Dasar Dasar Perencanaan Dakwah


Menganalisis Kondisi Internal dan Eksternal



Yüklə 0,87 Mb.
səhifə5/17
tarix26.07.2018
ölçüsü0,87 Mb.
#59540
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   17

Menganalisis Kondisi Internal dan Eksternal

Pada perencanaan tahap pertama, kita perlu melihat potensi dan kelemahan LDK kita (dilihat dari segi internal), serta menilai daya dukung dan tantangan yang datang dari luar (dari segi eksternal). Istilahnya oleh para ahli manajemen adalah pengidentifikasian SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).

Dalam tahapan ini kita harus mampu melihat potensi yang dimiliki LDK kita, seperti jumlah kader yang banyak, LDK sudah legal, atau dana dakwah yang mencukupi. Selain itu juga melihat kelemahan yang ada. Tentunya dengan harapan bisa diperbaiki di masa yang akan datang, sehingga LDK bisa membuat kebijakan yang lebih tepat. Sebagai contoh, kader banyak yang belum memiliki pemahaman dakwah yang komprehensif, atau adanya kelompok yang antipati terhadap LDK.

Setelah memperhatikan keadaan internal, maka LDK perlu memperhatikan keadaan eksternal berupa daya dukung dari luar, misalnya seperti adanya Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) yang siap mengakselerasi LDK. Selain itu juga dengan memperhatikan hambatan dan tantangan dari luar, seperti tuntutan akademis yang semakin tinggi. Perlu diingat kembali, bahwa semua tinjauan ini harus disertai dengan data dan fakta yang jelas.




Perumusan Grand Design Dakwah



Grand Design Dakwah (GDD) adalah gambaran umum mengenai pola dan arah gerak LDK di beberapa tahun mendatang. Lamanya tahun yang direncanakan sesuai dengan kemampuan LDK masing-masing. Bentuk penyusunannya bermula dari konsep yang meliputi keseluruhan gerak umum LDK dengan penentuan visi, misi, sistem, alur, dan sebagainya. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan yang lebih bersifat khusus, tergantung dengan sektor-sektor yang ada di LDK.

Yang saya ketahui, LDK yang sudah pernah membuat GDD belum terbilang banyak. Sebutlah GAMAIS ITB yang memiliki Blue Print GAMAIS ITB 2008-2013, serta SALAM UI yang memiliki Manajemen Mutu SALAM UI (MMS SALAM UI). Perumusan GDD ini bertujuan agar ada pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari LDK kita sehingga para penerus di masa yang akan datang bisa melanjutkan perjuangan kader-kader sebelumnya.





Menentukan Parameter Keberhasilan

Parameter keberhasilan ini diharapkan bisa menjadi pedoman kuantitatif maupun kualitatif target keberhasilan di setiap periode. Jika perencanaan dibuat untuk tiga tahun, maka perlu ada target pencapaian per satu tahun. Berikut ini adalah contoh parameter keberhasilan yang digunakan di GAMAIS ITB.
Tabel Parameter Keberhasilan

Kader LDK GAMAIS ITB

Aspek

2008

2009

2010

Kualitas dan Kuantitas Kader

  1. 50% mahasiswa muslim S1 ITB adalah kader mula

  2. 45% kader mula menjadi kader muda

  3. 40% kader muda menjadi kader madya

  1. 60% mahasiswa muslim S1 ITB adalah kader mula

  2. 50% kader mula menjadi kader muda

  3. 40% kader muda menjadi kader madya

  1. 70% mahasiswa muslim S1 ITB adalah kader mula

  2. 60% kader mula menjadi kader muda

  3. 40% kader muda menjadi kader madya



Aspek

2008

2009

2010

Kualitas dan Kuantitas Kader

  1. 30% kader madya menjadi kader purna

  1. 35% kader madya menjadi kader purna

  1. 35% kader madya menjadi kader purna



Tabel Parameter Keberhasilan Tim

Pelatihan Manajemen LDK GAMAIS ITB

No

Parameter

2008

2009

2010

1

Jumlah Trainer

10

20

30

2

SPMN TC

Mampu melayani seluruh LDK

Membuka SPMN branch di seluruh PUSKOMDA

Menjadi lembaga profesional

3

Buku

Memproduksi buku tentang manajemen LDK

Memproduksi buku tentang pemikiran mahasiswa dan isu kontemporer

Menerbitkan 1000 buku referensi gerakan mahasiswa dan dakwah kampus

4

Wilayah Kerja

Nasional

ASEAN

ASEAN

5

Perangkat

Tim khusus dan solid

Sekretariat, Legalitas lembaga

Perangkat Manajemen Lengkap

Dari contoh ini saya rasa sudah bisa dipahami bagaimana pembuatannya. Dalam pola pemikirannya dimulai dari memahami Grand Design Dakwah dan menentukan kriteria keberhasilan. Lalu diturunkan kembali ke parameter yang diharapkan. Dengan adanya parameter ini, LDK bisa mempunyai target yang jelas di setiap periode untuk menilai keberhasilan kinerjanya.


Menetapkan Alternatif Program dan Proyek Dakwah



Pertama saya ingin menjelaskan perbedaan antara program dan proyek. Program dalam konteks ke-LDK-an adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan kepanitiaan, seperti program idul Qurban, program PMB, program Ramadhan, dan sebagainya. Sedangkan proyek adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan tim khusus. Outputnya biasanya berupa sebuah kebijakan tertentu, seperti proyek legalisasi LDK, proyek penyusunan konsep kaderisasi dan sebagainya.

Pada tahapan ini kita mulai menyusun dan membuat strategi program dan proyek yang sekiranya cocok dan tepat untuk memenuhi parameter keberhasilan yang telah dirancang. Brainstorming ide dan inovasi program dan proyek diharapkan dapat berkembang di tahap ini. Perlu dilakukan juga pengambilan data dari objek dakwah untuk melihat preference dan taste mereka agar penentuan program dan proyek ini bisa tepat sasaran. Satu hal yang ingin saya ingatkan, give them what they need, don’t give them what we need. Dalam penentuan agenda dakwah kita perlu memperhatikan preference dari objek dakwah. Jangan hanya melihat apa yang kita butuhkan.

Tahap penentuan program dan proyek dakwah dirangkum dalam program kerja (proker) tahunan. Biasanya program kerja dibuat oleh setiap departemen di LDK Dalam penyusunan proker tahunan perlu diperhatikan juga aspek detail seperti dana yang dibutuhkan, deskripsi agenda, parameter keberhasilan, waktu yang direncanakan dan penanggung jawab agenda dakwah. Dengan sistematika seperti ini disamping memudahkan eksekusi agenda, penerus kita juga akan dapat memahami dokumen peninggalan kita ketika mempelajarinya kelak.

Setelah penentuan proker ada dua tahap lagi yang perlu kita lakukan sebelum proker dieksekusi.



Pertama, auditing dana. Setiap kegiatan butuh dana. Terkadang dana yang ada di LDK terbatas sehingga diperlukan adanya auditing keuangan agar setiap proker mendapatkan hak yang proporsional. Setiap departemen perlu menentukan prioritas proker, sehingga dapat diketahui proker mana yang membutuhkan dana lebih besar dibandingkan proker lainnya. Dengan adanya auditing ini, departemen bisa konsisten dalam mengelola dana.

Kedua, sinkronisasi timeline. Proker yang berjalan paralel di setiap departemen terkadang membuat jadwal agenda kita bentrok satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan sinkronisasi timeline, agar semua kegiatan dapat berjalan dengan baik, tidak bertubrukan dengan jadwal agenda dakwah yang lain.

Setelah dua hal ini dilakukan, maka kita sudah bisa mengeksekusi proker dakwah yang telah disusun.



Eksekusi Program dan Proyek Dakwah

Karena LDK mendidik kita untuk menjadi kader yang produktif dalam beramal, maka tahap pelaksanaan ini adalah tahap yang paling penting dalam dakwah.

Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:



  1. Keadaan ruhiyah kader. Jangan sampai karena beramal terlalu banyak, dia semakin jauh dari Allah

  2. Keadaan nuansa kekeluargaan di dalam LDK. Inilah yang membuat kader bertahan lama di LDK. Nuansa kekeluargaan membuat kader merasa nyaman dan produktif. Saya pernah berkata kepada mahasiswa baru di masa awal mereka masuk ke GAMAIS ITB, “Selamat datang di GAMAIS ITB. Selamat datang para putra-putri terbaik bangsa. Mulai saat ini GAMAIS adalah keluarga baru untuk kalian. Teman Anda di sebelah kanan dan kiri adalah anggota keluarga kita juga, dan saya adalah kepala keluarga dakwah ini. Selamat datang di keluarga baru, tempat kita akan senang dan sedih bersama.”

  3. Kondisi akademik kader. Jangan sampai pula agenda dakwah yang disusun membuat kondisi akademik kader menurun. Karena kuliah merupakan tugas utama mahasiswa, maka memastikan IP kader baik-baik saja adalah tugas seorang pemimpin.



Monitoring dan Evaluasi

Monitoring berfungsi untuk memastikan program kerja berjalan dengan baik, dan parameter keberhasilan yang sudah direncanakan seusai dengan target. Melalui monitoring ini pula LDK dapat menjalankan fungsi evaluasi berkala agar penyimpangan dan kesalahan yang ada bisa segera diantisipasi. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tim Steering Comitee yang punya peran sangat penting dalam memonitor agenda dakwah dan kader yang ada di dalamnya. Karena orientasi beberapa agenda dakwah berbasiskan pada kegiatan rekrutmen kader, maka tim Steering Comitee perlu merumuskan juga bagaimana caranya agar agenda dakwah yang dilakukan tetap dapat produktif.

Pada tahap evaluasi, terdapat beragam bentuk pendekatan. Mulai dari pendekatan dari segi agenda dakwah itu sendiri dengan menilai sudahkah agenda tersebut memenuhi parameter keberhasilan? Lalu pendekatan dari segi kader yang terkait dengan hasil rekrutmen kader setelah pelaksanaan suatu agenda dakwah. Terakhir adalah pendekatan dari segi objek dakwah yang terkait dengan tanggapan mereka terhadap agenda dakwah LDK.

Evaluasi untuk LDK biasanya termaktub dalam laporan pertanggungjawaban tahunan. Evaluasi ini sangat penting untuk dilakukan karena sekaligus memberikan rekomendasi terhadap rencana dakwah pada tahun mendatang. Dengan adanya evaluasi yang baik yang didukung oleh data yang kuat, perencanaan dakwah ke depannya akan tergambar dengan lebih jelas.




LDK tidak mengenal akhir dari siklus perencanaan dakwah. Tahapan-tahapan pada siklus tersebut harus terus berulang karena tuntutan kondisi kampus yang juga terus berubah. Siklus ini pun bisa kita modifikasi sesuai kebutuhan, sebutlah untuk perencanaan kegiatan kepanitiaan. Jadi tidak hanya bisa digunakan untuk proses perencanaan dakwah. Dengan memahami siklus ini, kita berharap akan terwujud suatu sustainable development dalam keberjalanan LDK kita.

BAB 3




TAHAPAN PENGEMBANGAN

LEMBAGA DAKWAH KAMPUS

Tahapan dakwah bisa diibaratkan sebagai anak-anak tangga yang tersusun menuju ke sebuah hasil. Berpegang pada tahapan ini membuat segala yang kita lakukan menjadi terarah. Tahapan ini tidak dibatasi oleh waktu, bisa saja dalam menyelesaikan salah satu tahapnya setiap LDK membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Namun tentunya dalam menyelesaikan setiap tahap yang ada, LDK harus memenuhi kriteria-kriteria yang diperlukan sebelum dapat mulai melangkah ke tahap selanjutnya.

Apa saja tahapan dakwah yang ada?

Dalam tulisan ini saya akan mencoba memaparkan empat tahap yang bisa dilalui.
Tahap Pertama: Membangun Basis Kader Inti

Dalam risalah dakwah yang Rasulullah ajarkan, sebagaimana kita ketahui ada golongan yang pertama masuk Islam. Mereka kita kenal dengan sebutan Ashabiqunal Awwalun. Golongan pertama ini dibina dengan intens oleh Rasulullah dalam rangka menguatkan fondasi paling dasar dari bangunan Islam. Mereka memperoleh pembinaan selama 10 tahun, atau hampir setengah dari masa kenabian Rasul. Sebagaimana yang beliau lakukan terhadap binaannya, LDK pun melakukan hal yang sama, tentunya dengan waktu yang harus lebih cepat karena kondisi dakwah kampus relatif singkat.

Kaderisasi yang dilakukan pada kader inti ini bersifat khusus dan terbatas, sehingga segala yang dibutuhkan untuk dakwah kedepannya diharapkan betul-betul dimiliki oleh kader inti ini.

Hal–hal apa sajakah yang harus dimilki oleh seorang kader inti?

Berikut akan saya jelaskan tiga hal yang menjadi kebutuhan utama yang perlu dimiliki oleh kader inti suatu LDK:



  • Kepribadian seorang muslim

Kepribadian ini meliputi karakter-karakter yang diperlukan seseorang dalam kehidupannya. Dengan ini berarti ia mengamalkan ajaran Islam dan bisa mengajarkannya kepada orang lain. Seorang kader inti harus memiliki aqidah yang bersih, ibadah yang benar, akhlak yang baik, tubuh yang sehat, kuat kemampuan finansialnya, pikiran yang intelek, bersungguh-sungguh dan tekun dalam segala hal, memiliki manajemen diri yang baik, disiplin terhadap waktu serta mempunyai paradigma untuk selalu bermanfaat bagi orang lain. Dengan adanya kepribadian ini, diharapkan seorang kader inti bisa menjadi teladan, bisa menjadi guru, dan diterima di kalangan masyarakat luas.

  • Kredibilitas dan moralitas pemimpin

Islam mendidik para umatnya untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan bagi kalangannya. Dalam hal ini, seorang kader inti diharapkan bisa menjadi pemimpin di mana pun dia berada untuk mengubah kondisi umat yang dipimpinnya menjadi lebih baik, bukan demi kekuasaan semata. Oleh karena itu paradigma berdakwah dan paradigma memberikan cahaya Islam di muka bumi harus tertanam dengan baik di hati kader inti.

Menjadi pemimpin adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim. Sehingga dalam tahap ini seorang kader inti harus dididik menjadi pemimimpin yang kuat dan bertanggung jawab, seorang pemimpin yang bisa mengayomi seluruh umatnya, maupun seorang pemimpin yang bisa menjadi ulama sekaligus umara dalam waktu yang bersamaan.



  • Kemampuan khusus lainnya

Setiap manusia dilahirkan dengan potensi, minat, dan bakat yang berbeda-beda. Ada seseorang yang ahli di bidang seni, ada yang mahir berdagang—saat ini kita kenal sebagai entrepreneur—ada yang ahli berolahraga, dan lain sebagainya. Kemampuan khusus ini haruslah dikembangkan secara bijak dan tepat, karena mengasah potensi seseorang akan menghasilkan perkembangan yang jauh lebih pesat ketimbang memperbaiki kelemahannya.

Rasulullah pun mendidik para sahabat dengan cara memaksimalkan kemampuan khusus mereka. Sebutlah Ali bin Abi Thalib yang cerdas dan gemar menuntut ilmu, Umar bin Khattab yang ahli bermain pedang, Mushaf bin Umair yang merupakan seorang pedagang sukses, serta sahabat-sahabat lainnya. Potensi besar dalam diri mereka dimanfaatkan dengan baik untuk kebutuhan dakwah Islam.

Para kader inti LDK juga memiliki kekhasannya masing-masing. Mereka yang ahli di bidang seni bisa menjadi kekuatan dalam mengemas dakwah menjadi lebih menarik dan komunikatif. Mereka yang gemar berolahraga bisa dikembangkan potensinya untuk menjadi duta dakwah di kalangan masyarakat yang gemar berolahraga. Mereka yang gemar berbisnis bisa didukung kegiatan bisnisnya agar mampu menyokong aktivitas dakwah di kampus.



Pendidikan kader inti ini menjadi tahapan pertama yang menjadi fondasi penopang agenda dakwah ke depannya. Oleh karena itu perlu dicermati dan ditelaah juga berapa banyak kader inti yang ada dan akan dibina. Pembinaan yang akan dilakukan harus bersifat komprehensif dan dilaksanakan pada waktu yang tepat, sehingga diharapkan bisa menjadi core dalam membangun basis massa simpatisan.




Tahap Kedua: Membangun Basis Massa

Setelah terbentuk kader inti, tahapan dakwah akan masuk ke tahap selanjutnya, yaitu membangun basis massa. Kurang lebih bentuk basis massa yang akan kita bangun seperti simpatisan, tetapi tidak hanya sekedar massa yang mengatakan mendukung, tapi juga massa yang senantiasa mengikuti pembinaan yang kita lakukan. Tujuan dari membangun basis massa ini adalah untuk memperkenalkan Islam, dan menjadikan Islam sebagai way of life yang komprehensif dan merupakan solusi dari setiap persoalan dalam kehidupan.

Ada dua metode utama yang dapat kita gunakan dalam memperkenalkan Islam, yakni:



  1. Dakwah dengan melayani

Menilik sirah nabawiyah, proses yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW adalah menjadikan beliau Al Amin, kemudian mengangkatnya sebagai Rasul. Dalam hal ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa Rasulullah telah terlebih dahulu sukses “melayani” kota Mekah sehingga beliau memperoleh gelar tersebut, barulah kemudian beliau berdakwah. Pelayanan dahulu, baru dakwah.

Pelayanan adalah memberikan apa yang umat butuhkan. Memang perlu kita sadari bahwa kebutuhan umat sangat bervariasi. Akan tetapi justru di situlah seni bagaimana kita bisa membuktikan bahwa Islam bisa menjadi solusi dalam segala permasalahan yang ada. Jika kita membicarakan dakwah kampus, maka yang kita berikan haruslah sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. Misalkan, menyediakan informasi tempat tinggal yang murah dan nyaman, memberikan pelayanan fotokopi buku atau bahkan menyediakan buku kuliah dan catatan kuliah, menyediakan tempat bertanya terkait Islam dan syariatnya, memberikan informasi tentang kampus atau kota tempat tinggal dalam bentuk booklet, dan sebagainya.

Pelayanan ini bisa sangat variatif pula bentuknya, sehingga semakin banyak yang memikirkan ini akan semakin banyak pula varian metode dakwah yang bisa digunakan.


  1. Dakwah dengan memimpin

Jika konsep dakwah sebelumnya bertipikal menyentuh grass root, dakwah dengan memimpin adalah konsep pendekatan sebaliknya, yakni yang lebih struktural. Walau sebenarnya tidak sekaku itu dalam pelaksanaanya.

Berdakwah dengan memimpin bisa dimulai dengan memimpin dalam sebuah kelompok. Mulai dari kelompok kecil seperti ketua kelompok tugas, ketua kelas, ketua lomba riset, hingga ketua kelompok yang lebih besar seperti ketua himpunan mahasiswa, ketua panitia dan sebagainya. Dengan memimpin seorang kader bisa menunjukkan bagaimana etos kerja yang dimilkinya mampu membawa kelompok ke arah keberhasilan dan ke arah yang lebih baik.

Dalam memimpin seorang kader juga bisa berdakwah secara kecil-kecilan sekaligus menanamkan kultur Islam di dalam kelompok. Seperti membiasakan anggotanya shalat tepat waktu, memulai segala sesuatu dengan niat dan do’a, membiasakan berdo’a kepada Allah dalam setiap keadaan, dan memberikan nilai-nilai Islami lainnya kepada objek dakwah. Dengan demikian akan timbul personal trust dari orang-orang yang terlibat kepada kita. Mereka akan menilai bahwa kader kita adalah orang yang kuat dan bertanggung jawab, serta mulai meyakini bahwa pola hidup atau way of life yang dilakukan dan dianut oleh kader kita adalah sebuah pemahaman yang baik.

Diharapkan ke depannya akan timbul suatu kepercayaan di hati masyarakat terhadap kader kita. Kemudian ketika kader kita menyampaikan risalah Islam, tidak akan terjadi penolakan dari masyarakat. Bisa dikatakan bahwa objek dakwah kita menerima apa yang kita sampaikan.



Setelah menjalani dua varian metode ini, dakwah juga butuh sebuah wadah yang bisa menampung para simpatisan untuk mengikuti pembinaan dan menjadi bagian dari massa kita. Wadah ini diharapkan bisa menjadi media yang tepat dalam mengembangkan potensi simpatisan agar selanjutnya bisa menjadi kader dakwah pula. Sistem permentoringan yang dalam istilah lain dikenal dengan usrah atau liqo’ atau halaqoh menjadi wadah yang sangat tepat untuk menampung dan membina para objek dakwah ini.

Mentoring adalah proses transfer nilai antara mentor dan binaanya. Dalam proses mentoring ini seorang mentor diharapkan bisa membina 7-10 orang adik mentor (binaanya) dan memberikan ilmunya serta pemikiran yang ada untuk membuat frame berpikir yang Islami. Proses mentoring ini tidak hanya sampai pada tahapan memberikan ilmu. Lebih lanjut, kelompok mentoring ini bisa menjadi sebuah keluarga kecil bagi para anggotanya.

Oleh karena itu, seorang mentor diharapkan bisa memilki beberapa fungsi, antara lain:


  • Guru, seorang guru yang memberikan ilmu kepada muridnya,

  • Pemimpin, seorang pemimpin yang bisa mengarahkan binaanya menuju masa depan yang sesuai dengan koridor yang benar,

  • Kakak/sahabat, sebagai tempat mencurahkan isi hati dikala susah dan butuh bantuan,

  • Da’i, seorang mentor tidak hanya memberikan ilmu, akan tetapi juga menyiapkan binaanya untuk menjadi calon mentor di masa yang akan datang.

Kader inti yang telah dibina sebelumnya sebisa mungkin disiapkan menjadi mentor utama dan diharapkan bisa mengembangkan cabang dan ranting kelompok mentoringnya hingga berjumlah tak terbatas. Dalam hal inilah dibutuhkan penguatan basis massa. Basis massa yang kuat akan menopang dakwah ini dan memudahkan langkah kita untuk membuat gerakan dakwah lebih terbuka dan masif.




Yüklə 0,87 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   17




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin