Seorang pria yang melanggar sumpah, bukanlah pria yang bertanggung jawab. Namun seorang pria yang munafik atas perasaannya, tidak pantas disebut sebagai pria



Yüklə 452,06 Kb.
səhifə10/13
tarix22.08.2018
ölçüsü452,06 Kb.
#74147
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13

98

Melissa menyuruhku untuk memotretnya dengan ditemani oleh patung – patung tersebut. “Siap, satu, duaa, say cheese…”

Lantas kami menuju ke wahana ke dua, arena ketangkasan. Namun karena takut waktunya tidak mencukupi, akhirnya kami pun mewatinya dan langsung menuju ke rumah sakit hantu. Di situ antreannya panjang sekali, “Mel, antrenya panjang banget. Langsung ke wahana lainnya yuk” kataku, lalu Melissa malah memakiku “Dasar pengecut loe. Udah gak usah alasan, gue belain deh antre panjang”. Ternyata aq gagal membuatnya untuk melewati wahana ini. Akhirnya kami pun mengantre hingga sepanjang 30 meter. Beruntung untuk masuk ke wahana ini diperbolehkan maksimal 6 orang, jadi nanti akan ada 4 orang lagi yang ikut bersama kami.

Setengah jam berlalu, akhirnya sampailah aq pada antrean terdepan. Aq sempat khawatir karena aq yang berada paling depan. “Ehh Mel, kamu depan ya” tawarku pada Melissa yang berdiri tepat di belakangku, dengan sensinya dia menyahut “Enak aja, loe kan cowok”, aq lalu membalas “Heh, kan kamu yang ngajakin ke wahana ini tadi ! Kamu kan tahu kalo aq takut”, “Ya sebenernya gue juga takut kalo di depan”, “Gimana sih ! Tau gitu kan kita langsung lewat aja tadi. Sok sih kamu !” geramku padanya.

Penjaga wahana rumah sakit hantu mulai mempersilahkan kami masuk. Jantungku semakin berdebar, keringatku bercucuran. Ingin rasanya aq segera kabur dari tempat ini. Dan ketakutanku semakin memuncak setelah tahu kalau keempat orang yang akan ikut kami adalah wanita. Mau tidak mau, aq lah yang harus berada di depan. “Mas, nanti jalannya yang cepet yaa” cetus seorang wanita yang berdiri di posisi paling belakang sebelum kami mulai memasuki wahana ini. Aq sama sekali tidak menghiraukannya, hanya meliriknya sejenak dan mulailah aq memasuki wahana ini.

Suasananya cukup gelap, hanya ada lampu led redup berwarna biru dan merah sebagai penerang. Ada sebuah tangga menuju ke lantai dua dimana kengerian berada. Aq menaiki tangga dengan berhati – hati dan perlahan. Sampai di atas, kami disambut oleh seorang receptionis yang berbentuk patung suster yang menyeramkan. Mata kanannya terlepas, dan ada retakan di wajahnya. Lalu dari soundsystem berkata “Selamat datang dirumah sakit hantu, bla bla bla….”



99

aq tidak memperdulikan omongan dari soundsystem itu. Aq mulai menginjakkan kaki di ruangan pertama, tempat rawat inap pasien, dan tentu saja patung – patung pasien disini sudah di dandani seseram mungkin. Suara – suara menyeramkan langsung menyambut kehadiran kami, patung – patung seram itu tiba – tiba bergerak membuat suasana semakin menyeramkan. Cewek – cewek yang ada di belakangku pun berteriak dengan sangat kencang, dan saling mendorong. Namun entah kenapa rasa takut yang tadi menyerangku tiba – tiba hilang setelah mendengar teriakan Melissa. Aq malah tertawa terpingkal mendengar dia teriak ketakutan seperti itu.

Lalu aq menggoda para cewek ini dengan langsung berlari meninggalkan mereka. Dan Melissa yang berada di belakangku pun mengikuti langkahku dengan ikut berlari, diikuti dengan keempat cewek lainnya. Aq melewati ruangan – ruangan lainnya dengan cepat, bahkan tidak sempat menikmati teriakan Melissa lagi. Dan sampailah aq di akhir ruangan, disitu ada sebuah ruangan untuk berfoto dengan patung – patung seram. Dan lagi – lagi Melissa menyuruhku untuk memotretnya beberapa kali. Padahal kamera ini khusus untuk menjalankan misi, malah digunakan Melissa untuk narsis.

Lantas kami menuju ke permainan lainnya yang tidak kalah seru. Tagada, Istana Boneka, Planet Kaca, Sarang Bajak Laut, Drop Zone, Jet Coster, Berburu, Bom – bom Car, Paus Dangdut dan yang terakhir Spinning. Dan ada juga satu wahana yang extrim bernama Ranger, tapi sayangnya wahana ini sedang dalam perbaikan. Aq dan Melissa bersamaan bernafas lega, tidak ada yang akan sok – sokan berani lagi.

Setelah cukup lelah bermain, kami memutuskan untuk membeli es krim. Dan ketika sedang mengantre, aq seperti mengenal dua orang wanita yang sedang mengantre di depanku. Aq perhatikan dengan seksama, dan ternyata benar dugaanku. Lho, Nisa, Evi ?, seringaiku dari dalam hati. Aq sempat khawatir nanti mereka akan melihatku. Beruntung aq membawa penyamaran culunku tadi ketika aq berkemas sebelum berangkat. Aq langsung pamit kepada Melissa untuk ke toilet. Aq bergegas mengenakan kaca mata, tompel palsu, dan minyak rambut untuk menyisir rambutku belah tengah, dan segera kembali ke antrean. “Ngapain loe makek penyamaran segala ?” Tanya Melissa bingung, aq menjawab “Dua orang yang didepan itu temen – temennya Pelangi, kalo ketahuan bahaya ntar”, “Oohh, okelah” jawabnya singkat.

100

Dan benar lah kekhawatiranku, saat sedang asyik berbincang, tiba – tiba Evi melihatku “Lho, Viki ya ? Yang temennya Ela itu ?”, aq menyahutnya “Iya kak. Kak Evi kan ya”, “Iyaa Vik, ini aq lagi ada rekreasi sama temen – temen panitia ospek. Kamu ngapain disini ?” ujarnya. Ohh jadi ini yang di maksud sama Pelangi tadi pagi, kataku dalam hati. “Owh. Kalo aq lagi maen – maen aja sama kakakku ini. Kenalin ini kakakku, namanya Melissa” aq memeprkenalkan Melissa kepada Evi dan Nisa, mereka saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Lantas aq bertanya “Kak Ela gak ikut ?” tanyaku berpura – pura, Evi pun menjawab “Enggak Vik. Habis kejadian kemaren dia gak di bolehin keluar rumah dulu sama mamanya. Dan katanya ada hal yang lain gitu yang kita gak perlu tau”. Aq hanya terdiam mendengar jawaban dari Evi.

Setelah beberapa saat mengantre, giliran mereka pun tiba. Dan setelah membeli beberapa bungkus ice cream, mereka berpamitan kepada kami berdua “Vik, kak Melissa, kita duluan yaa” kata Nisa, kami bersamaan menyahut “Iyaaa”.

Waktu menunjuk pukul 1 siang. Kami langsung menuju ke Maharani Zoo dan Goa melewati jembatan layang sembari menikmati ice cream. WBL dan Maharani tempatnya bersebrangan, jadi tiket terusan ini digunakan untuk melewati jembatan layang yang menghubungkan keduanya.

Tidak jauh beda dengan kebun binatang lainnya, terdapat banyak koleksi hewan – hewan disini. Karena masih tergolong kebun binatang baru, jadi koleksi binatangnya masih kurang beragam. Namun aq akui, perawatan kandang hewan – hewan ini benar – benar baik. Dekorasinya pun menarik, sehingga hewan – hewan yang ada disana tidak akan mudah bosan. Dan tiap kali kami mengunjungi salah satu kandang, Melissa selalu ingin di foto di depan kandang – kandang hewan tersebut. Bahkan memory di kamera ini pun hampir penuh.

Lalu di tujuan akhir kami pada liburan ini, kami mengunjungi sebuah panggung besar yang juga satu lokasi dengan Maharani Zoo untuk menonton atraksi – atraksi dari para hewan lucu dan cerdik yang sudah terlatih. Mereka melakukan gerakan – gerakan sirkus yang unik sampai membuat kami tercengang dan tertawa lepas dengan kelucuannya. Ada dua ekor berang – berang yang bisa menaikkan bendera, memunguti sampah, bahkan bermain bola. Juga ada seekor



101

burung kakatua pandai yang mampu berhitung, menghafal angka, hingga bermain basket. Dan di akhir pertunjukkan, kami para penonton disuguhkan sesuatu yang special, aksi seekor orang utan. Dia bisa mengendarai sepeda, bercanda dengan pawangnya, dan bergoyang ketika dia mendengar suara music dangdut koplo khas pantura, membuat kami semua tidak dapat menahan tawa. Aq dan Melissa benar – benar puas dengan liburan kali ini. Kami berdua segera kembali pulang ketika waktu telah menunjuk pukul 4 sore.

Melissa kembali berada di kursi kemudi, dia mengendarai dengan kecepatan tinggi melewati jalan tol. Dan dalam perjalanan ini, kami tidak henti – hentinya membicarakan hal – hal yang sudah kami lewati seharian ini. Dan sesekali tertawa ketika menceritakan hal lucu tadi. “Yeee, apalagi kamu tadi tuh yang kayaknya ketakutan banget waktu antre jet coster. Katanya cewek tomboy, mana ? Hahaha” sindirku, Melissa menyahut “Ehh enak aja, gue gak takut kali. Tadi gue Cuma ngelihatin wahananya itu kok ada disamping laut gitu, jadi gue fikir bakalan extreme banget”, “Sama aja itu, takut – takut juga. Hahaha”, “Ya dari pada loe, waktu di wahana Berburu tadi, udah gue suruh nembak tepat di sasarannya, malah gak mau nembak. Masa trauma sampek segitunya ?! Orang Cuma pakek laser doank ! Pengecut banget sih loe, hahaha”, “Ehh kamu tuh yang gak bisa di ajak kerja sama. Udah aq bilang kapalnya tuh di puter ke kanan, malah ke kiri. Ya mau nembak apaan aq ?” sahutku. Hingga perjalanan panjang pun tidak terasa.

Dan saat kami sampai di perbatasan Surabaya, entah kenapa tiba – tiba aq merasakan rasa khawatir terhadap Pelangi. Jantungku kembali berdebar, fikiranku mulai kacau. Hal yang sama seperti dua malam sebelumnya. Namun kekhawatiran ini berlebihan, bahkan aq sampai hampir menitikkan air mata karena terlalu tertekannya perasaanku. “Mel, cepet ngebut Mel. Perasaanku gak enak banget sumpah !” ujarku, Melissa pun bingung lalu bertanya “Emang ada apa ? Cuma perasaan loe doank kali”, aq menyahut “Aq serius Mel, perasaanku gak enak banget. Kayaknya bakal terjadi apa – apa sama Ela”, Melissa membalas “Iya iyaa. Apaan sih mikirin Pelangi sampek segitunya, orang juga banyak yang jagain didepan rumahnya. Lagian dari markas juga enggak ada info apa – apa tuh dari tadi, gak ada warning apa – apa”, “Bukannya markas bakal ngasih info melalui dasi kupu – kupuku, laptop atau tabmu, dan handphone ?”, “Iya lah, terus mau lewat apa lagi ? Selama maen tadi, dasi kupu – kupu dan handphone loe enggak ada suara



102

apa – apa kan”, “Tunggu tunggu, bukannya kamu yang seharusnya bawa laptop atau tab ? Aq tadi sengaja gak bawa HP ataupun dasi soalnya kira kamu udah bawa semuanya”, “Lho, gue juga gak bawa apa – apa ini !”. Kami pun terdiam sesaat, saling memandang dengan tatapan kebingungan. Dan seketika itu juga Melissa langsung mengaktivkan booster dengan kecepatan maksimal. Berkelok – kelok melewati jalanan ramai kota Surabaya dengan perasaan panic.

Hanya butuh waktu sekitar 30 menit, kami telah sampai di depan perumahan. Satpam – satpam yang biasa menjaga gerbang tidak ada di tempat. Tidak biasanya mereka meninggalkan pos pada jam – jam segini, apalagi telah mendekati malam hari. Melissa bergegas menuju ke rumah, dia sudah tidak sabar untuk melihat pesan – pesan dari markas.

Sampai di rumah, kami langsung menuju ke kamar masing – masing. Mengecek alat komunikasi kami. Dan benar saja, di handphone ku ada 134 pesan singkat yang belum terbaca. Dan dari dasi kupu – kupu ada 18 pesan suara yang menunggu. Jantungku berdebar ketika akan mendengar pesan – pesan dari markas. Dan aq lebih memilih membaca pesan singkat dari HP ku.



Agen Viki ! Klien sedang dalam bahaya, cepat datangi dia dan beri dia perlindungan. Dari agen informan, diketahui bahwa mata – mata khusus mafia akan melancarkan serangannya siang ini !

Agen Viki ! Anda sedang berada di mana ? Klien benar – benar dalam bahaya ! Cepat lindungi dia !

Agen Viki ! Agen Viki ! Sinyal merah, sinyal merah ! Seorang agen mafia telah melancarkan serangan. Cepat datanglah dan bantu polisi – polisi itu untuk melumpuhkan para mafia

Agen Viki ! Kenapa anda tidak datang ?! Kini mata – mata khusus mafia telah berhasil menculik Pelangi. Namun beruntung bagi nyonya Indah. Beliau sedang tidak berada di rumah ketika serangan berlangsung. Anda telah gagal dalam misi anda sebagai pelindung klien ! Tapi jangan khawatir, kini anda telah memiliki misi baru. Anda harus bisa menyelamatkan Pelangi dalam keadaan hidup tanpa cacat sedikitpun. Dan masuk dalam kategori tingkat 1.

103

TTD : Pak BOS ! Selamat menjalankan misi, semoga keberuntungan selalu menyertaimu :-)

Itu tadi adalah pesan – pesan yang aq baca. Dan untuk satu pesan saja, ada sekitar 40 – an kali di kirim. Pasti keadaan tadi sangatlah genting, hingga markaspun ikut panic. Tapi, aq malah asik – asikan berekreasi ria bersama Melissa. Aq tidak akan menyalahkan Melissa, karena aq sendiri juga membutuhkan hal itu. Sekarang aq lebih bisa berfikir positive, fikiranku lebih cerah dari sebelumnya. Bahkan aq tidak terlalu panic dalam keadaan ini. Lalu aq membalas pesan singkat dari ayah tadi. Disini agen Viki. Aq akan menyelesaikan misi itu dengan sebaik – baiknya. Namun aq juga perlu tahu dimana letak Pelangi di sekap oleh Mafia. Dan aq akan menyusun rencana dengan matang sembari menunggu kalian menemukannya.

Agen mata – mata khusus mafia nanti pasti akan menghubungi tante Indah untuk meminta persyaratan. Dan aq tahu persis persyaratan apa yang di inginkannya. Jadi, sebelum tante Indah membuat kesalahan, aq akan langsung menuju rumahnya untuk membantunya dalam masalah ini. Namun aq sempat berfikir, agen mata – mata khusus itu pasti sangatlah kuat. Bahkan barikade pertahanan polisi seketat itupun dapat dilumpuhkannya seorang diri. Aq harus bersiap untuk menghadapinya. Aq membawa serta seluruh alat komunikasiku, dan beberapa peralatan lainnya untuk antisipasi.

