumlah posisi disesuaikan dengan jumlah SDM yang ada.

Tujuan dari menyusun organisasi ini selain untuk lebih merapikan gerak dakwah, juga untuk persiapan menuju legalisasi LDK. Dengan adanya struktur ini, masyarakat kampus akan menilai bahwa kelompok penggagas organisasi keislaman di kampus sudah siap untuk menjadi sebuah lembaga dakwah kampus. Tentu organisasi sederhana ini akan menjadi daya dorong tersendiri dalam mewujudkan eksistensi LDK di kampus.

Selain itu dengan adanya organisasi ini, kesempatan untuk mengajak lebih banyak mahasiswa dan mahasiswi lain bergabung dalam barisan dakwah kampus menjadi lebih terbuka. Mereka yang berhasil diajak bergabung dapat mengikuti pembinaan rutin dan beraktivitas di dalam kegiatan sederhana yang dibuat oleh para embrio LDK ini.




Mengadakan Kegiatan Keislaman secara Berkala

Organisasi kerja yang telah dibuat dapat lebih mengarahkan gerak dakwah sehingga memungkinan kita untuk mulai membuat beberapa program pembinaan dan syiar yang berkala dan terukur. Kegiatan pembinaan yang bisa dijalankan untuk para kader yang sudah bergabung antara lain mentoring, mabit, ta’lim rutin dan acara kekeluargaan. Sedangkan untuk kegiatan syiar, kita bisa mengadakan ta’lim rutin, mengelola mading kampus, berdakwah di dunia maya, dan outbound.

Kesinambungan antara pembinaan dan syiar secara perlahan akan membuat gerak dakwah kampus menemukan karakternya. Perlahan namun pasti anda akan memahami karakter mahasiswa yang menjadi objek dakwah di kampus Anda. Alhasil inovasi dan kreativitas baru dalam mengembangkan dakwah kampus pun akan berkembang. Kegiatan keislaman secara berkala ini akan memberikan sebuah pencitraan dan pengopinian kepada masyarakat kampus tentang keberadaan lembaga Islam dan urgensi adanya lembaga ini di sebuah kampus. Ini pula yang dilakukan oleh Rasulullah ketika berdakwah. Beliau membangun opini besarnya Islam terlebih dahulu pada era Mekkah. Lalu setelah 13 tahun berdakwah di Mekkah barulah Beliau melanjutkannya dengan mendirikan institusi Islam berupa lembaga pemerintahan saat berada di Madinah.



Mempersiapkan Legalisasi

Langkah terakhir dalam mendirikan LDK adalah mempersiapkan langkah legalisasi LDK di kampus. Legalisasi ini adalah bukti pengakuan secara formal yang memberikan banyak kesempatan dan kemudahan dalam berdakwah. Status legal ini akan memberikan kita kemudahan menggunakan nama kampus untuk mengadakan kegiatan atau mencari dana dakwah. Gerak dakwah di kampus pun menjadi lebih nyaman dan bebas karena telah mendapat status yang legal dan jelas.

Langkah untuk legalisasi tentunya harus merujuk pada peraturan di kampus masing-masing. Syarat standar yang sering diperlukan antara lain adalah kriteria jumlah anggota, adanya bentuk organisasi sederhana, profil lembaga, serta memiliki dosen pembina. Usahakan untuk memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan di kampus Anda. Kemudian mulailah mengurus secara administrasi pelegalan LDK Anda. Dengan demikian setelah legal LDK akan siap untuk bergerak lebih harmonis.



In harmonia progressio.
BAB 2




DASAR-DASAR PERENCANAAN

DAKWAH KAMPUS
Kejahatan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan

yang tidak terorganisir.”

Ali bin Abi Thalib
Perkembangan aktivitas dakwah di kampus yang semakin terbuka, dinamis, dan progresif membutuhkan kejelian dan kecerdasan tersendiri di dalam diri para kader dakwah yang melaksanakannya. Pergolakan demi pergolakan, langkah maju maupun mundur dari sebuah gerakan dakwah, sangat dipengaruhi oleh sejauh mana para kader mempersiapkan agenda dakwah dengan matang. Jangan sampai kader bergerak sporadis dengan modal semangat saja, yang pada akhirnya hanya menerima hasil yang tidak sebanding dengan potensi yang dimiliki.

Pernah saya jumpai sebuah LDK yang tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun. LDK ini hanya menjalankan agendanya seperti rutinitas biasa yang tidak terarah. Terkadang para kadernya telah cukup puas dengan keberhasilan sesaat pada tahun tersebut sehingga kebijakan yang diambil untuk tahun mendatang sekedar meng-copy-paste agenda tahun sebelumnya dengan harapan bisa menuai hasil yang serupa.

Apakah kita menghendaki LDK yang kita kelola hanya mengulang kesuksesan yang ada? Mungkin secara kasat mata, akan ada pemikiran bahwa mengulang kesuksesan yang sama tahun lalu adalah sebuah kebaikan atau suatu hal yang dikehendaki. Akan tetapi sejatinya pemikiran tersebut bukanlah pemikiran yang baik. Sebuah LDK harus bisa membuat perubahan dari tahun ke tahun. Sebuah LDK harus berani bereksperimen dari tahun ke tahun. Sebuah LDK harus mampu mengalami eskalasi skala dan kualitas dakwah setiap tahunnya.

Untuk itu semua, diperlukan sebuah perencanaan dakwah dalam skala tertentu, mulai dari perencanaan tahunan, tiga tahunan, enam tahunan, atau jika memungkinkan hingga satu dekade mendatang.



Perencanaan adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup ini. Begitu pula bagi sebuah LDK. LDK memerlukan perencanaan dalam penyusunan agenda dakwahnya. Seorang bijak pernah berkata, “Perencanaan masa depan hanya bisa dipikirkan untuk orang dengan level ekonomi menengah ke atas, akan tetapi untuk level ekonomi rendah hanya bisa merencakan hidup mereka di hari esok”. Maksudnya adalah sebuah LDK yang masih muda biasanya sulit memikirkan rencana jangka panjang, maka cukuplah dengan merencanakan agenda dakwah untuk tahun berikutnya. Sedangkan LDK yang sudah stabil memiliki potensi untuk merencanakan agenda dakwahnya bahkan hingga lebih dari dua tahun berikutnya.

Akan tetapi, perlu dipahami bersama, setelah saya melihat kembali beberapa data tentang perkembangan LDK di Indonesia, LDK bisa memiliki perencanaan jangka panjang bersama. Perencanaan dari LDK yang sudah stabil bisa digunakan untuk LDK muda dengan sedikit penyesuaian. Oleh karena itu, bijak kiranya bagi kita semua untuk saling berbagi mengenai perencanaan dakwah yang dilaksanakan di LDK kita masing-masing.

Perlu diperhatikan pula bahwa dalam melakukan perencanaan tidak perlu dibuat kompleks dan detail sekali. Yang terpenting adalah arah dan jalur yang digunakan. Biarkan perencanaan itu berkembang dalam pelaksanaannya, karena banyak sekali variabel yang mungkin terjadi dalam perjalanan implementasi perencanaan tersebut. Dengan menggunakan bahasa perencanaan yang global, para penerus kita juga bisa banyak berkreasi tanpa terkotak-kotak dengan pemikiran kita yang belum tentu cocok dengan kondisi mereka di masa yang akan datang.




Bagian berikut akan memaparkan bagaimana proses perencanaan dakwah kampus yang baik berdasarkan literatur dan pengalaman yang saya alami. Perencanaan yang baik akan menghasilkan keberhasilan dan kegagalan akan sebuah tujuan selalu disebabkan oleh kegagalan dalam perencanaan. Rasulullah selalu mengajarkan untuk melakukan perencanaan yang matang sebelum menjalankan perjuangan, sebagaimana contoh yang dikenal luas saat di Perang Uhud dan Perang Khandak saat pasukan Islam berhasil membuat taktik perang yang jitu.


Data Akurat


Siklus Perencanaan Dakwah

Mengumpulkan Data

Seperti tampak pada skema di atas, data memiliki peran pada semua tahapan perencanaan, sebab datalah yang membuat proses pengambilan kebijakan menjadi ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan.

Namun di budaya kita data tampaknya belum dijadikan sebuah hal yang berharga. Sering kali data hanya menjadi suatu dokumen lewat yang tidak bermanfaat. Sebetulnya bukannya data itu tidak bermanfaat, kita sajalah yang kurang mengerti akan arti dari data itu sendiri.

Keberadaan data sangat berguna dalam pengambilan kebijakan. Ketiadaan data yang layak membuat rapat LDK sering kali memanfaatkan asumsi yang salah. Pada sebuah contoh kasus, seorang pemimpin dakwah mencetuskan bahwa banyak sekali mahasiswa muslim yang tidak suka pada LDK. Akhirnya pembahasan rapat berkutat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Setelah diambil data beberapa waktu kemudian, ternyata yang tidak suka pada LDK hanya 1% dari mahasiswa muslim. Jumlah yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan 99% mahasiswa muslim yang senang pada LDK. Asumsi yang salah kerap kali membuat kebijakan dakwah kita kurang tepat.

Oleh karena itu mulai dikembangkan di LDK saya suatu biro yang khusus menangani data. Mengenai bentuk data yang dikumpulkan, akan saya coba bagi menjadi dua jenis yakni data rutin dan data eksidental.



  • Data Rutin

Data rutin diperlukan LDK untuk mengetahui perkembangan sebuah keadaan. Data rutin ini diperbaharui pada setiap periode yang telah ditentukan. Isi data rutin bersifat pasti. Contohnya, jumlah mahasiswa muslim yang ikut mentoring, peserta ta’lim rutin program studi, jumlah kas lembaga dakwah, jumlah mahasiswi muslim yang berjilbab, dan lain sebagainya. Hasilnya bisa dirangkum ke dalam buku data LDK. Data tersebut dapat dimanfaatkan di rapat LDK agar proses pengambilan kebijakan lebih tepat.

  • Data Eksidental

Data eksidental adalah data yang berbasiskan kebutuhan yang diambil sesuai dengan momen tertentu. Data eksidental berperan dalam pengambilan kebijakan jangka pendek. Contohnya, penentuan tema buletin bulanan, tema ta’lim yang diharapkan, daya keberterimaan LDK di kampus, dan lain sebagainya.

Setelah mengenal jenis data, berikut akan saya jelaskan dua metode pengambilan data yang dapat kita lakukan, yakni metode sensus dan survei.



  • Sensus

Pada konsepnya sensus adalah pengambilan data secara menyeluruh, dengan melibatkan semua populasi untuk memberikan datanya. Pada jenis metode sensus ini, data yang dihasilkan berupa data kuantitatif. Sering kali pula metode ini digunakan untuk mengumpulkan data rutin karena pihak pengelola data harus memeriksa satu per satu kondisi responden. Kerjasama semua lapisan dakwah dibutuhkan di metode jenis ini.

Di LDK saya, GAMAIS ITB, data sensus dirangkum dalam sebuah buku data yang kemudian diberikan kepada pengurus lembaga dakwah program studi. Selanjutnya mereka mengisi data tersebut secara detail. Pada proses pengambilan data sensus ini, seluruh mahasiswa betul-betul terlibat di dalamnya. Contohnya pada data jumlah mahasiswa muslim yang ikut mentoring, tentunya kita harus mengidentifikasi siapa saja yang muslim, lalu memeriksa mahasiswa mana yang ikut mentoring.



  • Survei

Survei adalah metode pengambilan data dengan menggunakan sampel. Data eksidental biasanya didapat melalui metode survei karena memang yang menjadi sasarannya adalah pengambilan sampel. Sampel berarti sumber data atau responden yang hanya berasal dari sebagian anggota populasi. Pada pelaksanaan survei ini ada dua hal penting yang harus kita perhatikan, yakni jenis pertanyaan yang akan diajukan serta teknik pengambilan sampelnya.

Penyusunan kata demi kata dalam kalimat pertanyaan adalah hal yang utama. Kita perlu memberikan pertanyaan yang friendly dan mudah dipahami agar jawaban yang diberikan juga tepat. Pemilihan jumlah pertanyaan juga harus sesuai agar tidak ada pertanyaan yang mubazir atau tidak berguna dalam pengelolaan data nantinya.

Sedangkan pada teknik pengambilan sampelnya, ada banyak metode yang bisa digunakan. Untuk memahami dengan lebih komprehensif, saya merekomendasikan buku “Statistical Analysis” karangan Sam Kash Kachigan.

Pada dasarnya metode sampling ini sangat mudah konsepnya. Hanya saja terkadang aplikasinya sering kali melanggar prinsip yang ada. Sebagai contoh, pada sebuah program studi yang berjumlah 400 mahasiswa, Anda bermaksud mengadakan sebuah ta’lim dengan sebelumnya mengambil sampel untuk menentukan temanya. Anda telah membuat pertanyaan dan akan melakukan sampling.

Bagaimana melakukannya?

Dalam sampling, angka 10% dari populasi sudah bisa menunjukkan keterwakilan dan kelayakan data. Maka, 10% dari 400 adalah 40 orang. Anda bagi 40 orang ini dengan jumah angkatan yang ada. Biasanya ada 4 angkatan yang masih aktif di sebuah program studi. Hasilnya akan didapatkan angka 10 orang untuk setiap angkatan. Selanjutnya Anda bisa menggunakan dua metode untuk menentukan siapa yang akan Anda mintai mengisi kuesioner.

Pertama, Anda punya undian bertuliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM). Undi saja 10 orang untuk setiap angkatan. Siapa yang NIM-nya muncul akan jadi sampel untuk mengisi kuesioner Anda. Cara lain bisa pula dengan menentukan mahasiswa dengan NIM kelipatan 10 (10, 20, 30, dst) akan mendapatkan hak untuk mengisi kuesioner.

Dapat Anda nilai bahwa pada contoh tersebut setiap mahasiswa memperoleh kesempatan yang sama untuk mengisi kuesioner. Jangan sampai sampling itu hanya diberikan secara acak namun hanya kepada orang-orang terdekat saja sehingga objektivitas tidak bisa dipertanggungjawabkan.




Yüklə 0,87 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   17




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin