Participation
Ada dua pihak dalam hal partisipasi, pihak panitia dan pihak objek dakwah itu sendiri. Partisipasi pihak panitia sangat penting. Kita ini jamaah dakwah sehingga keberhasilan dakwah ini tampak pada kebertambahan keimanan para subjek dakwah. Pada hakikatnya setelah agenda dakwah berhasil dilaksanakan sesuai dengan sirah, seharusnya terjadi pertambahan subjek. Partisipasi dari massa kampus atau objek dakwah akan agenda kita bisa dilihat dari cara mereka merespon dan mendukung keberlangsungan agenda kita, apakah hanya sebagai pengunjung saja, ataukah turut serta memberikan dukungan-dukungan lainnya.
Selalu ada fikroh atau pemikiran yang akan disampaikan dalam setiap pelaksanaan syiar. Penyebaran fikroh ini menjadi sebuah misi dalam dakwah kita. Nilai yang kita sampaikan sejatinya bisa menjadi corong opini dan mengubah pola pikir dari objek dakwah kita. Dengan selalu berpegang pada value yang akan disampaikan, dakwah akan senantiasa selalu berada pada asholah-nya. Pentingnya penentuan value juga harus diperhatikan. Jangan sampai nilai atau pesan yang disampaikan kontraproduktif dan tidak sesuai dengan kebutuhan objek.
Dokumentasi menjadi hal yang sangat mahal. Biasanya kita semua seringkali melupakan dokumentasi sehingga tidak ada hal yang bisa diturunkan ke penerus kita kelak. Ada dua hal yang harus terdokumentasi dengan baik. Pertama, dokumentasi data seperti notulensi rapat, proposal, ide-ide, dan lain sebagainya. Kedua, dokumentasi foto dan film kegiatan. Penyimpanan data ini juga harus terorganisir dengan baik sehingga bisa jadi warisan penting bagi penerus gerak dakwah kita di masa yang akan datang.
Parameter tersebut dibuat untuk memastikan bahwa kegiatan syiar yang dilakukan sesuai dengan standar minimal, dan ada keberlanjutannya. Penting untuk diperhatikan oleh LDK bahwa dengan menjadikan parameter ini sebagai indikator keberhasilan, maka akan terbentuk sebuah standar kualitas minimal yang akan dicapai oleh lembaga dakwah dalam menjalankan aktivitasnya. Tentunya dengan bermodalkan keikhlasan serta totalitas dalam berdakwah, syiar kita akan berhasil secara kasat mata dan memperoleh berkah.
BAB 24
INTERNALISASI SEMANGAT
DAKWAH FARDIYAH
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah
kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
(QS. Al-Imran: 159)
Jika berbicara tentang bagaimana pemasaran LDK yang terbaik, saya akan langsung mengatakan bahwa pemasaran terbaik adalah ketika kita sebagai kader dakwah secara terus-menerus melakuakan direct selling atau dakwah fardiyah, yaitu dakwah secara langsung dengan lisan, mengajak objek dakwah untuk bergabung dalam barisan dakwah kita. Sebagai contoh, seorang aktivis dakwah yang berdakwah dengan keteladanannya di kelas berkat kemampuan akademisnya yang baik, seorang aktivis dakwah yang menjadi seorang asisten di perkuliahan, dan sebagainya. Aktivis dakwah kampus ini bisa memanfaatkan perannya dengan sesekali mengadakan ta’lim kecil di laboratorium, mengajak para peserta praktikum mengikuti mentoring, atau dengan mendekati mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kelebihan yang dirasa bisa menunjang gerak dakwah kampus
Perjalanan dakwah kampus di Indonesia yang telah mencapai usia dua dekade semakin kehilangan khitah da’i yang seharusnya dicita-citakan sejak awal. Karakter seorang da’i yang seharusnya melekat pada jiwa kader atau aktivis dakwah semakin memudar ditelan arus perubahan massa. Perubahan ini terjadi terlalu cepat sehingga tuntutan untuk berubah pun menjadi sebuah keharusan. Sayangnya fungsi da’i yang fundamental justru tidak dapat dipertahankan pada perubahan ini.
Kata “dakwah” dan “da’i” secara harfiah bermakna menyampaikan. Pada hakikatnya kita sangat memahami bahwa menyampaikan adalah sesuatu yang berasal dari diri dan disampaikan melalui lisan maupun tindakan. Berdasarkan pemahaman tersebut, fungsi utama seorang kader dakwah adalah menjadi da’i yang mengajak mad’u (objek dakwah) mengenal Islam lebih mendalam. Hal ini juga dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau menyampaikan firman Allah di depan umum serta berkunjung langsung ke tempat-tempat tertentu dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai da’i.
Begitu pula bagi kita para kader dakwah. Kita ternyata dituntut untuk tidak hanya pandai menyusun sebuah agenda dakwah, tidak hanya cepat dalam menghafal Al Qur’an, atau tidak hanya baik dalam hal manajemen sebuah organisasi, akan tetapi kita dituntut untuk bisa menjadi da’i dimanapun kita berada.
Berdakwahlah dengan berkata. Pengaruhilah masyarakat sekitar kita dengan perkataan dan keteladanan, agar objek dakwah bersedia belajar Islam lebih mendalam.
Perjalanan dakwah Islam yang sudah memasuki abad ke-15 ini adalah sebuah metode dakwah yang tidak pernah usang, sebuah metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sebuah metode dakwah yang juga dilakukan oleh para Khulafaur Rasyidin, bahkan oleh Adam AS, Ibrahim AS, Musa AS hingga Isa AS. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi mereka.
Dakwah fardiyah adalah dakwah secara personal. Sesuai dengan namanya, metode dakwah ini dilakukan secara personal, man to man, woman to woman. Dapat pula dilakukan kepada beberapa orang dalam jumlah kecil dan terbatas. Biasanya dakwah fardiyah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib. Misalnya dengan menasehati teman, menegur, memberi anjuran, serta memberi contoh. Termasuk juga saat mengunjungi orang sakit, atau sekedar memberikan ucapan selamat.
Dakwah fardiyah dalam konteks ke-LDK-an mengerucut pada sebuah tujuan, yaitu mengajak objek dakwah agar ikut bergabung dalam pembinaan yang dilakukan oleh LDK. Berbeda dengan zaman Rasul yang objek dakwahnya adalah kaum non-muslim atau orang yang masih kafir, pada medan dakwah kampus objek dakwahnya adalah seorang muslim yang akan kita ajak mempelajari Islam secara mendalam. Berbagai metode pembinaan yang ada bisa kita gunakan sebagai wadah untuk mem-follow up hasil pendekatan personal kita. Biasanya wadah yang paling cocok untuk ini adalah kelompok mentoring. Metode lain seperti ta’lim dan mabit juga bisa digunakan sebagai wadah follow up masif.
Berikut saya akan menguraikan lima tahapan untuk melakukan dakwah fardiyah yang disebut dengan 5M.
5M, Lima Tahap Dakwah Fardiyah
M pertama dalam tahapan dakwah fardiyah adalah mengenali calon mad’u. Perlu diingat, mengenali calon mad’u tidak cukup hanya dengan sebatas tahu nama dan nomor handphone-nya saja, tapi juga betul-betul mengenalinya secara mendalam. Dimulai dari mengetahui kebiasaanya, di mana tempat tinggalnya, apa aktivitas kesehariannya, kesukaan dan ketidaksukaanya, dan lain sebagainya. Proses mengenali mad’u ini sangat penting karena akan mempengaruhi metode pendekatan yang akan kita lakukan selanjutnya.
Dalam buku “Personality Plus” karya Florence Littaeur, ada 4 tipikal manusia, yakni sanguinis, melankolis, koleris, dan phlegmatis. Buku ini bisa menjadi sebuah pedoman sederhana dalam melakukan pendekatan terhadap mad’u. Disamping itu, buku “Bagaimana Menyentuh Hati” karangan Abbas Assyisi juga bisa digunakan sebagai pedoman fundamental dalam melakukan pendekatan personal.
M kedua, yaitu mendekati mad’u. Pendekatan yang dilakukan erbeda-beda untuk setiap mad’u. Ada kalanya kita terlebih dulu harus menyesuaikan dengan kondisi kedekatan kita dan mad’u. Pada dasarnya kita tidak perlu mengubah cara kita berkomunikasi atau bersikap kepada mereka karena justru bisa berakibat pada ketidakproduktifan dakwah yang kita lakukan. Jadilah diri Anda sendiri, dan tentukan pola pendekatan yang paling tepat dengan tipikal diri Anda.
Seorang mad’u selalu memiliki kekhasan tersendiri. Seseorang yang gemar membaca bisa didekati dengan membelikan atau meminjaminya buku yang menurut kita bisa mengubah paradigma dirinya tentang Islam. Sebutlah buku “Sirah Nabawiyah” atau “Al islam” karangan Sayyid Qutb, atau mungkin buku umum seperti “The Secret”, “The World is Flat”, atau “Berpikir dan Berjiwa Besar”.
Adapun kadang kala kita bisa bertemu dengan seseorang yang kritis dan gemar bertanya. Bisa saja sesekali kita ajak ia bersilaturahim ke tempat seorang ustadz untuk mendiskusikan persoalan agama, menghadiri ta’lim dengan tema pentingnya pembinaan, dan lain sebagainya.
Untuk seseorang yang keras kepala, harus bisa kita patahkan kekerasan pendapatnya lalu dicairkan dengan memberikannya pemahaman dan penjelasan yang logis dan realistis. Oleh karena itu, memiliki pemahaman Islam yang baik juga menjadi suatu tuntutan bagi seorang da’i.
Lain halnya dengan tipikal mad’u yang melankolis-phlegmatis. Pendekatan intrapersonal, rasa empatik, dan perhatian dari kita bisa menjadi metode yang tepat baginya. Berbagai metode lainnya bisa kita kembangkan tergantung tipikal mad’u dan diri kita sendiri.
Tujuan dari tahapan pendekatan ini yakni untuk membentuk kepercayaan antara diri kita dan mad’u, mengikatkan dan mendekatkan hati, serta menumbuhkan perasaan ingin mempelajari Islam secara mendalam dan konsisten, atau dengan bahasa lain, menimbulkan keinginan untuk mengubah diri sendiri.
Setelah mendapatkan kepercayaan dan kedekatan, tugas kita selanjutnya adalah masuk pada tahap M ketiga, yaitu mengajak mad’u mengikuti pembinaan Islam secara konsisten. Bagaimana menentukan cara dan waktu yang tepat, tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Bisa jadi perlu ada diskusi panjang hingga beliau bersedia ikut pembinaan, atau ada pula yang tipikalnya harus di-“tembak” langsung. Tipikal terakhir ini bisa dilakukan pada mad’u yang sudah dekat secara personal dengan kita. Untuk mad’u yang agak sulit mengambil keputusan, bisa langsung saja kita undang untuk mengikuti agenda pembinaan yang ada.
Meskipun mad’u menolak mengikuti pembinaan, proses pengajakan ini tidaklah berhenti sampai di sini. Proses fardiyah harus tetap selalu berjalan. Jika kita sudah merasa tidak ada prospek di salah seorang mad’u, maka mengganti calon mad’u bisa menjadi solusi yang tepat.
Dan jika mereka bermaksud menipumu,
maka sesungguhnya cukuplah Allah. Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan paramu'min, dan yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya
Dia Mahagagah lagi Mahabijaksana
(QS. Al Anfaal: 62-63)
Kekuatan do’alah yang bisa menyatukan hati-hati ini, karena sesungguhnya do’a kita kepada sesama muslim akan menjadi amal yang yang sangat bernilai. Kekuatan do’a ini pula yang akan membukakan hati kita semua, memudahkan masuknya hidayah, dan menjauhi godaan syetan. M keempat yakni mendo’akan mad’u menjadi sebuah kewajiban bagi seorang da’i.
Katakanlah,
“Inilah jalan (agamaku,
aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah
dengan hujjah yang nyata.
Mahasuci Allah, dan
aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.
(QS. Yusuf: 108)
Menjaga
M yang terakhir adalah menjaga mad’u. Jika kita membina langsung mad’u yang adalah hasil dari dakwah fardiyah kita sendiri, proses penjagaan akan lebih mudah karena kita dapat bertemu dengannya secara rutin. Akan tetapi terkadang proses follow up ini tidak selalu di-handle oleh kita sendiri. Bisa jadi ada orang lain yang akan membina mad’u kita. Oleh karena itu, kita perlu tetap selalu menjaga hubungan dengannya. Sesekali bisa kita coba menanyakannya bagaimana pendapatnya terhadap pembinaan yang ia dapat, apa kesannya, serta ajaklah ia berdiskusi jika perlu.
Melihat perkembangan event syiar yang semakin semarak dan menghabiskan dana yang banyak, dakwah fardiyah bisa kita manfaatkan sebagai media persiapan massa sebelum event, ataupun sebagai media follow up seusai event.
Sebagai media persiapan sebelum event, dakwah fardiyah bisa menjadi metode yang digunakan untuk mengajak peserta mengikuti event tersebut. Dalam dakwah fardiyah, pengajakan mad’u untuk mengikuti agenda dakwah bisa mempercepat tahap pendekatan karena mad’u bisa merasakan nuansa Islam dalam agenda yang diadakan. Jika dilihat dari sisi jumlah peserta, pengajakan mad’u ke agenda dakwah juga turut mendukung keberlangsungan agenda tersebut.
Pada setiap event yang dilakukan oleh LDK, sebaiknya ada presensi atau buku tamu dari pengunjung atau peserta event. Pendataan ini sangat penting karena dengan data ini kita bisa menghitung berapa massa simpatisan kita yang berpotensi menjadi kader. Dengan demikian proses follow up dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Salah satu metode follow up yang bisa digunakan yakni dengan dakwah fardiyah. Seorang kader kita yang dekat dengan peserta agenda dakwah bisa mendekatinya sehingga proses follow up simpatisan untuk menjadi kader dapat berlangsung semakin cepat.
Dalam pandangan saya, perkembangan agenda dakwah berbasis event seakan-akan telah menjadi keharusan pada sebuah LDK. Memang betul bahwa ketika lembaga sudah formal, agenda yang masif harus dijalankan karena massa juga semakin banyak. Akan tetapi, janganlah hal ini menjadi satu-satunya tipikal agenda LDK untuk merangkul massa. Jika ini terjadi, maka label LDK yang identik dengan event organizer menjadi layak kita sandangkan. Sungguh sangat zalim bagi kita para pemimpin LDK, jika mendidik kader hanya untuk menjadi ahli dalam manajemen organisasi. LDK adalah lembaga kaderisasi. Maka LDK haruslah dapat mendidik kadernya untuk menjadi da’i—dalam konteks mengajak objek dakwah mengikuti kegiatan pembinaan, lalu melakukan pembinaan tersebut dengan seksama—agar para objek dakwah bisa menjadi orang-orang yang memiliki kepribadian Islam. Dengan demikian, dakwah fardiyah dapat dijadikan kebiasaan di antara kader. Kita pun dapat menstimulus kader kita untuk memilki karakter seorang da’i.
Prospek Dakwah Fardiyah
Prospek cerah sangat tampak pada aktivitas dakwah fardiyah karena ada mulitple effect yang sangat baik jika proyek ini bisa dijalankan secara konsisten untuk jangka waktu yang lama. Kita dapat menggerilyakan kader kita untuk terus menerus “menjual” dan mempromosikan produk pembinaan kita setiap saat.
Coba kita hitung bagaimana potensi penambahan kader yang mungkin bisa terjadi dalam perkembangan proyek ini.
Tabel Prospek Dakwah Fardiyah
Bulan
|
Jumlah Kader
|
Pertama
|
50
|
Kedua
|
100
|
Ketiga
|
200
|
Keempat
|
400
|
Kelima
|
800
|
Keenam
(1 semester)
|
1600
|
Dilihat dari tabel di atas hanya dalam 1 semester peningkatan kader kita akan meningkat hingga 32x lipat. Ini jumlah yang sangat fantastis. Angka 50 kader di awal ini hanya merupakan perumpamaan. Jika jumlah kader real yang ada pada kampus kita lebih banyak, maka multiply effect yang terjadi bisa lebih besar. Perlu dicermati pula bahwa contoh di atas menggunakan asumsi: Setiap kader hanya perlu mengajak satu orang objek dakwah dalam waktu satu bulan. Hanya satu orang bukanlah jumlah yang besar dalam waktu satu bulan.
Untuk membiasakan dakwah fardiyah kepada kader, pada dasarnya kita bisa menggunakan sistem yang sederhana. Dakwah fardiyah cukup hanya didukung oleh perangkat promosi dan wadah untuk memfasilitasi objek dakwah dalam pembinaan lanjutan.
Menyiasati Pola Pikir Manusia dalam Dakwah Fardiyah
Alur Pikiran Manusia
Manusia selalu memulai sesuatu dari sugesti. Sugesti ini bermula dari sebuah lintasan informasi yang melewati pikirannya. Dalam konteks ini, seorang da’i akan mencoba mengisi lintasan pikiran objek dakwah misalnya dengan: pembinaan itu sangat penting, saatnya berubah ke arah lebih baik, dan sebagainya, dengan cara mengingatkan objek dakwah baik melalui sms, telepon atau pun saat bertemu. Cara lain adalah dengan menggunakan banyak simbol atau pengumuman reklame dan iklan di kampus, agar objek dakwah senantiasa melihat lalu menjadikan informasi yang bertebaran di sekelilingnya sebagai sugesti.
Kita kemudian dapat menstimulus lintasan pikiran yang telah dimiliki oleh objek dakwah dengan mengajaknya berdiskusi, meminjamkan buku, atau mengajak menghadiri pertemuan kader dan ta’lim. Melalui hal-hal tersebut akan timbul sebuah memori (ingatan) yang membekas pada objek dakwah.
Selanjutnya adalah proses kontemplasi pribadi objek dakwah untuk menyalurkan ingatan ini menjadi sebuah gagasan bahwa “Saya harus mengikuti pembinaan Islam untuk berubah!”. Saat tekad objek dakwah sudah timbul inilah maka tiba saatnya bagi kita untuk mengajaknya bergabung dalam aktivitas dakwah kampus.
Pada proses perkenalan dan pengajakan ini kita harus bisa menjelaskan apa keuntungannya mengikuti pembinaan, apa perubahan yang terjadi pada diri setelah ikut pembinaan, kesempatan apa yang bisa didapatkan, dan segala hal positif lainnya. Kita harus bisa mengubah paradigma yang ada pada mad’u. Karena sesungguhnya alasan mereka tidak mau bergabung bukanlah karena memang mereka tidak mau, akan tetapi karena mereka belum mengetahui apa yang bisa mereka dapatkan dengan mengikuti pembinaan ini.
Perangkat Pendukung Dakwah Fardiyah
Mekanisme kerja dakwah fardiyah pada sebuah LDK berpusat pada dua departemen yakni departemen kaderisasi dan manajemen sumber daya anggota serta departemen koordinasi mentoring. Kedua departemen ini harus bergerak sinergis satu sama lain.
-
Kaderisasi dan Manajemen Sumber Daya Anggota
Departemen ini akan berfungsi pada satu hal, yakni penjagaan dan pemantauan proses dakwah fardiyah dengan membuat sel-sel atau kelompok yang bertujuan untuk mengecek keberjalanan yang ada. Sel-sel ini tidak ubahnya seperti kelompok mentoring. Bedanya, kelompok ini tidak diisi dengan majelis ilmu, akan tetapi diisi oleh proses pengecekkan keberjalanan dakwah fardiyah.
Pola Koordinasi Jaringan Dakwah Fardiyah
Kelompok ini dipimpin oleh seorang mentor yang lebih tua dan diusahakan berada di program studi atau fakultas yang sama dengan objek dakwah agar transfer ilmu bisa berjalan dengan lebih baik. Dalam pengelompokkan jaringan dakwah fardiyah ini, sebaiknya tempatkan seorang kader yang memang sudah berpengalaman dan bijak sebagai koordinator.
Pada kondisi lain, bisa saja fungsi pemantauan digabung dengan kelompok mentoring yang telah ada. Sebetulnya cara ini lebih efektif sehingga ketika ada objek dakwah yang baru bergabung akan lebih mudah dipantau dan di-follow up.
Tim pada departemen ini menyiapkan dua hal, yakni peralatan pendukung dan tabulasi jadwal mentoring.
Peralatan ini adalah sarana yang digunakan oleh kader kita dalam mempromosikan mentoring. Sarananya bisa berupa pamflet yang berisikan tentang segala informasi terkait pembinaan dan mentoring LDK, serta slide powerpoint yang bisa digunakan di laptop untuk “menjual” mentoring. Sarana publikasi lain seperti poster atau leaflet yang bisa ditempel dan dibagikan juga berguna dalam mencitrakan mentoring di lintasan pikiran objek dakwah. Kita juga bisa menggunakan merchandise pendukung seperti kaos untuk mentor kita yang bertuliskan ”Bukan Mentor Biasa” atau ”Supermentor”, atau pin yang dibagikan ke semua kader yang bertuliskan kata-kata persuasif. Selain itu tim mentoring sebaiknya juga membuka stand pendaftaran mentoring di setiap event yang diadakan oleh LDK sehingga LDK bisa menampung mahasiswa muslim setiap saat.
Kita akan memakai sistem buka kelas pada permentoringan. Setiap mentor diminta menyediakan waktu 1 sesi setiap pekannya dengan lama waktu 1,5 jam per sesi. Jadwal semua mentor akan digabung sehingga dapat ditabulasikan menjadi jadwal kelas mentoring. Semakin banyak mentor yang ada, pilihan yang tersedia bagi objek dakwah akan semakin banyak.
Rooster Jadwal Mentoring
GAMAIS ITB
Waktu
|
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jum’at
|
Sabtu
|
Ahad
|
07.00-08.30
|
Yusuf
|
Gamma
|
Adit
|
Iqbal
|
Albaz
|
Luthfi
|
Aisar
|
08.30-10.00
|
Nurdin
|
Dimas
|
Ardhesa
|
Gesa
|
Ilham
|
Ahmad
|
Toni
|
10.00-11.30
|
Amin
|
Yuda
|
Totoh
|
Gumilar
|
Cecep
|
Fikri
|
Verry
|
13.00-14.30
|
Irfan
|
Dipta
|
Zukruf
|
Unggul
|
Elri
|
Anggit
|
Agung
|
15.30-17.00
|
Arif
|
Fahmi
|
Lukman
|
Bambang
|
Dimas
|
Husni
|
Iftitah
|
19.30-21.00
|
Rully
|
Azis
|
Thomas
|
Wahyu
|
Ratno
|
Diaz
|
Andri
|
Tabel di atas merupakan contoh tabulasi sederhana. Dengan pilihan jadwal ini ada banyak keuntungan bagi proses dakwah fardiyah yang dilakukan, yakni:
-
Membuat jadwal antara mentor dan binaannya sesuai sehingga tidak perlu memakan waktu untuk menyamakan jadwal,
-
Memberikan kesempatan kepada objek dakwah untuk memilih mentor yang akan membina dirinya,
-
Memberi kesempatan seorang objek dakwah untuk memilih teman satu kelompoknya.
Untuk mekanisme input data objek dakwah, kita bisa menggunakan SMS. Objek dakwah yang ingin mengikuti mentoring cukup mengirimkan SMS ke service centre dengan mencantumkan identitas diri dan waktu mentoring yang diinginkan. Data yang dikirim via SMS akan diteruskan ke sistem data mentoring dan ke mentor yang bersangkutan sehingga maksimal objek dakwah hanya perlu menunggu selama satu pekan setelah mendaftar untuk dapat mulai mengikuti proses pembinaan.
Mulai dari sekarang!
Untuk memulai sesuatu memang butuh waktu. Akan tetapi, semakin cepat kita memulai akan lebih baik. Karena semakin lama kita menunda akan semakin banyak pula pertimbangan yang mungkin bisa membuat kita tidak jadi menjalankan sesuatu. Hal yang menjadi langkah awal—dan bisa jadi cukup berat—adalah menimbulkan kesadaran dan habit dari kader dakwah kita agar senantiasa mengajak sebanyak-banyaknya mahasiswa di kampus untuk mengikuti pembinaan. Adanya pertemuan kader terpusat bisa menjadi sebuah metode yang diharapkan bisa memberikan pemahaman dan semangat secara masif agar kader bisa bergerak dan menjalankan dakwah fardiyah.
Mungkin Anda bertanya sudahkah saya sebagai penulis menjalankan dakwah fardiyah? Semester silam saya mencoba mempraktekkan secara mini konsep ini. Saya coba lakukan pada kelompok binaan saya di jurusan. Pada awalnya di bulan September, anggota kelompok binaan saya hanya terdiri dari delapan orang saja. Setiap SMS yang saya kirimkan ke binaan untuk mengingatkan jadwal mentoring selalu saya beri tambahan, “Ajak yang lain yah! ^_^”. Pada setiap mengisi ta’lim di jurusan saya juga selalu mengajak pesertanya untuk mengikuti mentoring. Alhasil dengan usaha saya dan binaan saya, pada awal bulan Desember (sekitar 3 bulan setelah pertemuan pertama), jumlah anggota mentoring ini bertambah menjadi 20 orang.
Kita akan membangun sistem di sini. Sistem yang memiliki perangkat pendukung berupa tools untuk promosi, media pencitraan lintasan pikiran, pertemuan-pertemuan untuk sharing dan berbagi ilmu, sel-sel kecil untuk penjagaan dan pengecekkan, serta wadah mentoring yang siap menampung hasil dakwah fardiyah. Dengan pembangunan sistem, semua kader kita dengan segala tipikal kepribadian dan varian kompetensi akan bisa menjalankan amanah ini dengan baik.
BAB 25
DAKWAH FARDIYAH
BERDASARKAN
KARAKTER MAHASISWA
Kita sering mendengar keluhan dari sahabat sesama aktivis dakwah tentang objek dakwah yang tidak “menerima” dan cenderung “berprasangka”. Di lain pihak, para objek dakwah yang agak awam sering pula berpendapat bahwa para aktivis dakwah eksklusif, suka mengelompok, tertutup, dan mudah menghakimi ketika melihat mereka berbuat “dosa”, tanpa mencoba mengklarifikasi dan memberikan nasehat dengan cara yang baik.
Bagaimana bisa aktivitas dakwah di kampus berjalan dengan harmonis bila antara subjek dan objek dakwahnya memiliki cara pandang yang bertolak belakang dan saling berprasangka?
Hermawan Kertajaya dalam bukunya “Marketing in Venus” menyatakan “Orang Mars bicara dengan bahasa Mars, dan orang Venus bicara dengan bahasa Venus. Tetapi ada satu lagi bahasa yang universal dan bisa diterima oleh semua orang yakni bahasa understanding”. Meski konteks yang disampaikan dalam buku ini tidak berhubungan langsung dengan dakwah, tetapi kita bisa mengambil benang merah bahwa understanding atau kesepahaman ini tidak akan pernah terbentuk jika tidak ada komunikasi. Sedangkan komunikasi tidak akan pernah terjadi bila tidak ada usaha dari masing-masing pihak untuk membuka diri dan memulai memahami.
Begitu pula dalam aktivitas dakwah fardiyah di kampus. Seorang aktivis dakwah diharapkan mau membuka diri dan mencoba memahami karakter setiap individu dari objek dakwahnya secara mendalam sehingga dapat meramukan cara pendekatan yang paling tepat untuknya. Langkah awal yang perlu dibangun adalah memulai komunikasi dengan objek dakwah dengan berbagai cara. Perlu diingat bahwa komunikasi bukanlah sekedar berbicara secara oral saja. Komunikasi yang baik melibatkan seluruh sistem yang ada dalam tubuh kita. Saat Anda berkomunikasi dengan orang yang Anda senangi, tubuh Anda akan merespon baik. Bibir secara spontan tersenyum, mata berbinar, hati senang, gerak tangan dan kaki rileks, dan perasaan nyaman menjalar dalam diri Anda.
Respon seperti ini pun berlaku untuk objek dakwah yang bisa menangkap perasaan Anda ketika Anda melakukan komunikasi dengan tulus dan ikhlas. Sebagaimana Abbas As-Siisiy dalam bukunya “Bagaimana Menyentuh Hati” menyatakan bahwa “Hati hanya bisa disentuh oleh hati yang bersih”. Dengan demikian pendekatan hati dalam komunikasi, khususnya untuk aktivitas dakwah fardiyah, sangat diperlukan dan dipahami oleh setiap aktivis dakwah.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
Kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
(QS. Al Hujurat: 13)
Menarik bila melihat dan mengamati keberagaman karakter mahasiswa dengan berbagai keunikan kepribadiannya. Keberagaman karakter ini melahirkan nuansa tersendiri dalam interaksi antarmanusian. Namun jangan sampai nikmat Allah yang berupa keberagaman ini justru menjadi musibah yang memicu konflik atau hambatan dakwah. Sebagai aktivis dakwah diharapkan kita mampu menjadikan keberagaman sebagai potensi dan kesempatan besar untuk melakukan aktivitas dakwah dengan optimal.
Sebuah buku yang sangat bagus untuk memahami karakter manusia, ditulis oleh Florence Littaeur dengan judul “Personality Plus”. Buku ini menjelaskan secara rinci ciri khas dari empat karakter manusia dengan perspektif yang sangat baik: karakter koleris, melankolis, sanguinis dan phlegmatis. Karakter-karakter ini memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Tentunya cara berdakwah terhadap tiap karakter akan berbeda. Ilmu ini bisa dimanfaatkan oleh para aktivis dakwah, khususnya saat melakukan dakwah fardiyah.
Dostları ilə paylaş: |