Ketika aq keluar kamar, aq di kagetkan dengan Melissa yang tiba – tiba berada di depan pintu kamarku. “Lho ! Ngapain kamu disini Mel ?” tanyaku kaget, Melissa lantas menjawab dengan nada lesu “Viki, maafin aq. Ini semua kesalahanku, aq bener – bener nyesel Vik”. Lalu aq menyahutnya dengan penuh senyuman “Tenang aja Mel, ini bukan salahmu. Aq malah berterima kasih karena kamu udah ngajakin aq. Fikiranku bener – bener fresh sekarang, dan memang inilah yang aq butuhkan. Dan kamu gak perlu panic, mereka gak akan apa – apain Pelangi. Yang mereka incar adalah video itu, dan dua saksi. Sedang yang mereka dapatkan sekarang hanyalah Pelangi. Nanti mereka pasti akan meminta tebusan ke tante Indah untuk memberikan video itu dan meminta tante Indah sendirilah yang harus memberikan. Itu adalah trik mereka agar bisa mendapat semua yang merera inginkan. Dan kita harus sesegera mungkin melindungi tenta Indah, bahkan menginap dirumahnya bila perlu.



104

Kita jelaskan ini semua, mengajak beliau kerja sama, dan berharap mereka masih belum mendapat video itu dalam serangan tadi”

“Thank’s ya Vik, aq tenang sekarang. Aq kira kamu bakalan nyalahin aq tadi” kata Melissa, aq pun berujar “Ehh, tumben udah gak loe gue lagi ? Hehee”, “Hihh apaain sih ! Ya udah, sekarang ayo siap – siap ke rumahnya tante Indah. Bener katamu, mending kita nginep aja sekalian di rumahnya”, “Yap, okelah. Aq juga udah siap – siap ini. Aq berangkat dulu ya kesana, entar kamu nyusulin”, “Sip dah Vik” jawabnya singkat.

Di depan rumah tante Indah, ada banyak sekali polisi yang menjaga. Kini penjagaan rumah tante Indah sangat ketat, bahkan juga ada barakuda disana. Sepertinya para polisi itu sangat serius dalam menanggapi serangan mafia. Aq mencoba masuk ke dalam, ada sekitar 7 polisi yang menjaga gerbang rumahnya. “Maaf mas, ada yang bisa kami bantu ?” Tanya seorang polisi muda berseragam lengkap di depan gerbang, aq menjawab “Aq adalah agen mata – mata rahasia pemerintah. Aq ingin menemui nyonya Indah di dalam”, lantas pak polisi tersebut menyahut dengan kembali bertanya “Bisa tolong tunjukkan surat – suratnya ?”, “Lho kok aq malah ditilang ?” tanyaku kaget, “Maaf, maksud saya tanda pengenal anda”, “Oh baiklah” jawabku singkat. Aq langsung menunjukkan kartu keanggotaanku pada orang tersebut, dan beliau pun memperbolehkan aq masuk. “Ohh iya pak, nanti kalo ada cewek cantik yang mau masuk ke dalam, tolong jangan di godain ya. Dia agen pendamping ku” seruku sebelum melewati polisi tersebut, beliau menjawab “Siap pak”.

Aq melewati puluhan polisi yang berjaga di teras rumah. Mereka semua hanya melihatku. Aq merasa risih dengan tatapan – tatapan mereka itu, jadi aq percepat langkahku. Aq menekan bel, dan baru sekali aq menekannya tiba – tiba ada seorang polisi yang membuka pintu dan bertanya “Ada yang bisa saya bantu ?” tanyanya, aq pun menjawab “Saya ingin bertemu dengan tante Indah, apa beliau ada didalam ?”, pak polisi tersebut menyahut “Anda siapa ? Ada keperluan apa bertemu dengan nyonya Indah ?”, “Saya adalah agen mata – mata rahasia pemerintah yang ditugasi untuk menjaga tante Indah”, “Baiklah silahkan masuk” balasnya singkat.

105

Di dalam ada 4 polisi yang sedang menemani tante Indah di ruang tengah. Beliau menangis dan mencurahkan hatinya kepada polisi – polisi yang sudah cukup berumur tersebut. Ketika tante Indah melihatku, tiba – tiba beliau beranjak dari sofa dan bertanya “Lho, nak Sandy ? Sedang apa kamu disini nak ?”. Aq memang sengaja tidak mengenakan penyamaran, karena misi ini juga sepertinya akan berakhir. Aq lantas menjelaskan “Sebenarnya saya adalah agen rahasia pemerintah tan, nama asli saya Viki”, tante Indah kaget + bingung. Dan beliau kembali bertanya “Maksudnya ? Jadi, siapa kamu sebenarnya ? Sandy apa Viki ?”. Sebelum menjawab pertanyan beliau, aq mengambil duduk di samping seorang polisi yang duduk di sofa. Lalu salah seorang polisi yang mengerti dengan keadaan kami berkata “Kalau begitu, kami semua akan menunggu di luar. Silahkan nyonya Indah mengobrol dengan beliau”. Mereka pun beranjak dari tempat duduknya masing – masing. Setelah mereka semua pergi, lantas aq kembali menjelaskan “Jadi begini tante, sebenarnya Sandy yang anda temui di acara pesta, dan Viki yang anda kenal selama ini, adalah satu orang. Dulu saya menyamar sebagai anak dari kolega pak Zaenal yang bernama Sandy untuk misi sebelum ini, menjaga pak Usman. Dan untuk misi ini, aq mendapat tugas untuk menjaga Pelangi dan anda sebagai bodyguard rahasia. Jadi selama ini saya menyamar sebagai Viki yang culun agar tidak di curigai oleh mata – mata mafia. Dan inilah saya yang sebenarnya”

“Jadi selama ini, kau menyamar ? Itu berarti kau sudah menipu saya dan Pelangi !” geram beliau. Mungkin fikiran tante Indah masih kacau, jadi mudah terpancing emosi. Aq pun menjelaskan “Maaf tante, ini sudah prosedur dari organisasi. Awalnya saya sangat menolak untuk menyamar menjadi orang culun seperti itu, menanggalkan jati diri saya yang sebenarnya. Namun setelah saya tahu manfaatnya, jadi saya pun mau untuk terus melanjutkannya”. “Lalu kenapa sekarang kau buka rahasiamu ?” Tanya beliau, aq lalu menjawab “Saya capek tan terus – terusan menyamar seperti ini. Saya tahu kalau keberadaan organisasi rahasia kami ini memang sangat terisolasi dari masyarakat awam, dan keberadaannya pun harus terus di rahasiakan tanpa ada satupun masyarakat awam yang boleh tau. Namun sekarang saya sudah lelah terus – terusan mencari alasan kebohongan untuk menutupi penyamaran. Dan yang lebih saya fikirkan sekarang adalah bagaimana kita bisa segera menyelamatkan Pelangi dari penculikan mafia”.

106

Tante Indah termenung, beliau sedang memikirkan sesuatu. Melihat tante Indah yang seperti itu, aq pun ikut terdiam. Sepertinya beliau tidak memperdulikan penjelasanku tadi, yang ada di fikirannya sekarang pasti hanyalah Pelangi. Dan tidak lama berselang, datanglah Nisa dan Evi yang tiba – tiba masuk begitu saja tanpa memencet bel ataupun mengetok pintu. “Tante, tante” teriak Evi seraya memeluk tante Indah. “Sabar ya tan, polisi – polisi itu pasti bakal berusaha untuk nyelametin anak tante kok” seru Nisa. Tante Indah melepaskan pelukan Evi, lalu kembali duduk dan menyahut sambil terus berusaha menahan tangis “Iya nak, tapi tante masih takut banget Pelangi di apa – apain sama penculik itu. Kata beberapa polisi yang sempet ngelihat kejadian itu, kalau ternyata mafia yang nyerang rumah ini dan menculik Pelangi itu Cuma seorang diri. Dia menggunakan baju zirah besi yang dilapisi dengan peralatan canggih dan persenjataan lengkap di sekujur tubuhnya. Peluru pun tak mampu menembus pertahanannya. Bahkan lebih hebatnya lagi, katanya dia juga bisa terbang, menggunakan jetpack yang ada di punggungnya. Sampai akhirnya banyak korban yang berjatuhan, banyak polisi yang kondisinya kritis. Bala bantuan pun datang terlambat, dan mafia itu berhasil kabur dan membawa serta Pelangi”. Tante Indah kembali meneteskan air mata, Nisa dan Evi terus mencoba menenangkan “Sabar tante, sabaarr. Aq yakin kok Pelangi gak bakalan di apa – apain. Kita pasrah saja sama Tuhan. Berdoa dan berharap agar para polisi itu berhasil menyelamatkan Pelangi”.

Berbeda denganku yang semakin merasa khawatir dengan keadaan ini. Aq benar – benar takjub dengan cerita tentang mafia itu dari tante Indah. Peralatan mereka jauh lebih canggih dari milikku. Aq sempat kepikiran apakah dengan hanya bermodalkan sarung tangan listrik aq bisa mengalahkan baju zirah milik mafia itu. Tidak mungkin jika aq meminta bantuan dari markas. Ini adalah misiku, dan aq sendirilah yang harus menyelesaikannya walau harus bertaruh nyawa.

Lalu Evi menatapku dengan pandangan aneh, begitu juga Nisa. “Heh, kamu siapa ? Kok perasaan pernah kenal ya” Tanya Nisa, sebelum aq menjawab, tante Indah menjawabnya terlebih dahulu “Dia ini Viki, temenmu yang culun itu”. Evi dan Nisa pun terkaget mendengar jawaban dari tante Indah, lantas Evi bertanya “Serius ? Terus kenapa kamu sekarang berpakaian seperti ini ?”, aq menjawab “Selama ini aq hanya menyamar, untuk mencari cinta sejati”. Namun tante Indah malah menatapku aneh, mungkin beliau bingung. Mendengar jawaban anehku itu, Evi dan



107

Nisa pun mengkait – kaitkannya dengan sinetron – sinetron “Ehh, emang loe anak raja ? Lagaknya pakek gitu segala” cetus Nisa, aq menyahut “Iyaa namanya juga usaha mbak sis, kali aja gosok – gosok berhadiah dapet yang mau nerima aq apa adanya. Hahaha”. Tante Indah hanya terdiam, sepertinya beliau mengerti apa maksudku kembali berbohong.

Dan tiba – tiba ponsel tante Indah berbunyi. Aq sempat berfikir itu adalah dari si penculik. “Haloo, siapa ya ?” Tanya tante Indah pada si penelepon. Si penelepon itu pun menjelaskan sesuatu yang tidak terdengar dari sini. Tante Indah pun menangis lagi sembari menutupi mulutnya. Penjelasan yang cukup singkat, dan tante Indah menaruh ponselnya di meja setelah selesai mendengarkan orang itu ngomong. Nisa bertanya pada beliau “Ada apa tante ? Itu tadi siapa ?”, “Itu tadi yang menculik Pelangi nak” jawab tante Indah, “Hah ?! Terus apa katanya ?” Tanya Evi kaget, lalu tante Indah menjelaskan “Dia janji bakalan ngelepasin Pelangi asalkan tante mau nyerahin video yang dulu sempet ngerekam penembakan om Usman yang dilakukan sama ayahnya”. Mendengar penjelasan beliau, aq pun ikut terkaget “Apa ! Jadi mata – mata mafia itu adalah anak dari pak Bejo ?”, “Iya nak” jawab beliau. “Dia juga minta tante sendiri yang nyerahin video itu. Gak peduli siapapun yang bakal ngikutin tante nanti, karena dia bakalan membunuh semua yang ikut campur masalah ini. Jadi kalo tante gak mau ada yang mati, lebih baik tante serahin sendiri. Dan dia nanti mau sms in alamatnya” lanjut beliau. Aq pun langsung memahami apa maksud dari mata – mata mafia itu, lalu aq pun berkata “Jangan tan, itu jebakan”, beliau bertanya “Jebakan gimana maksudmu nak ?”. Aq menjelaskan “Yang diinginkan oleh mata – mata itu bukan hanya video itu, tapi juga tante Indah dan Pelangi. Kalo tante nyerahin video itu, tante dan Pelangi pun tetap akan di bunuh sama dia. Karena misinya adalah mendapatkan video itu, dan membunuh tante Indah juga Pelangi”

“Jadi, dia mau bunuh tante Indah dan Pelangi gitu maksudmu ?” Tanya Evi, “Iya” jawabku singkat. Tante Indah kembali bertanya “Lalu apa yang mesti aq lakukan nak ? Apa aku juga harus memberitahu polisi – polisi diluar itu ?”, aq menjawab beliau “Iya, tante mesti kasih tau ke polisi – polisi itu, tapi nanti bila saatnya tiba. Sebagai awalnya, biar aq dan Melissa yang mencoba menyelamatkan Pelangi terlebih dahulu. Besok pagi – pagi sekali, kami akan berangkat menuju alamat yang akan di smskan nanti. Tapi bila hingga tengah hari kami masih belum



108

kembali, silahkan tante datang ke tempat itu bersama dengan backup polisi sebanyak mungkin. Dan bawalah serta video itu untuk jaminan”.

Evi pun ikut angkat bicara “Lalu bagaimana bila si penculik itu juga membawa pasukannya ?”, “Tenang saja, bila dia memang membutuhkan itu, dia pasti akan menggunakannya ketika menculik Pelangi tadi. Tapi dia melakukannya sendirian, walau dia tidak tahu seketat apa pertahanan dari para polisi. Dan aq yakin, pasti nanti dia akan sendirian. Karena itu juga aq meminta tante Indah untuk membawa backup sebanyak mungkin. Bahkan bila perlu, minta tolong juga kepada TNI. Bawa helicopter, tank bahkan pesawat jet sekalipun bila perlu. Karena yang kita hadapi ini jauh lebih tangguh dari yang kita fikirkan”. Tante Indah menyahutku “Baiklah nak Viki, kamu hati – hati ya nak. Tante sangat berharap padamu”, “Siap tante, aq pasti akan menyelamatkan Pelangi dengan segenap jiwa ragaku” jawabku yakin.

“Tapi, emang loe bisa nyelametin Pelangi Cuma berdua aja ? Emang loe siapa sok – sokan kayak gitu segala ? Mau pamer di depannya tante Indah biar dapetin perhatiannya gitu ?” seringai Evi padaku, aq pun lantas membalasnya “Tidak ada satupun pertanyaanmu yang perlu aq jawab. Maaf, karena banyak hal yang sebaiknya tidak perlu kau tahu”. Nisa dan Evi kembali memandangku aneh, mereka sepertinya curiga denganku, pasti mereka sedang berfikiran yang macam – macam.

Aq pun muai tersadar, bila ada yang kurang dalam pertemuan ini, Melissa. Sampai sekarang dia tidak kunjung datang. Apa mungkin dia terjebak diluar bersama dengan polisi – polisi itu. “Ehm tante, saya mau permisi kedepan dulu sebentar” kataku, tante Indahpun mempersilahkanku. Dan ketika aq hendak membuka pintu, tiba – tiba aq dikagetkan dengan seseorang yang nyelonong masuk begitu saja “Hay Vik, sorry sorry, gue tadi habis mandi dulu, bau keringet soalnya. Tahu kan kalo cewek mandi itu gimana”. Ternyata itu Melissa, sambil membawa tas ranselnya yang terlihat penuh. “Ya udah, cepetan masuk”, “Okelah” sahutnya.

“Ehh nak Melissa, sini sini duduk. Bawa apa aja itu ?” sapa tante Indah, terlihat sekali kalau mereka sudah sangat akrab. Melissa menyahut “Ini Cuma bawaan pribadi aja sih tan. Aq bawa sebanyak ini soalnya sekalian mau nemenin tante Indah di sini”, “Lho, kamu mau nginep ?



Yüklə 452,06 Kb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin