Konsorsium sertifikasi guru



Yüklə 3,94 Mb.
səhifə31/45
tarix06.08.2018
ölçüsü3,94 Mb.
#67442
1   ...   27   28   29   30   31   32   33   34   ...   45



2) Teori Seni Rupa

Pembahasan teori seni rupa meliputi estetika bentuk, seperti dikatakan oleh Etienne Spurian yang menyatakan bahwa keindahan dapat dilihat dari segi seni adalah seperti ilmu teoretis yang dipandang dari ilmu praktis, yaitu sebagai Ilmu Bentuk, yaitu ilmu bentuk-bentuk keindahan. Berdasarkan pendapat di atas maka nilai keindahan dapat dikatakan sebagai kemampuan suatu benda untuk menimbulkan pengalaman estetik pada seseorang yang mengamati benda tersebut. Hanya benda-benda yang memiliki kualitas seni yang dapat memberikan kesenangan dan kepuasan bagi pengamatnya. Berikut ini terdapat beberapa teori yang dapat memberikan wawasan tentang teori keindahan.


a) Teori Empati

Empati merupakan keadaan ketika pengamat dapat merasakan apa yang

diamatinya, dan keindahan yang dirasakan itu muncul sejak pandangan pertama. Pengamat jatuh cinta pada objek yang diamatinya. Selanjutnyapengamat merasa hanyut ke dalam lingkungan karya (feeling in)
b) Teori Jarak Psikis

Pengalaman estetik harus mengadakan jarak dengan hal-hal yang memengaruhi dirinya, yaitu dalam menilai suatu keindahan kita harus mengosongkan pikiran dengan berbagai prasangka.


c) Teori Objektif

Keindahan atau ciri-ciri estetik adalah sifat atau kualitas yang telah melekat pada benda itu sendiri. Dimana keindahan merupakan limpahan (emanasi) dari idea yang terdapat di dunia cipta. Maka keindahan ialah hasil cipta yang konkrit dan visual.



d) Teori Subjektif

Keindahan merupakan tanggapan seseorang terhadap karya yang diamatinya. Keindahan yang ada ditentukan oleh pengalaman estetik si pengamat, dimana keindahan atau keburukan suatu karya bukan karena adanya benda itu sendiri. Tetapi karena cara pengkhayalannya dalam pikiran kita. Indah atau tidaknya suatu karya tergantung dari diri kita sendiri.


Pada teori bentuk estetik, bahwa benda-benda sebagai hasil karya yang dibuat dengan sentuhan estetik mempunyai sesuatu segi yang menyenangkan, enak untuk disaksikan dapat juga disebut sebagai karya seni yang indah. Lebih-lebih bila dalam penciptaannya disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan menjadi bentuk yang estetik (aesthetic form). Ciri bentuk estetik secara teoretis Monroe Beardsley (Aesthetic: Problems in the Philosophy of Criticsm) menjelaskan ada tiga ciri dalam menciptakan bentuk estetik, yaitu:
a) Kesatuan (unity)

Ini berarti bahwa benda estetik itu tersusun secara baik atau sempurna

bentuknya.
b) Kerumitan (complexity)

Benda estetik atau karya seni yang bersangkutan tidak lagi sederhana sekali, melainkan kaya aka nisi maupun unsur-unsur yang saling berlawanan ataupun mengandung perbedaan yang halus.


c) Kesungguhan (intensity)

Suatu benda estetik yang baik harus mempunyai suatu kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar sesuatu yang kosong. Yaitu merupakan sesuatu atau suasana yang intensif atau sungguh-sungguh.


Komposisi Visual

Bagus atau indahnya karya seni rupa dapat dilihat pada komposisi visual yang ada pada karya. Komposisi visual merupakan hasil dari pengorganisasian unsur rupa dengan menggunakan prinsip seni rupa berupa:

a) Unsur seni rupa (titik, garis, bentuk/bidang, warna, tekstur dan ruang).

b) Medium seni rupa (bahan dan alat serta teknologi)

c) Prinsip seni rupa (kesatuan, keseimbangan, irama, proporsi dan fokus).

Unsur Seni Rupa

a) Titik, sebagai bentuk awal dari adanya bentuk visual.

b) Garis, sebagai unsur seni rupa garis memiliki jenis garis, kualitas garis,

ekspresi/karakter garis dan arah garis.



c) Bentuk, terdiri dari bentuk organik, an-organik dan bentuk geometris.

Perubahan bentuk yang direncanakan disebut transformasi bentuk, yang

terdiri dari transformasi dimensional, subtraktif, dan tranformasi aditif.

d) Warna, terdiri dari Skema Warna yaitu menjelaskan jenis warna (Hue) berupa warna primer, warna skunder dan warna tersier. Warna, selain itu teori warna menjelaskan tentang Skala Warna (intensitas/value), value (tint, tone, shade), dan intensitas (monokromatik/polikromatik). Selain itu teori warna menjelaskan tentang Skala Warna (intensitas/value), value (tint, tone, shade), dan intensitas (monokromatik/polikromatik). Selain skema warna, pada teori warna terdapat skala warna, yaitu mengatur value dan intensitas gelap terangnya warna, sehingga dikenal warna tua/suram atau warna muda, yaitu terjadinya denganadanya campuran cat hitam atau putih dan abu-abu.

Gambar 5.4. Warna Primer



(Sumber: Prang,e-dukasi.net)

Gambar 5.5. Lingkaran Warna



(Sumber: Munsell, Fauzi.99.inf.wordpress.com

Gambar 5.6. Konfigurasi Skala Warna

(Sumber: Foto Eddy Fauzi, 2005)


Konfigurasi warna yang diatur dengan menggunakan percampuran putih dan hitam, sehingga hue (warna pokok) menjadi tint, tone dan shade.
e) Tekstur, merupakan sifat pandang dan sifat raba pada permukaan benda. Untuk mengenali dan merasakan tekstur terdapat Jenis tekstur, Kualitas tekstur, Bahan tekstur dan Corak tekstur.





Gambar 5.7 : Contoh Corak Tekstur dibuat dengan teknik yang berbeda

(Sumber: Foto Eddy Fauzi, 2005)
f) Ruang tidak lepas dengan pembahasan tentang volume. Volume merupakan unsur seni rupa yang terdapat pada karya trimatra,yaitu merupakan kedalaman suatu persepsi keruangan. Bila gambar disebut bervolume maka yang terpikirkan adalah adanya persepsi bahwa gambar tersebut dibuat untuk mencapai kedalaman ruang tertentu.Volume dapat dibentuk dengan penggunaan warna dan garis. Biasanya dipakai dalam seni lukis realis atau dalam arsitektur dan desain interior (Susanto, 2002: 112)

Gambar 5.8.Karya Trimatra dengan skema warna bergradasi

(Sumber: http:com.kompas.com/image)

Prinsip Seni Rupa

Menata sebuah komposisi karya seni rupa untuk menjadi karya yang bagus dan indah diperlukan cara-cara yang disebut prinsip seni rupa. Prinsip seni rupa dapat dikatakan sebagai prinsip desain terdiri dari kesatuan, keseimbangan, irama, proporsi dan fokus sehingga mencapai keserasian. Keserasian dapat dicapai bila komposisi tampak sederhana, pas, tidak berlebihan dan tampak tidak kurang. Keserasian susunan unsur-unsur rupa pada komposisi harus saling mendukung dan kompak.

Berikut ini adalah prinsip seni rupa:
Kesatuan pada komposisi yang bagus dan serasi harus tampak utuh, serasi dan kompak. Setidaknya dalam komposisi terdapat unsur-unsur rupa yang sama atau berbeda, tetapi unsur-unsur itu disatupadukan dengan penuh pertimbangan, sehingga komposisi menjadi satu kesatuan yang enak untuk dipandang.
Keseimbangan merupakan usaha untuk mencapai ketenangan rasa, yaitu adanya keserasian akibat adanya keseimbangan antara bagian kiri dengan bagian kanan, keserasian antara bagian atas dengan bagian bawah. Keseimbangan terdiri dari keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris.
Irama adalah susunan dari adanya pengulangan unsur-unsur rupa. Susunan unsur rupa yang berirama dapat bersifat statis atau dinamis. Irama yang sistematik dan bagus yaitu susunan unsur yang cara meletakkannya dibedakan atau divariasikan letaknya, yaitu divariasikan tinggi-rendahnya dalam peletakan, atau jauh-dekatnya jarak antar unsur. Dalam penyusunan Irama ada tiga cara dalam pengulangan, yaitu pengulangan sejenis (repetitive), pengulangan alternative dan pengulangan

progresif , atau campuran dari ketiganya.
Proporsi pada karya seni rupa merupakan adanya kesebandingan dari bagian-bagian pada sosok bentuk yang tampak wajar dan tampak utuh. Misalnya adanya kesebandingan antara bagian atas dengan bagian bawah, serta adanya kesesuaian dari suatu kriteria.
Fokus merupakan adanya penekanan atau dominasi dari salah satu unsur atau kelompok unsur yang letakkan untuk menjadi pusat perhatian (centre point). Fokus yang menonjol akan menimbukan rasa kuat atau adanya kekuatan yang menjadi pemanis dan sebagai peran utama. Penonjolan dilakukan misalnya dengan meletakkan warna atau bentuk yang berbeda atau meletakkan sesuatu yang kontras, namun didukung oleh unsur-unsur di sekitarnya.
Tabel 5.5. Implikasi Prinsip Seni Rupa (prinsip desain) pada karya dwimatra dan Trimatra:


Prinsip Seni Rupa

Indikator Alternatif

Kesatuan: Penggabungan unsur

agar menjadi suatu kesatuan

dilakukan dengan menyusun

unsur yang saling mendukun

antarunsur.


Berdampingan

Berkaitan sisi

Berkaitan sudut

Tumpang tindih



Irama: susunan dengan adanya

perulangan dari unsur-unsur yang

disusun secara bervariasi


Perulangan repetitif

Perulangan alternatif

Perulangan progresif


Keseimbangan

Keseimbangan simetri

Keseimbangan asimetri



Proporsi

Objek bentuk yang disusun harus

memenuhi keserasian atau kewajaran

disbanding dengan latarnya, dan serasi

ketika beberapa unsur bentuk menjadi

unit form, serasi antara satu dan lainnya.


Penekanan

Adanya unsur yang menonjol sebagai

pusat perhatian, agar komposisi menjadi

menarik.


Keselarasan dalam pola susunan

Pola linier

Pola sentral

Pola radial

Pola kisi-kisi

Pola berkelompok



Konsep Pendidikan Seni Rupa

Pendidikan seni rupa dapat menjadikan peserta didik memiliki sikap apresiatif dengan terjadinya perubahan sikap yang terdiri dari Sikap empati dan Sikap ekspresif. Pendidikan seni rupa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak didik dalam mencapai kecerdasan interpersonal, intrapersonal, visual spasial, kreativitas, spiritual, emosional, dan moral.


Dalam pendidikan seni rupa aktivitas berkesenian harus memberikan pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi dan kreasi. Sedangkan cara pembelajaran disandarkan pada konsep seni modern, hal ini nampaknya lebih mudah diajarkan disbanding dengan cara tradisional, yang bersumber pada aktivitas tradisi yang cenderung sudah baku. Namun pemahaman dan apresiasi terhadap karya tradisional tetap perlu diberikan sebagai sumber ungkapan dalam berkarya.
Manfaat lain dari belajar seni rupa adalah belajar menyelesaikan masalah melalui model artistik, yaitu latihan membuat keputusan pada situasi relatif yang tidak ada pada standar, tetapi dapat mengomunikasikan pikiran dalam bentuk ekspresi diri yang memiliki kekuatan. Di dalam pembelajaran seni rupa guru diminta untuk memahami Standar Isi yang terdiri dari:

  1. Mengerti posisi seni rupa di dalam relasinya dengan sejarah dan

peranannya dalam kebudayaan nusantara dan mancanegara.

b. Mengerti, menguasai dan mampu menggunakan media, teknik dan proses seni rupa.

c. Mampu memilih dan menggunakan sejumlah subject matter, sebagai simbol dan gagasan dalam seni rupa.

d. Mampu menerapkan dan memilih pengetahuan yang bersifat struktural, misalnya prinsip dan unsur visual dan fungsinya dalam seni rupa.

e. Merefleksikan berbagai karakter ungkapan seni rupa sehingga mampu menghargai karya sendiri dan karya orang lain.
Dalam pendidikan seni rupa peserta didik juga diberi pengalaman untuk mempresentasikan dan menyajikan karyanya dengan menyelenggarakan pameran kelas atau pameran sekolah. Untuk itu peserta didik dibekali dengan pengetahuan tentang organisasi pameran yang termasuk di dalam manajemen seni rupa. Kegiatan pameran membutuhkan pengetahuan dalam penataan/ display, kuratorial dan pembuatan katalogus. Pengalaman yang didapat di dalam mempersiapkan dan menyelenggarakan pameran menjadi unsur keterampilan, apresiasi seni dan penilaian seni. Sebagaimana sebuah organisasi yang mempunyai visi, misi dan tujuan serta sasaran, manajemen seni juga mengurusi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian di dalam penataan/display, kuratorial, katalogus dan publikasi.
Pendekatan pembelajaran seni rupa disesuaikan dengan materi yang terdiri dari karya dua dan tiga dimensi, jenis Seni Rupa murni atau Seni Rupa terapan, dan Seni rupa modern. Untuk mengungkapkan ekspresi siswa dibekali dengan teknik berkarya dengan mengenal terlebih dahulu tentang cara mengungkapkan gagasan, memilih bahan dan alat, teknik dan corak, serta mengenal tempat berkarya berupa studio. Selain itu obyek seni rupa dapat mengembangkan sikap kritis bagi peserta didik yang meliputi persoalan seni rupa, struktur seni rupa, manfaat seni rupa bagi manusia serta lingkungan. Menurut Herbert Read (1958) ada tiga kategori aktivitas pengajaran seni, yaitu:


  1. Aktivitas ekspresi diri, yaitu keinginan untuk mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan emosi kepada orang lain.

  2. Aktivitas pengamatan, yaitu keinginan mencatat kesan dari perasaan untuk menjelaskan pengetahuan konsepsionalnya, untuk membangun memori, menyusun sesuatu yang dibantu melalui aktivitasnya.

  3. Aktivitas apresiasi, yaitu tanggapan dari individu pada bentuk ekspresi yang ditujukan kepada orang lain atau untuk diri sendiri yang umumnya berupa tanggapan pribadi atas obyek yang diamati.

Pada usia SMP dan SMA siswa berada pada tahap kebangkitan kembali nilai artistiknya, yaitu merupakan awal masa dewasa. Pada tahap ini gambar merupakan kegiatan pertama berkembangnya ke dalam aktivitas artistik yang murni. Biasanya gambar mulai berceritera, dan perbedaan seksual antara laki dan perempuan menjadi lebih jelas. Pada usia masa remaja (13–19 tahun) secara psikologis siswa memiliki ciri-ciri antara lain; Intelektualitas siswa berkembang, mencari pengetahuan baru, menyukai petualangan, kebebasan dan tanggung jawab mulai nampak, memerlukan sahabat, terjadi pertentangan batin, dan berminat pada dunia obyektif dan konkrit, sehingga sudah memungkinkan diberikannya pengetahuan dan pemahaman tentang bidang seni rupa, baik berupa wacana teoritis maupun keterampilan menguasai aspek teknis dalam berkarya seni rupa.


Konsep Pendidikan Seni Rupa dan Kompetensi Dasar Seni Rupa memetakan konsep, teori, dan keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar anak didik memeroleh pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang seni rupa, khususnya dalam membuat karya yang didasarkan pada kreativitas.
Pembelajaran berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan pada setiap jenjang pendidikan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, dan kematangan sosial. Oleh karena itu materi ajar yang tepat dalam pembelajaran seni rupa adalah materi yang dapat mengembangkan potensi kreatif pada peserta didik, yaitu mengandung prinsip kebebasan dalam berekspresi yang dapat mengembangkan pergaulan dan berkomunikasi, yang dalam prosesnya siswa melakukan pengkajian materi dengan cara yang menyenangkan.
Dalam penyampaian materi seni rupa secara umum siswa diberi peluang untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, kepekaan, kepedulian, penghargaan dan penghormatan terhadap seni. Agar penyampaian materi dapat berhasil, banyak cara yang bervariasi dapat dilakukan oleh guru. Pada pembelajaran seni rupa guru dapat mengunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat diplihnya sesuai taraf usia anak dan

sesuai karakteristik mata ajar yang akan diberikan. Terdapat beberapa pendekatan dalam pembelajaran seni rupa yang dapat dilakukan oleh guru, antara lain:



  1. Pendekatan Multikultural, merupakan gerakan reformasi pendidikan yang mempedulikan kepada kesetaraan dalam bidang pendidikan terhadap beragam kelompok etnis. Dalam strategi pembelajaran seni berdasarkan pendekatan multikultural dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengenalan, pengalaman, dan perombakan.

  2. Pendekatan Tematik, merupakan pendekatan terpadu yang menggunakan tema, dengan karakteristik pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa, yaitu dengan kegiatan yang dipilih bertolak dari minat dan keinginan siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.


Perencanaan pembelajaran seni rupa harus merunut pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar seni rupa, termasuk di dalam merancang evaluasi hasil belajar. Guru perlu mengenali dan melaksanakan jenis penilaian berupa tes dan nontes. Bentuk tes terdiri dari tes tertulis, tes lisan, pengamatan dalam proses berkarya, pengukuran sikap, pengukuran hasil karya/tugas, penilaian portofolio atau penilaian diri.
Dalam pembelajaran Seni Rupa guru disarankan untuk menggunakan Pembelajaran Kontekstual (CTL), dimana guru mengutamakan ”strategi memperoleh” dalam batas tertentu secara mengkonstruksi (konstruktivisme), dibanding seberapa banyak siswa memperoleh apa yang diingatnya. Pada pembelajaran kontekstual aktivitas bertanya (questioning) lebih diaktifkan sebagai usaha guru untuk mendorong, membimbing dan

menilai kemampuan berpikir siswa.


Media Pembelajaran Seni Rupa yang harus dipersiapkan guru untuk pembelajaran pengetahuan dasar dan apresiasi seni rupa perlu disesuaikan dengan apakah itu untuk memberikan pengertian tentang seni rupa dan jenis-jenis karya seni rupa, atau untuk menjelaskan tentang unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa. Demikian pula media untuk pembelajaran apresiasi dan pengalaman studio, secara spesifik perlu memperhatikan tingkat satuan pendidikannya, ketersediaan di lingkungan siswa, dan media yang terdiri dari sumber belajar, alat peraga, serta bahan dan alat tersebut diharapkan dapat memberikan peluang menjadikan kegiatan menjadi menarik, merangsang kreativitas, praktis dan memanfaatkan potensi muatan lokal dan memudahkan dalam penyediaannya.
Evaluasi pembelajaran Seni Rupa memiliki perbedaan pandangan dalam meninjau evaluasi dari behaviouristik dan konstruktivistik. Berdasarkan behaviouristik tujuan evaluasi yaitu bahwa siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya apa yang dipahami oleh pengajar itulah yang harus dipahami oleh si belajar. Sedangkan secara konstruktivistik siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam mengin-trospeksikannya. Selanjutnya dalam pembelajaran seni rupa pandangan terhadap evaluasi yakni; merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara memberikan tugas-tugas yang menuntut aktifitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata. Evaluasi hasil belajar akan menekankan pada keterampilan dan proses individual maupun keberhasilan dalam kelompok. Penilaian ini ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi, menentukan acuan kriteria, penentuan keberlanjutan dan penentuan tindak lanjut. Melalui tindakan analisis, menafsirkan data dan pengamatan proses, hasil penilaian guru akan menjadi informasi dari setiap individu untuk mengambil keputusan yang bermakna.
Terdapat beberapa ragam teknik Penilaian Pembelajaran Seni Rupa. Antara lain Tes tulis (Tes isian , Tes uraian, Tes pilihan ganda, Tes menjodohkan), Tes lisan (Daftar Pertanyaan), Tes unjuk kerja (Tes identifikasi dan Tes simulasi) , Tes Penugasan (tugas proyek atau tugas rumah). Selain itu adalah Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen observasi (lembar observasi), Wawancara (pedoman wawancara), Portofolio (dokumen pekerjaan, karya, dan/atau prestasi peserta didik), Angket (kuesioner), Penilaian diri (lembar penilaian diri).
Khusus pada Penilaian Porto folio, yang dinilai adalah: Penilaian Konsep (Penilaian terhadap ungkapan tertulis sebagai representasi belajar segi konseptual dan apresiasi), Penilaian Kinerja (Penilaian terhadap proses sebagai representasi belajar penguasaan teknis, eksplorasi media dan demonstrasi serta penyajian proses kreatif), Penilaian Produk (Penilaian karya atau produk sebagai representasi belajar berkaitan dengan keterampilan dan kreativitas).
Pada kegiatan pembelajaran disusun rencana dan langkah-langkah belajar berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan format penilaian. Agar terjadi keterkaitan antara peta konsep dengan kompetensi siswa dalam pembelajaran, berbagai konsep seni rupa dan pendekatan dirancang agar dapat diimplementasikan di sekolah dengan memperhatikan porsi materi ajar bagi siswa. Demikian pula dalam pembelajaran Seni Budaya pengorganisasian materi perlu dipilah-pilah atas dasar sifat pola dasarnya, esensial, dan pemilihan isi yang diperlukan siswa, atau dengan memberikan pengayaan.
Kompetensi dasar dalam Standar Isi pembelajaran seni budaya substansinya mencakup kemampuan berkreasi dan berapresiasi. Untuk bisa berkreasi dengan baik sesuai dengan standar isi kurikulum siswa harus menguasai dasar-dasar keterampilan berkarya baik dalam menggambar maupun membuat karya yang lain. Keterampilan itu antara lain pemahaman tentang cara dan prinsip menggambar, menggunakan media, memahami dasar-dasar bentuk, warna, tekstur dan menyusunnya pada sebuah komposisi. Sedangkan untuk mampu melakukan apresiasi siswa harus memahami aspek-aspek pengetahuan teoritis bidang seni rupa dan budaya. Kemampuan apresiasi harus didukung oleh kemampuan mengamati dengan teliti, memahami nilai dari obyek yang diamati dan mampu membuat pernyataan yang konsepsional atas pengamatan dan menyatakan pendapatnya tentang karya seni yang diapresiasinya.
Apresiasi Seni Rupa

Pembelajaran apresiasi memberikan latihan pada kemampuan pengamatan, kemampuan mengobservasi, mengeksplorasi media dan teknik untuk mempertajam kepekaan inderawi dan perasaan. Hasil dari pengalaman tersebut akan memberikan sikap sebagai kemampuan berempati atau penghayatan terhadap apa yang diamati. Selanjutnya kepekaan rasa dapat mengasah kemampuan merasakan/menghayati dalam merespons stimulus dengan sensitivitas, yang akan mempertajam dalam persepsi dan perasaan yang mendalam. Pengamatan yang mendalam saat mengapresiasi karya seni rupa pada pandangan pertama, dan menyiapkan diri untuk merasa suka disebut sikap Empati. Selain pengamatan kegiatan apresiasi juga dapat memberikan kemampuan penikmatan. Kemampuan penikmatan terhadap pengalaman dan kualitas estetik suatu karya seni akan memberikan kesenangan dan kepuasan batin.


Kegiatan apresiasi seni merupakan aktivitas yang dilakukan guru dan peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan pengamatan, kemampuan berempati atau penghayatan dan kemampuan penikmatan. Kemampuan pengamatan, meliputi aktivitas yang menghasilkan kemampuan mengobservasi, mengeksplorasi media dan teknik untuk mempertajam kepekaan inderawi dan perasaan. Kemampuan berempati atau penghayatan, meliputi kemampuan merasakan/menghayati dalam merespons stimulus dengan sensitivitas persepsi dan perasaan yang mendalam.
Pada apresiasi pengamat akan merasa lebih dapat menikmati ketika empatinya dan proses berpikirnya dibekali oleh pengetahuan mengenal jenis karya seni, dan memahami asal usul serta coraknya. Misalnya pada karya seni rupa tradisional banyak ditemukan corak hiasan, ornamen yang dibuat dari berbagai motif dan tema dengan stilasi yang ditujukan untuk hiasan semata, atau sebagai fungsi simbolik. Secara hierarkhi pembuatan

karya seni hias tidak terlepas dari Motif, Pola, Ornamen dan Ragam Hias. Karya tradisional yang sarat dengan bentuk hias atau dekoratip, diapresiasi sebagai wawasan terhadap karya seni rupa secara khas berdasarkan karya seni setempat, karya nusantara, dan karya mancanegara.


Kegiatan apresiasi dapat dilatih melalui cara seseorang melakukan penilaian terhadap karya seni. Untuk menilai dengan baik dan benar diperlukan pengetahuan tentang unsur dan prinsip desain. Dalam sikap akan tampak ketika seseorang dapat menghargai karya seni, yaitu dengan menyimpan dan memeliharanya dengan baik. Lebih jauh menilai karya

seni akan berdampak pada cara menghargai karya itu sendiri.


Yüklə 3,94 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   27   28   29   30   31   32   33   34   ...   45




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin