Terencana, terkoordinasi, teruji, dan terbukti



Yüklə 0,6 Mb.
səhifə1/11
tarix08.01.2019
ölçüsü0,6 Mb.
#92761
  1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11

DUA PENDEKATAN DALAM MENGKAJI d:\dosen\foto&wall&logo\papah2.jpg

TERENCANA, TERKOORDINASI, TERUJI, DAN TERBUKTI”



Renungan atas motto juang PRODI P IPS

FKIP UNIBBA

RANCANG PANDANG ORANG PINGGIRAN

Sepi yang sekarang,

Adalah sepi yang kemarin juga di kamarku,

Adalah keterasinganku.

Mengundang tarikan nafas

Hilang dalam detak waktu yang terasa kian panjang.

Ku bulatkan langkah satu-satu menembus kesunyian

Tetapi hati yang lebih jemu

Terlalu letih untuk dibicarakan

Tentang sepi kali ini
Keheningan bukanlah sesuatu yang pasif

Ia tidak berdiam diri

Tetapi ia hidup

Dan inti hidup itu sendiri


Tanpa keheningan dan kesunyian

Semua dapat dirasa dangkal

Tak satupun yang sungguh mendalam

Kesunyian menghadirkan ketenangan

Ketenangan memancarkan kematangan

Dalam menyatakan kedalamanan


Tergambar disini,

Sunyi-Mu yang anggun dan suci

Berkias dalam alam melintas perbukitan

hati terangadah

menjadi kelu

menjadi bisu, terbalut rindu

......................

.............

...

Setiap detik adalah ujian……………………………………………….



Supaya kita dapat mengkaji dan berpikir

Supaya kita dapat berdoa dan berdzikir

Supaya kita dapat berdiri dan berikhtiar

PENDEKATAN PERTAMA

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF DALAM KEDEWASAAN INTELEKTUAL

PENDAHULUAN

Kebutuhan menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual berarti manusia percaya dan yakin bahwa kecenderungan seseorang kepada sesuatu yang tidak diketahui adalah sejalan dengan kecenderungan hawa nafsu, maka dengan kemampuan intelektualnya ia harus dapat membuat reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman baru itu sehingga dengan kedewasaan intlektual dapat melaksanakan kekuatan 7M sebagai suatu pendekatan dalam mencari jawaban tidak ada gunanya menangisi yang telah berlalu, maka disitulah terletak wujud dari kedewasaan intelektualnya.

Dengan pondasi kedewasaan rohaniah yang kokoh, yang menopang kedewasaan dalam sosial dan emosional, maka kekuatan daya kemauan akan menuntun kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat kedalam kebiasaan pikiran dalam mengamalkan firah manusia.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka kekuatan kebiasaan pikiran dibentuk oleh kemampuan kekuatan berpikir, oleh karena itu gunakan pikiran positif untuk mengubah hidup anda sehingga hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri. Jadi untuk mengungkit potensi dan bakat yang ada pada diri sangat bergantung atas memperkuat daya kemauan untuk mengungkit daya ingat melalui pemahaman atas intelektual.

Intelektual adalah kekuatan berpikir dari mengetahui sesuatu yang belum diketahui. Sesuatu yang belum diketahui adalah apa yang disebut dengan kebenaran. Jadi kedewasaan inteletual menjadi satu kekuatan pikiran yang menggambarkan potensi dan bakat manusia yang dapat digerakkan oleh kemampuan berpikir baik yang disadari maupun tidak disadari.

Berpikir disadari artinya berpikir secara metodis (disadari) yang digerakkan oleh dua kekuatan yaitu otak dan hati, sedangkan tidak metodis (tidak disadari) digerakkan oleh kekuatan hati artinya disebut juga intuisi.

Jadi dengan tingkat kedewasaan intelektual akan mampu menggerakkan kekuatan kebiasaan pikiran kedalam sifat berpikir biasa, logis, ilmiah, filsafat dan theologis. Dengan demikian, usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual akan terletak dari kebiasaan yang produktif dari kemampuan manusia untuk mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi sehingga diperlukan kemampuan untuk mendalami hal-hal yang terkait dalam kebiasaan pikiran.

KEBIASAAN PIKIRAN YANG PRODUKTIF

Kebiasaan pikiran yang produktif hanya dapat tumbuh dan meningkat akan bergantung pemahaman yang mendalami mengenai ilmu pengetahuan dan daya kemauan.



Ilmu dapat dipahami secara mendalam dari informasi yang bersendi akan pengetahuan, sehingga pengetahuan adalah tangga pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut. Orang ketahui dahulu sesuatu masalah, barulah orang memikirkan hubungan sebab dan akibatnya, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „apa yang harus dilakukan dan mengapa ?“

Sebaliknya pengetahuan yang didapat dari pada pengalaman disebut pengetahuan pengalaman atau disingkat dengan pengetahuan artinya bersendikan dari pengalaman yang biasanya disebut dengan „keterampilan“, dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „bagaimana melakukannya ?“



Daya kemauan disebut keinginan yang bersendikan dari niat yang akan menentukan dengan pikiran itu orang akan sampai pada kemampuan „mau melakukannya ?“

Jadi kekuatan pikiran menjadi kebiasaan yang produktif merupakan prinsip dan pola sikap serta perilaku yang dihayati, bila setiap orang mampu mendalami dan mengintergrasikan dalam prosen berpikir dengan kekuatan untuk memanfaatkan informasi (ilmu), pengalaman (keterampilan) dan niat (daya kemauan menjadi keinginan), akan menjadi suatu kekuatan untuk mampu mengungkit potensi dan bakat yang tersembunyi, sehingga apa yang disebut kebiasaan pikiran adalah kehidupan hati dan jiwa yang mampu untuk memahami, menghayati dan mengamalkan sebagai kekuatan pikiran yang memimpin amal perbuatan.



KEBIASAAN PIKIRAN DALAM PEMBERDAYAAN OTAK

Mendalami perberdayaan otak berarti anda ingin belajar mengenai keterkaitannya dalam memori, naluri, emosi, berpikir, sikap, perilaku, kepribadian, dengan perencanaan, mengorganisir, menggerakkan, kontrol dan aplikasi manajemen pemberdayaan otak, sebagai suatu usaha-usaha dalam meningkatkan kedewasaan intelektual.

Sejalan dengan ungkapan diatas, maka berpikir berarti ada niat untuk menggali tambang emas yang ada pada dirinya sebagai manusia ciptaan Allah SWT, disatu sisi ia harus merencanakan, menggerakkan, memimpin dan mengawasi terhadap unsur memori, emosi dan naluri yang ada dalam otak dan disisi lain bagaimana ia memberdayakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mencari masalah dalam berpikir.

Jadi bila anda berpikir ingin mendapatkan barokah yang bersumber dan merupakan karunia dari sifat Rahman-Rahim (Rahmat)Nya semata berarti anda berpikir memanfaatkan otak mencari jawaban bagaimana syariat lahir adalah untuk diamalkan oleh jasad batin. Oleh karena itu lahir batin anda yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir dan batin wajib dilaksanaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadaan.

Dengan demikian hikmah berpikir harus dapat diaktualisasikan untuk kebaikan dirinya dan orang lain, maka disitulah anda akan menemukan tentang diri anda dengan mengkoordinasi-kan, mengintegrasikan dan mengsinkronisasikan dari proses pemberdayaan otak untuk melakukan perubahan dalam bersikap dan berperilaku di dunia dan di akhirat

Berpikir adalah aktualisasi otak sebagai sumber penggerak yang tidak terbatas dengan menggambarkan dan membayangkan sesuatu dalam pikiran. Setiap hari dalam kehidupan anda akan berpikir, sudah tentu bila anda menghadapi suatu masalah, maka anda akan berpikir dalam kategori yang bersungguh-sungguh berarti menjalankan pikiran, memperkembangkan alat berpikir agar mampu menghadapi persoalan dan memecahkannya.

Manusia dalam kehidupan kesehariannya tidak pernah melepaskan diri dari berpikir dan karenanya, kita harus memahami alat berpikir yang kita sebut dengan KESADARAN, KECERDASAN DAN AKAL. Ketiga alat berpikir itu bergerak sesuai dengan dorongan dari berpikir untuk mengetahui dari sesuatu yang tidak ketahui menjadi suatu kebenaran.

Untuk dapat menggerakkan kemampuan berpikir dengan memanfaatkan otak atas sebagai alat pikir dan otak bawah sebagai alat menghayati, maka berpikir disini terwujud dari proses mental yang sadar.

Oleh karena itu diperlukan pula pemahamam tahapan berpikir, yang menurut J.Kafie mengungkapkan lima bentuk yaitu:

(1)  BERPIKIR BIASA yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita.

(2)  BERPIKIR LOGIS yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat menarik kesimpulan yang korek (sah).

(3)  BERPIKIR ILMIAH yaitu berpikir secara sistematis, metodis, dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

(4)  BERPIKIR FILSAFAT yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, integral dan universal.

(5)  BERPIKIR THEOLOGIS yaitu corak berpikir Qur’ani yang bertujuan untuk mencapai suatu keyakinan bahwa Allah SWT adalah wujud Al Haq.

Bentuk berpikir tersebut memberikan arti kita dalam bersikap dan berperilaku untuk mengaktualisasikan berpikir dengan ketiga unsur jiwa itu (KESADARAN, KECERDASAN, DAN AKAL) bertindak dengan serentak saling mengisi dan saling membantu.

Dengan ketiga jiwa tersebut kita mampu menempatkan berpikir untuk apa kita hidup, maka dalam kita berpikir kita patuh kepada pesan-pesan Rasullullah SAW seperti”:

“Rebutlah lima peluang sebelum terjadi lima perkara: masa mudamu sebelum tiba masa tua, masa sehatmu sebelum tiba masa sakit, masa lapangmu sebelum tiba masa sibuk, masa kayamu sebelum tiba masa papa dan masa hidupmu sebelum tiba ajalmu.”

“Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanyai tentang empat perkara: (1) Tentang umurnya, untuk apa dihabiskan, (2) Tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan, (3) Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan, (4) Tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. “

Jadi dengan memahami tahapan berpikir tersebut serta dapat menangkap makna dibalik ungkapan pesan-pesan diatas, maka kita dapat memahami untuk mengaktualisasikan sebagai awal kita berpikir dengan menggerakkan KESADARAN artinya dengan kesadaran kita dapat berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita.

Dengan kesadaran itu kita dapat meletakkan perhatian pada barang sesuatu sehingga dapat memusatkan kesadaran pada apa-apa itu dan menyadarkannya. Jadi kesadaran yang dipusatkan dapat mempertajam panca indera kita ke satu arah pusat perhatian, yang kita sebut dengan fokus. Kesadaran akan berpusat di otak atas sebelah kanan.

Kesadaran tidak berarti apa-apa dalam berpikir, bila tidak dibantu oleh KECERDASAN karena kesadaran menyadarkan tentang apa-apa, namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya. Jadi melalui kecerdasan kita dapat menangkap fakta dan informasi untuk mengingatkan masalah kita hadapi atau dengan kata lain seberapa besar resiko yang dihadapinya, tapi laporan itu akan menjadi penting bila kita dapat mencari jawaban untuk menghindarkan atau menumpasnya. Kecerdasan akan berpusat di otak atas sebelah kiri.

Kecerdasan menjadi bermakna, bila AKAL menunjukkan untuk mencari jalan untuk memenuhi maksud dan tujuan kita. Dengan akal, akan mempersoalkan dimana letaknya bahaya, apakah macam bahaya yang akan dihadapi, apakah akan segera datang atau berlangsungnya tetap sebagai bahaya, bagaimana ia dapat dihindarinya. Kemudian menunjukkan cara-cara penyelesaiannya, disitulah letak pekerjaan akal.

Tidak heran pula muncul dalam kita berpikir untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan tertentu, sehingga lahir ungkapan seperti apakah barang sesuatu masuk diakal atau tidak.

Dengan demikian akal adalah potensi rohaniah yang memiliki pelbagai kesanggupan seperti kemampuan berpikir, menyadari, menghayati, mengerti dan memahami, sehingga kegiatan akal itu berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelengensi. Akal berpusat di otak bawah sadar yang disebut hati.

Walaupun kita menyadari bahwa akal, kadang kala diartikan hati jasmani, roh penggerak badan jasmani, nafsu syahwat dan ilmu. Dalam Al-qur’an dan hadits menyebutkan “hati” maka yang dimaksud ialah benda halus lagi indah yang terdapat dalam diri manusia yang mengenal hakikat segala sesuatu.

Jadi dengan ketiga jiwa tersebut kita tidak dapat menyebutkan yang satu dengan meninggalkan dua yang lainnya, sehingga setiap kita mengaktualisasikan jiwa tersebut dalam berpikir, ia akan bertindak dengan serentak, saling mengisi dan membantu.

Agar anda menggunakan otak anda dan daya kekuatan yang didalamnya, berusaha untuk mengembangkan dan meluaskan pikiran anda. Gunakanlah kesemua itu untuk berpikir secara dinamis dan maju. Untuk berpikir secara luas, maka kita menyadari betapa pentingnya kita mengembangkan daya ingatan dalam kerangka kita berpikir dengan menghayati situasi dibawah ini:

(1) Senantiasa menyadari bahwa otak tidak mengenal pembatasan dalam penggunaannya;

(2)  Rentangkanlah pemikiran anda dengan mencakup pemikiran orang lain;

(3)  Kembangkanlah kecakapan anda bagi suatu pengawasan mental;

(4)  Berikanlah tugas yang terus-menerus kepada komputer pikiran bawah sadar anda dan mempercayai jawaban yang diberikannya;

(5)  Kembangkanlah kemampuan anda untuk mengingat dan mengembalikan ingatan akan hal-hal yang sudah terjadi.



LANGKAH MENINGKATKAN KEDEWASAAN INTELEKTUAL

Bertitik tolak dari pemikiran-pemikiran yang dikemukakan diatas, maka usaha-usaha menumbuh kembangkan kedewasaan intelektual terletak pada pemahaman atas pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang mampu mendorong untuk memberikan ruang gerak untuk belajar dalam usaha untuk meningkatkan kapasitas penalaran kita dan  sekaligus memanfaatkan dengan lebih baik intelegesi kita, kebijakan intuisi dan kekuatan yang ada dalam menggali potensi otak yang sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian, maka kebiasaan pikiran haruslah kita tuangkan dalam satu kerangka kerja seperti yang diuraikan dibawah ini :

A. PERTAMA MILIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

VISI Kedewasaan Inteletual menggambarkan suatu pernyataan :

Membangun CITRA dalam kemampuan kebiasaan pikiran yang produktif dan pemberdayaan otak dengan  BUDAYA yang mampu mendorong kesalehan intelektual dengan ARAH memperkuat daya kemauan dengan  TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan dalam kebersihan jiwa dan hati“

Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

MISI Kedewasaan Intelektual menggambarkan suatu pernyataan :

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

MEMPERHATIKAN kekuatan kebiasaan pikiran sebagai jalan keselamatan perjalanan hidup dalam usaha untuk  MEMBIMBING kemungkinan pikiran menuju kebahagian , maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS memberikan sesuatu yang sangat menentukan dalam usaha menjaga hati nurani secara EKSPRESIF  mendorong kekuatan kebiasaan dengan tafakur“

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kreteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :



Tujuan-tujuan dalam meningkatkan kedewasaan intelektal adalah:

Rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan intelektual dalam pemikiran jangka panjang adalah :



  • Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah.

  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti takut kepada Allah

  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti menghidupkan hati

  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti amal perbuatan

  • Meningkatkan kdewasaan inteletual berarti kebaikan di dunia

  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti keyakinan

  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti kepercayaan

  • Meningkatkan kedewasaan intelektual berarti membuka hakikat

Sasaran-sasaran dalam meningkatkan kedewasaan intelektual adalah :

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan  dan dituangkan secara kuantitatif baik dalam pemikiran jangka panjang maupun pendek, oleh karena itu sasaran  tersebut dirumuskan kembali secara berurut dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

Misalkan sasaran yang hendak dicapai dari tujuan „Meningkatkan kedewasaan intelktual berarti menjalankan ibadah“ maka rumusannya haruslah dibuat secara kuantitatif sebagai sasaran yang hendak direalisir,

Misalkan gambaran kuantitatifnya dapat dituangkan kedalam target waktu, kegiatan mendalami makna ibadah (agama islam, syahadat, iman, hukum, istinja’, najis, air, mandi wajib, wudhu dsb)



Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Sebagai kerangka pikir untuk merealisasikan sasaran yang hendak dicapai, maka diperlukan strategi untuk melaksanakan kebiasaan pikiran yang dapat menuntun pelaksanaannya sebagai berikut :



  • Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat

  • Kemampuan mengetuk dinding jiwa

  • Kemampuan meningkatkan wawasan menuju kesalehan intelektual

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai ilustrasi, maka rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan mengungkit kekuatan daya ingat“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :



  • Kemampuan mendalami makna otak atas dan bawah sadar.

  • Kemampuan mendalami makna dan kapasitas ingatan

  • Kemampuan meningkatkan daya ingat.

B. KEDUA MENULISKAN KEMBALI DARI RENCANA

Merumuskan kebiasaan yang produktif yang hendak dibangun dan dikembangkan sebagai suatu keinginan anda berdasarkan niat yang hendak dicapai dalam kedewasaan sosial, dengan memperhatikan pikiran pertama yang dituangkan kedalam kemampuan anda untuk menuliskan kembali agar anda selalu mengingatnya, yang kita sebutkan kedalam pemikiran :



  • Memberikan arah pemikiran jangka menengah antara 2 sampai 3 tahun dalam rangka untuk mengenal posisi kedepan yaitu seberapa jauh makna kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang untuk mewujudkan rencana persfektif yang telah digambarkan.

  • Menuangkan kembali agar anda selalu ingat untuk memberikan prioritas dalam pelaksanaannya agar dapat memberikan tahapan pencapaian dengan memberikan fokus dalam kebiasaan pikiran.

  • Bertolak dari pemikiran yang difokuskan tersebut lebih lanjut dituangkan kedalam arah pemikiran jangka pendek untuk jangka 1 tahun dengan menilai kinerja diri sendiri yang dapat diungkapkan pemikiran secara kuantitatif dan kualitatif

C. KETIGA MENGUNGKAPKAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Bertitik tolak dari langkah B diatas, maka renungkan apa yang dipikirkan pada titik dua diatas kedalam tantangan apa saja yang dapat menghambat niat dari kebiasaan yang hendak di tumbuh-kembangkan menjadi suatu kebiasaan-kebiasaan yang mendorong kekuatan pikiran yang positip dalam perubahan sikap dan perilaku di masa kini dan masa depan.

Tantangan yang dihadapi sejalan dengan pemikiran untuk mencapai sasaran yang digariskan dengan memperhatikan strategi dan kebijaksanaan, maka tantangan yang terbesar terletak dari daya kemauan yang kuat untuk merubah kebiasaan yang negatif sebagai akibat :


  • Ketidak mampuan untuk menggerakan kekuatan berpikir positif.

  • Kebiasaan pikiran negatif berlangsung terus menerus sehingga mendorong sikap dan perilaku sulit melakukan perubahan kekuatan kesadaran yang bersifat inderawi.

  • Kebiasaan pikiran negatif  karena kecenderungan manusia yang jauh dari Allah, pengalaman masa lalu yang mendorongnya, tidak memiliki hidup dengan orientasi yang jelas, dampak dari kebiasaan yang membelenggu pikiran mereka, dampak dari pikiran kemauan diri sendiri, dampak dari pengaruh faktor eksternal, kemauan dan kebiasan dari gaya hidupnya, tidak memiliki wawasan dan imajinasi karena terbatasnya penguasan ilmu dari informasi, pengetahuan yang dapat dari pengalaman atas keterampilan dan keinginan yang tidak jelas niat sehingga mendorong kebiasan hidup yang tidak memiliki inspirasi dalam hidup.

D. KEEMPAT MERUMUSKAN SISTEM KEBIASAAN PIKIRAN

Dengan memperhatikan pikiran-pikiran yang diungkap diatas, maka dalam merumuskan suatu sistem yang dapat menuntun kebiasaan-kebiasaan baru yang dibina dan dikembangkan dari kekuatan 7 M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami dan mengamalkan) yang sejalan dengan tingkat kedewasaan berpikir yang hendak dicapai dalam perjalanan hidup yang abadi ini sehingga konsepsi sistem yang dibangun terdiri dari :



  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem input yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang ditentukan oleh 1) paradigma berpikir dari kemampuan apa dan bagaimana berpikir (berpikir biasa, logis, ilimiah, filsafat, theologis yang bertolak dari berpikir sadar dan atau tidak disadari) ; 2) dampak dari paradigma berpikir (konsepsi, tindakan, kesehatan, perasaan, jatidiri, kepercayaan diri, kondisi phisiologis, membentuk kebiasaan)

  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem proses yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan kekuatan kebiasaan pikiran yang dipengaruhi oleh tingkat kesadaran inderawi ke rasional, ke rohaniah, bila kesadaran inderawi yang dominan dan mendorong manusia berpikir materialistik akan menjadi kebiasaan berpikir negatif yang membentuk pikiran melalui proses 1) perekaman, 2) pengulangan, 3) akumulasi, 4) pengulangan, 5) pembiasaan, sehingga mempengaruhi terbentuknya kelemahan daya kemauan.

  • Pemahaman atas pelaksanaan sistem output yang mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan hasil dari kemauan dan kebiasaan yang mendorong berpikir positif dengan kejelasan output dari kebiasaan pikiran kedalam motif, prinsip yang dianut, sifat kepribadian, tanggung jawab, strategi, dan kebijaksanaan.

E. KELIMA MEMBANGUN KETELADANAN

Bertolak dari pemikiran sistem kebiasaan pikiran ang diungkapkan diatas, maka rumusan kekuatan-kekuatan pikiran anda untuk mendorong dalam memperkuat daya kemauan untuk membina kebiasaan yang baru dalam usaha secara terus menerus agar dapat diterima sebagai peran keteladanan yang dapat diterima semua pihak. Dengan semangat daya kemauan yang keras dalam kebiasaan-kebiasaan baru tersebut, anda diharapkan mampu melihat jati diri anda sendiri.

Oleh karena itu, kunci keberhasilan dari peningkatan kedewasaan sosial ditentukan oleh wujud meraih cinta ilahi dengan meraih hidup bahagia dunia dan akhirat dari kekuatan berpikir positif sehingga mampu menyesuaikan pikiran dari keteladanan kepribadian Muhammad Rasulullah dalam rangka melaksanakan 7 M menjadi kenyataan untuk membangun kekuatan pikiran untuk tidak mendorong kiblat kepada manusia melainkan kiblat kepada sang pecipta.

F. KEENAM  MELAKUKAN PENYESUAIAN ATAS RENCANA

Langkah keenam dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru, maka keberhasilan dari setiap langkah pemikiran dalam merentas jalan menjadi diri sendiri harus ada kesiapan diri untuk melakukan perubahan atas rencana yang telah digariskan bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, maka menjadi pribadi yang dicintai diperlukan penyesuaian atas suatu rencana karena kekuatan pikiran mampu menembus batas waktu (masa lalu, masa kini dan masa depan), batas ruang (jawa, sumatera, kalaimatan dsb), tak kenal batas waktu (pagi, siang, sore, petang, malam) dan meningkatkan serta menurunkan energi dalam kemampuan proses berpikir. Jadi melakukan penyesuaian atas rencana merupakan kebutuhan dalam proses yang terkait dalam pikiran membentuk kebiasaan sehingga perlu terfokuskan kedalam kebiasaan pikiran dan pengaruhnya terhadap pengaturan yang terkait dengan optimisme, ideology, mental, konsentrasi, kausalitas dan sebagainya.

PENDEKATAN KEDUA

MENINGKATKAN KEBIASAAN PRODUKTIF DALAM KEDEWASAAN SOSIAL

PENDAHULUAN

Menjadi pribadi yang dicinta diperlukan tingkat kedewasaan berpikir sehingga merasakan kedamaian dengan ruhani yang hidup, oleh karena itu kedewasaan sosial hanya dapat tumbuh dan berkembang kedalam kehidupan manusia sebagai suatu keluarga besar dalam kehidupan kebersamaan yang harus didukung oleh kekuatan dari kedewasaan rohaniah sebagai pondasi.

Dengan pemikiran tersebut diatas, marilah kita memulai dari sudut kekuatan kedewasaan sosial dalam keluarga, yang ditunjukkan oleh sikap dan perilaku dalam usaha mewujudkan apa yang disebut dengan keharmonisan.

Jadi keharmonisan menjadi sumber kekuatan dalam kehiduan sosial dan keluarga, oleh karena itu sebagai wujud dari keharmonisan ditunjukkan oleh sikap dan perilaku kasih sayang, oleh karena itu dengan prinsip kasih sayang maka akan melahirkan sifat hubungan keluarga antara suami isteri, ayah dan anak, anak dan orang tua, kemenakan, paman dsb, begitu juga usaha-usaha manusia hidup di tengah masyarakat.

Dengan demikian dalam meningkatkan kedewasaan sosial, juga berarti untuk mengangkat kekuatan berpikir berdasarkan kedewasaan rohaniah, maka setiap situasi hadapilah manusia itu sesuai dengan keadaan mereka. Maklumi apa yang tidak sengaja mereka lakukan. Ketahuilah, bahwa ini merupakan sunnatullah pada manusia dan kehidupan itu sendiri.

Oleh karena itu, bangkitkan kekuatan kebiasaan pikiran bahwa ilmu sebagai informasi, pengetahuan sebagai pengalaman, keinginan sebagai niat jauh lebih baik daripada tumpukan harta, karena mencintai harta benda adalah sifat binatang dan senang dengan kebiasaan pikiran adalah sifat manusia.

Jadi dengan meningkat kedewasaan sosial diharapkan menjadi wujud, jadilah seorang pemberani, berhati teguh dan berjiwa kuat serta memiliki semangat dan tekad. Janganlah anda sampai tertipu dengan cerita bohong, sehingga belajarlah dari pengalaman yang menggambarkan „adakah surga di rumahmu ?, maka disitu terletak gambaran mengenai tingkat kedewasaan sehingga renungkan pula makna „ ibu engkau begitu mulia“, dengan demikian ia dapat menjadi daya dorong dalam perjalanan hidup ini untuk menghindari kebisingan dan hiruk pikuk di dalam rumah dan tempat kerja anda, sehingga di antara tanda kebahagian adalah ketenangan, ketentraman dan keteraturan yang sejalan dengan keyakinan dan kepercayaan anda.

MELAKSANAKAN PENINGKATAN KEDEWASAAN SOSIAL

MILIKI SUATU RENCANA TERPADU :

Yang dimaksud dengan rencana terpadu, mencakup suatu rencana jangka panjang, menengah dan pendek artinya ada kejelasan rencana tersebut saling keterkaitan dalam pelaksanaannya.

Rencana jangka panjang, mengungkapkan pemikiran yang memberikan arah persfektif yang mencakup :

VISI Kedewasaan Sosial  menggambarkan suatu pernyataan :

Membangun CITRA dalam usaha menumbuh kembangkan keharmonisan dalam lingkungan sosial dengan BUDAYA yang berlandaskan dengan akhlak beragama dengan ARAH membentuk kasih sayang sebagai kekuatan untuk menggerakkan kebiasaan pikiran dengan TUJUAN sebagai manusia yang mampu memberikan kekuatan-kekuatan keteladanan dalam hidup“

Jadi pada pernyataan visi diatas, terdapat empat unsur yang harus diperhatikan, apa yang disebut dengan CITRA, BUDAYA, ARAH, TUJUAN, yang dapat anda ukur pencapaiannya secara kualitatip sebagai kreteria. Oleh karena itu, maka pernyataan visi menggambarkan arah perjalanan yang hendak dituju.

MISI Kedewasaan Sosial menggambarkan suatu pernyataan :

Sebaliknya  dengan menggambarkan pernyataan MISI sebagai penjabaran dari visi, yang  menyatakan bagaimana sarana itu disiapkan dalam menuju arah yang dituju dengan pernyataan sebagai berikut :

MEMPERHATIKAN kekuatan keharmonisan dalam menuntun sikap dalam mengkomunikasikan suara hati untuk MEMBIMBING dalam berperilaku yang sejalan dengan wujud kasih sayang, maka kekuatan ANALITIS STRATEGIS sangat menentukan makna kebersamaan dalam pola pikir akan menjadi pendorong agar EKSPRESIF menjadi sudut pandangan dalam kehidupan lingkungan soisal“

Jadi dengan empat unsur yang disebut dengan MEMPERHATIKAN, MEMBIMBING, ANALITIS STRATEGIS, EKSPRESIF dapat dijadikan kriteria untuk mengukur secara kualitatif untuk mngetahui seberapa jauh kemampuan kita mencapai visi sebagai peta jalan dan misi sebagai sarana, sejalan dengan itu, maka dibawah ini di rumuskan tujuan secara kualitatif berdasarkan pernyataan misi tersebut diatas sebagai berikut :



Tujuan-tujuan dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :

Rumusan sebagai rincian dari penjabaran MISI diatas untuk meningkatkan kedewasaan sosial dalam pemikiran jangka panjang dengan mengungkit dan mengetuk jiwa dalam :



  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial di sisi Allah

  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan manusia

  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam hubungan keluarga

  • Mendalami arti penting kedewasaan sosial dalam mewujudkan usaha mengkomunikasikan kebersamaan dalam pandangan.

  • Meningkatkan kemampuan sabda ilmu dengan 7M (membaca, menterjemahkan, meneliti, mengkaji, menghayati, memahami, mengamalkan) dalam meningkatan kedewasaan sosial.

  • Meningkatkan kemampuan berpikir yang antisifatif bukan sekedar karekater yang bersifat reaktif dalam amalan lahir.

Sasaran-sasaran dalam kekuatan kebiasaan pikiran, digariskan sbb. :

Secara umum rincian sasaran sebagai jabaran dari tujuan yang ditetapkan  dan dituangkan secara kuantitatif, oleh karena itu sasaran  tersebut disini dinyatakan dari kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan dari setiap kata yang harus dapat dituangkan kedalam unsur kata menjadi kata bermakna yang mencakup kata-kata tersebut dibawah ini :



  • Keharmonisan

  • Keluwesan

  • Kasih sayang

  • Kebersamaan

  • Kecintaan

  • Kesilaturahmi

Jadi dengan kemampuan kebiasaan pikiran, dengan memanfaatkan kekuatan 7M dimana kebiasaan dan keinginan untuk meningkatkan kedewasaan sosial hanya dapat dicapai bila manusia mau belajar agama dengan memanfaatkan alat pikir akan menjadi daya dorong bagi yang bersangkutan untuk dapat menghayati, memahami dan mengamalkan sebaik-baik dalam rangka untuk meningkatkan akhlak/moral yang menuntun kehidupannya.

Strategi dalam mewujudkan sasaran sbb. :

Untuk membangun kebiasaan yang produktif diatas, maka dengan kebiasaan dapat menuntun manusia ke jalan yang lurus dan benar yang sejalan dengan tuntunan agama. Sejalan dengan pikiran tersebut, maka untuk mengungkit kekuatan ingatan dalam menghayati, maka diperlukan satu kerangka strategi dalam kebiasaan pikiran untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebagai berikut :



  • Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir

  • Kemampuan melaksanakan hikmah kejujuran

  • Kemampuan melaksanakan komitmen

Kebijaksanaan dalam melaksanakan strategi dirumuskan sbb. :

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah berpikir“, maka langkah-langkah dalam usaha-usaha menggerak kebiasaan pikiran apa yang disebut dengan kebijakan :



  • Meletakkan landasan berpikir yang bersifat konsisten.

  • Meletakkan landasan berpikir yang bersifat berkesinambungan.

Sebagai rincian kebijaksanan atas pelaksanaan strategi „Kemampuan melaksanakan hikmah kejujuran“, merupakan langkah-langkah kebiasaan pikiran yang dapat mendukung pelaksanaan kebijaksaan, apa yang disebut :

  • Melaksanakan kekuatan makna mempunyai rasa malu.

  • Melaksanakan kekuatan makna memupuk rasa beryukur

Sebagai rincian kebijaksanaan atas pelaksanaan strategi “Kemampuan melaksanakan komitmen“ maka haruslah di dorong dari dalam diri sendiri untuk terus merenungkan kembali dalam usaha mengungkit daya ingatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan apa yang disebut :

  • Renungan tentang umur manusia masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, masa tua dan masa usia lanjut.

  • Renungkan pesan-pesan Rasulullah tentang keutamaan Tauhid, Asma’ul Husna, Rahmat Allah, Keutamaan majelis dzikir, Kewajiban berpegang teguh kepada Qur’an dan Sunnah, Ikhlas dalam beramal, Nadzar, Penyerahan diri kepada Allah, Tanda-tanda orang beriman, Jalan Keselamatan, Menjaga hubungan dengan Allah, Taubat, Keadaan mu’min dalam Kubur, Tanda-tanda datangnya Kiamat, Keadaan manusia waktu dibangkitkan di alam Kubur, Tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah di hari Akhirat, Keadaan manusia waktu di hisab sampai menuju tempat kembali yang abadi, Ni’mat bagi Ahli surga, Siksa bagi ahli neraka, dan sebagainya.

  • Renungkan kepribadian Muhammad Rasulullah sebagai seorang yang benar, penyabar, dermawan, pemberani, zuhud, rendah diri, penyantun, penyayang, banyak berdzikir, banyak berdo’a, mempunyai ambisi, dan sebagainya.

  • Renungkan kembali untuk memahami agama dengan akal sehat yang sejalan dengan kemampuan menghayati, memahami dan mengamalkan kekuatan-kekuatan dari hikmah berpikir.

PENUTUP

Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan intelektual bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelanjutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas serta memperhatikan usaha-usaha meningkatkan kedewasaan rohaniah sebagai pondasi yang kuat untuk menopang kedewasaan sosial dan emosional, maka akan membuka suatu kekuatan untuk mengetuk dinding jiwa dalam usaha meningkatkan kedewasaan intelektual.

Oleh karena itu, maka kekuatan dari daya  kemauan bukanlah sesuatu yang mustahil tidak dapat direalisasikan kecuali yang bersangkutan tidak ada usaha memanfaatkan kekuatan pikiran untuk menuntun kesiapan menemukan jati diri sendiri, sebaliknya bagi anda yang membayangkan adanya daya kemauan untuk meningkatnkan kedewasaan intelektual akan mampu bersikap dan berperilaku bahwa masa yang anda miliki adalah hari ini sebagai wujud dari kekuatan pikiran anda sendiri.

Jadi pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia, karena disitu terletak keyakinan dan kepercayaan anda bahwa hidup anda dibentuk oleh pikiran anda sendiri.

Jadi ingatlah bahwa fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri dalam meningkatkan kedewasaan intlektual yang anda impikan untuk diwujudkan.

Bertitik tolak apa yang telah kita utarakan diatas, maka pilihlah keyakinan dan kepercayaan bukan suatu keraguan yang diciptakan oleh pikiran anda sendiri, oleh karena itu kuatkan dalam kebiasaan pikiran untuk hidup dari kebiasaan jiwa tanpa topeng kepalsuan, maka jalan menjadi terang sejalan dengan kemampuan anda dalam pemanfaatan pemberdayaan otak menuju kesolehan intelektual dengan kebiasaan pikiran yang produktif.

Menumbuhkan dan meningkatkan kedewasaan sosial bukanlah sesuatu yang sederhana, oleh karena itu diperlukan satu usaha dengan ketekunan untuk secara berkelanjutan untuk berusaha memberikan daya kemauan yang kuat dalam mewujudkan kebiasaan pikiran sebagai suatu cara untuk menuntun kekuatan pikiran dalam yang mampu mendorong inspirasi dalam bersikap dan berperilaku baik dalam hubungan antara manusia dan hubungan dengan Allah Swt.

Dengan mengungkapkan pikiran diatas buatlah impian untuk menumbuh kembangkan kedewasaan sosial melalui kekuatan pikiran yang menyangkut :


  • Merajut ikatan keluarga dan sosial dalam suatu keharmonisan

  • Doronglah kedamaian dan kehangatan kedalam kekuatan silaturahmi.

  • Wujudkan usaha dalam kesamaan pandangan,

bahwa impian bukanlah sesuatu yang mustahil, oleh karena itu pergunakanlah sebaik mungkin atas alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal untuk kita selalu mengingat dalam melakukan perubahan dalam pola pikir sejalan dengan semangat jiwa yang bersih untuk menumbuhkan hati yang bersih yang di topang oleh pondasi roh sebagai pelindung dalam kehidupan manusia.

Fitrah dan bakat manusia akan tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebiasaan yang produktif yang didorong oleh kekuatan energi-energi yang dimilikinya yaitu ilmu, pengetahuan dan keinginan yang dilandasi oleh niat yang kuat sebagai manusia dengan sikap dan berperilaku menuju kesempurnaan melalui proses penyucian diri.

RANCANG PANDANG ORANG PINGGIRAN


  1. VISI :

Sebagai pusat pengembangan Budaya nasional yang mengembangkangkan karakter bangsa melalui pendidikan ilmu pengetahuan sosial dengan menyiapkan lulusan yang berkompentensi sebagai agen perubahan budaya dan karakter bangsa menuju masyarakat yang harmonis, demokratis, sejahtera dan agamis, serta edukatif melalui perannya menjadi dosen yang professional.

visi ini menunjukkan keyakinan Prodi P IPS bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya haruslah dikembangkan dalam ke rangka budaya, bukan sebaliknya. Pengembangan budaya secara implisit berarti menciptakan ruang bagi pengembangan ipteks yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dianut. Ini perlu digarisbawahi, karena pada dasarnya dan telah dibuktikan dengan pengalaman, bahwa iptek tidaklah bebas nilai sebagaimana dipercaya oleh banyak kalangan. Dengan kata lain, pemilihan rumusan ini untuk menegaskan bahwa Prodi P IPS tidak menganut doktrin positivisme ilmu pengetahuan. Pemilihan “budaya nasional yang mengembangkan karakter bangsa” sebagai visi semestinya tidak dipandang dari sisi yang sempit, bahwa Prodi P IPS hanya akan memberikan perhatian kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dengan budaya dan karakter bangsa, tetapi melihatnya dari sisi yang lebih luas, yaitu berupa keinginan Prodi P IPS untuk mengembangkan budaya nasional melalui penggalian dan pengembangan nilai-nilai budaya yang pernah membawa bangsa ini di perhitungkan pada tataran global pada beberapa abad yang lalu. Melalui visi ini Prodi P IPS memberitahu lingkungannya, bahwa Prodi P IPS ingin berperan sebagai "agent of change" dalam melakukan reaktualisasi nilai- nilai budaya. Wawasan karakter bangsa yang tumbuh dari karakteristik lokal yang tidak bertepi dan menyelimuti seluruh permukaan bumi, akan membuat pengembangan ipteks tidak lagi dilakukan dalam kerangka disiplin ilmu yang ter kotak-kotak seperti yang dipraktikkan selama ini. Nilai dan wawasan itulah yang akan menjadi titik tolak perwujudan baru budaya nasional dan karakter bangsa yang sesuai dengan spirit zaman (zeit geist). Dalam kerangka budaya seperti itu lah, Prodi P IPS ingin mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun dan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni dalam bidang pendidikan.



  1. MISI :



  1. Menghasilkan alumni yang mandiri, berahlak dan berwawasan global.

Untuk memelihara momentum pertumbuhan dan keberlanjutan Prodi P IPS dituntut untuk senantiasa mengembangkan kebermaknaan keberadaannya melalui bentangan jaringan kemitrasejajaran dalam naungan wawasan holistik-sinergetik dengan: (i) memberdayakan potensi budaya lokal, (ii) bertanggungjawab terhadap pembangunan daerah, (iii) memiliki jati diri, kemandirian dan kompetensi, serta (iv) dapat menghasilkan pemikiran yang bermanfaat dalam kerangka global maupun untuk tindakan lokal. Makna ini menggambarkan bahwa tantangan terhadap globalisasi bukan hanya dijawab melalui kompetisi semata-mata tetapi juga melalui kebermaknaan dalam kemitraan. Oleh karena itu, pengembangan jaringan kemitraan merupakan prioritas utama bagi profil alumni Prodi P IPS, agar keberadaannya menjadi lebih bermakna secara interkonektif dalam pergaulan nasional dan internasional. Dipandang dari makna interkoneksitas diri dan lingkungan, alumni Prodi P IPS merupakan insan berkepribadian sebagai makhluk sosio-ekologis, berakhlak dan hanya bermakna jika mampu berinteraksi dengan pihak-pihak di luar dirinya sendiri.

2. Mengembangkan Ipteks yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya Manusia.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi, Prodi P IPS dalam mengemban dharma penelitian senantiasa bertolak dari dan memanfaatkan keluhuran budaya beserta sumberdaya alam lokal untuk berkembang ke arah peran global. Ciri pengembangan Ipteks seperti ini ditunjukkan pula oleh kenyataan bahwa aspek- aspek sumberdaya manusia, melalui pendidikan. Sehingga titik tolak dan arah pengembangan Ipteks di Prodi P IPS diharapkan akan bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupan masyarakat sekitar sekaligus turut serta dalam perkembangan global bagi ke bermanfaatan dalam pergaulan internasional. Titik tolak dan arah pengembangan Ipteks dari masalah lokal ke masalah global, dan dari sekitar diri (individualita) ke arah masyarakat luas (kolektivita) merupakan pemupukan kemampuan diri menuju pada kemandiriannya. Dengan berbasis pada kesadaran dan keterbatasan diri, pengetahuan tentang diri dan lingkungannya (mikrokosmos) dikembangkan lebih dulu yang kemudian akan menjadi dorongan bagi keingintahuan tentang diri dan tata hubungan kesemestaannya (makrokosmos) dalam wawasan keserba-utuhan. Basis perkembangan seperti ini diharapkan dapat memperkuat keberartian hidup bagi diri dengan diri-diri lainnya melalui proses adaptasi-kreatif.



3. Mempromosikan dan mendorong terwujudnya nilai-nilai Budaya Nasional dan Karakter bangsa dalam ma syarakat.

Sebagai entitas yang menjadi bagian dari suatu masyarakat, alasan kehadiran Prodi P IPS juga terkait dengan tanggung jawab untuk mewarnai dan terlibat langsung dalam dinamika lingkungan masyarakatnya. Diperhadapkan pada kebuntuan transisi perkembangan masyarakat Indonesia, Prodi P IPS mengemban misi pencerahan (enlightenment) untuk keluar dari transisi tersebut, dan di tengah realitas kelemahdayaan masyarakat dan bangsa kita, Prodi P IPS mengemban misi pemberdayaan (empowerment) untuk keluar dari kelemah dayaan tersebut. Dengan makna kehadiran yang demikian, Prodi P IPS melebur ke dalam dan di dalam masyarakat lingkungannya, Prodi P IPS menjelmakan diri sebagai sebuah communiversity. Diperhadapkan pada kebuntuan transisi dan realitas kelemahdayaan di satu sisi, sementara dinamika perubahan demikian cepat dan permasalahan masyarakat demikian kompleks di sisi lainnya, promosi dan perwujudan nilai-nilai budaya menuntut pendekatan serta metode yang tepat dan antisipatif. Prodi P IPS menanggapi tantangan ini dengan mengoptimalkan keterlibatannya dalam setiap permasalahan masyarakat yang muncul, baik melalui manifestasi pembelajaran berkesinambungan (continuing education) dan community college, maupun melalui aksi-aksi yang sifatnya langsung dalam pemberdayaan masyarakat, yang kesemuanya berbasis pada spirit untuk mempromosikan dan mewujudkan nilai-nilai karakter bangsa dalam masyarakat.



  1. NILAI

Prodi P IPS menganut sistem nilai penjamin kebebasan pengembangan diri yang kreatif dan adaptif terhadap keserba-utuhan wawasannya, terhadap kebermanfaatan perannya, dan terhadap perilaku keberbagian keberadaannya. Sistem nilai tersebut merupakan pilar-pilar proses sekaligus komitmen terhadap orientasi pengembangan budaya kualitas (Quality Culture) dalam semua bentuk gerak langkah kemajuannya. Budaya kualitas yang dimaksudkan disini adalah keinginan atau dorongan hati untuk senantiasa mengupayakan perbaikan dan penyempurnakan dalam melaksanakan misi. Mengacu pada sistem nilai yang dianut, untuk menyelenggarakan program pendidikan dalam rangka menumbuh-kembangkan wawasan keserbautuhan dalam menghadapi fenomena sosial, dan dalam mengembangkan dan menyebarluaskan Ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan / atau kesenian), maka diperlukan pengembangan sejumlah sikap budaya kualitas yang meliputi:

  • Berwawasan holistik dalam memandang setiap permasalahan;

  • Mengutamakan kecermatan (taat azas, telaah kritis, teguh – tekun - ulet) dan kejujuran (sistematik - objektif dan bertanggungjawab); serta

  • Menjunjung tinggi 4 (empat) dimensi keunggulan manusia, yaitu : kebenaran, kebaikan, keindahan, dan keutuhan.

Upaya pengembangan Ipteks diarahkan untuk memperluas kebermanfaatan peran kemajuannya bagi pemikiran dan perilaku manusia dalam budaya kualitas, sehingga diperlukan pengembangan tindakan yang:

  • Menghargai keanekaragaman (diversity) dan keanekarupaan (plurality);

  • Apresiatif terhadap kompleksitas;

  • Mengedepankan kreatifitas sebagai awal dari inovasi;

Kemajuan Ipteks dalam budaya kualitas senantiasa digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional, sehingga diperlukan untuk menumbuh kembangkan perilaku keberbagian, sehingga mampu :

  • Berkehidupan dalam kebersandingan;

  • Bekerjasama dalam kemitraan (interconnectivity);

  • Responsif dan partisipatif dalam proses pembaharuan.



  1. TUJUAN

Berdasarkan visi dan misi tersebut maka tujuan (strategic goals) Prodi P IPS dirumuskan sebagai berikut :

a. Mampu berperan sebagai pusat konservasi dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang unggul;

b. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat akademik yang handal, yang didukung oleh budaya ilmiah yang mengacu kepada nilai-nilai Prodi P IPS;

c. Mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan dengan tujuan pembangunan nasional dan daerah melalui penyelenggaraan program-program studi, penelitian, pembinaan kelembagaan, serta pengembangan sumberdaya manusia akademik yang berdayaguna dan hasil guna;

d. Mewujudkan Prodi P IPS sebagai universitas penelitian (research university);

e. Meningkatkan mutu fasilitas, prasarana, sarana dan teknologi serta mewujudkan suasana akademik yang kondusif serta bermanfaat bagi masyarakat untuk mendukung terwujudnya misi Prodi P IPS;

f. Meningkatkan produktivitas dan kualitas keluaran, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan pembangunan dan dunia usaha;

g. Memupuk dan mengembangkan kerjasama kemitraan dengan sektor eksternal khususnya pemerintah, dunia usaha dan industri serta dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga Ipteks lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri.



  1. Sasaran dan Strategi Pencapaiannya

  1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki wawasan dan kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan dalam arti luas dengan segala aspeknya.

  2. Menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial.

  3. Menghasilkan lulusan yang mampu meniliti, merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan.dan teknologi di bidang pendidikan.

  4. Menghasilkan lulusan yang mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang memiliki integritas tinggi, terbuka dan tanggap terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan IPS.

  5. Menghasilkan lulusan yang mampu menjalin kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia yang professional, berkualitas, dan berdaya saing tinggi dalam bidang pendidikan dan pengajaran IPS.



  1. Sasaran Program studi Pendidikan IPS adalah lulusan yang memiliki:

  1. Wawasan dan kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan dalam arti luas dengan segala aspeknya.

  2. Keahlian dan keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan sosial .

  3. Kemampuan meneliti, merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan.dan teknologi di bidang pendidikan..

  4. Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang memiliki integritas tinggi, terbuka dan tanggap terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan IPS.

  5. Terjalinnya kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia yang professional, berkualitas, dan berdaya saing tinggi dalam bidang pendidikan dan pengajaran IPS.

Berbagai strategi digunakan oleh program studi untuk mencapai sasaran tersebut, di antaranya: a) secara berkala melakukan peninjauan kurikulum untuk menyesuaikan dan mengantisipasi kebutuhan tenaga kerja dalam bidang IPS, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, b) melakukan penataan struktur organisasi dan pemanfaatan program kerja yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran mahapeserta didik, kualitas sumberdaya manusia, kelengkapan dan kesesuaian sarana/prasarana penunjang, serta penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif bagi pelaksanaan berbagai kegiatan akademis.

  1. Situasi Internal atau Kondisi Akademik


a. Peserta Didik

Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik dapat dilihat dari input awal dan saat pembelajaran. Analisi ini meliputi rata-rata kemampuan akademik peserta didik, minat, dan bakat peserta didik. Jadi, analisis peserta didik meliputi analisis kemampuan akademik dan non-akademik.


b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Analisis terhadap pendidik dan tenaga kependidikan dimaksudkan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia yang dimiliki oleh akademik. Analisis ini perlu dilakukan agar PRODI P IPS yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan akademik dan dapat dilaksanakan secara maksimal. Dalam melakukan identifikasi, setidaknya perlu diperoleh informasi mengenai:



  1. jumlah pendidik dan rinciannya,

  2. memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME,

  3. latar belakang pendidikan dan/atau sertifikat keahlian,

  4. kompetensi pendidik (pedagogik, kepribadian, profesional, sosial),

  5. rata-rata beban mengajar pendidik,

  6. rasio pendidik dan peserta didik,

  7. minat pendidik dalam pengembangan profesi,


c. Sarana dan Prasarana

Analisis atas sarana yang dimiliki akademik meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Perabot di antaranya meliputi meja, kursi, papan tulis yang ada di setiap kelas. Peralatan meliputi peralatan laboratorium ilmu pengetahuan Sosial, laboratorium komputer, dan peralatan pembelajaran lain. Media pendidikan di antaranya alat peraga, OHP, LCD, slide, gambar yang mendukung ketercapaian pembelajaran. Buku dan sumber belajar di antaranya adalah bahan cetakan baik jurnal, buku teks, maupun referensi; lingkungan; media cetak maupun elektronik; narasumber. Adapun bahan habis pakai meliputi bahan-bahan yang digunakan dalam praktik pembelajaran. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan semua sarana itu meliputi kepemilikan, kelayakan, jumlah, dan kondisi sarana yang ada.

Analisis atas prasarana meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan akademik, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan prasarana di akademik meliputi keberadaannya, rasio banyaknya, kelayakannya, dan kebersihannya.


d. Biaya

Analisis biaya sesuai mencakup:



  1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

  2. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

  3. Biaya operasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,

b) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.

Analisis terhadap pembiayaan di akademik mengarah pada kelemahan dan kekuatan pembiayaan di akademik tersebut terhadap pengembangan dan pelaksanaan PRODI P IPS


e. Program-program

PRODI P IPS disusun oleh akademik untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Analisis terhadap kekuatan dan kelemahan program-program meliputi: program pendidikan (antara lain: pemilihan mata pelajaran muatan nasional dan muatan lokal, pemilihan kegiatan pengembangan diri, penentuan pendidikan kecakapan hidup, penentuan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global), program pembelajaran, program remedial, dan program pengayaan.

Ada atau tidaknya program, keterlaksanaan, serta kesesuaian program dengan kebutuhan dan potensi yang ada di akademik/daerah merupakan analisis yang sangat diperlukan untuk mengembangkan PRODI P IPS.

F. Kondisi Masyarakat dan Lingkungan Akademik


    1. Dunia Industri dan Dunia Kerja

Salah satu prinsip pengembangan PRODI P IPS adalah relevan dengan kebutuhan kehidupan masyakat masa kini dan mendatang. Dalam hal ini, pengembangan PRODI P IPS dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

Selain itu, PRODI P IPS disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah dunia industri dan dunia kerja serta perkembangan ipteks. Dalam PRODI P IPS, rencana kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Dalam hal ini, dunia indsutri di sekitar akademik dapat diberdayakan untuk menunjang program pendidikan akademik yang bersangkutan. Contoh: di dekat akademik ada industri kerajinan, peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai kompetensi dasar sesuai konteks industri kerajinan tersebut. Berdasarkan hal-hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan dunia industri dan dunia kerja di lingkungan akademik perlu dilakukan untuk pengembangan PRODI P IPS.




    1. Sumber Daya Alam dan Sosial Budaya

PRODI P IPS disusun dengan memperhatikan berbagai hal, di antaranya adalah keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan; kondisi sosial budaya masyarakat setempat; kesetaraan gender. Pada dasarnya, setiap daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, PRODI P IPS harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah. Sumber daya alam yang ada di lingkungan serta aspek sosial budaya yang berlaku di tempat akademik tersebut berada, dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaksanaan penyusunan PRODI P IPS.

Selain itu, PRODI P IPS harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain. Agar peluang dan tantangan yang tersedia di alam sekitar dan ada di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dapat dimanfaatkan secara maksimal serta dapat memberikan nilai tambah bagi perkembangan peserta didik, maka diperlukan upaya identifikasi dengan memperhatikan berbagai hal, antara lain: keterjangkauan jarak, waktu, dan biaya; kesesuaian dengan visi, misi, dan tujuan akademik; ketersediaan dan kemampuan SDM dalam mengelola akademik; kebermanfaatan aspek sosial budaya bagi peserta didik di masa kini dan yang akan datang. Pada sisi lain, PRODI P IPS juga harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan gender.

Berdasarkan hal itulah, analisis terhadap peluang dan tantangan sumber daya alam dan sosial budaya lingkungan akademik perlu dilakukan untuk mengembangkan PRODI P IPS.

G. Prinsip


    1. Berpusat pada potensi, perkembangan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

    2. Beragam dan terpadu.

    3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

    4. Relevan dengan kebutuhan jaman.

    5. Menyeluruh dan berkesinambungan.

    6. Belajar sepanjang hayat.

    7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.


H. Landasan Pengembangan

  1. Berlandaskan pada pengembangan konsep idealisme yang bersumber dari falsafah kehidupan bangsa yakni Pancasila dan UUD 1945 yang berorientasi pada kajian teori pendidikan klasik (perrennialisme = pelestarian temuan-temuan para ahli dan essensialisme = menyampaikan hal-hal yang sangat pokok/penting/perlu)

  2. Berlandaskan pada pengembangan konsep psikologis dengan mengutamakan kepentingan perkembangan peserta didik (student oriented). Yaitu dengan pengembangan konsep-konsep dan teori pendidikan pribadi (romantik = sentuhan-sentuhan perasaan dan progresif = banyak memberikan tantangan atau belajar bagaimana hidup)

  3. Berlandaskan pada pengembangan konsep sosiologis dengan kajian teaori pendidikan interaksional (interpersonal = menjalin hubungan dengan alam, lingkungan, sesama dan intrapersonal = kemampuan menyelami diri sendiri)

  4. Berlandaskan pada pengembangan konsep teknologi, yakni (hardware = kemampuan mengoperasikan alat/media dan software = kemampuan untuk menyusun program perencanaan)

  5. Berlandaskan pada pengembangan konsep religi, yakni iman dan taqwa serta ahlakulkarimah dalam pembentukan karakter pribadi.

I. Pendekatan Pengembangan

1. Kognitivisme

Definisi Cognitivisme : Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang meliputi perubahan dalam persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dalam bentuk perilaku yang dapat diamati yaitu proses penyimpanan memory.

Proses belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi tiga tahap, yaitu perhatian (attention), penulisan dalam bentuk simbol (encoding), penyimpanan memori (strorage) dan mendapatkan kembali informasi (retrieval).

Mengajar merupakan upaya dalam rangka mendorong (menuntun dan mendukung) peserta didik untuk melakukan kegiatan mengorganisir, menyimpan, dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada.

Menurut pandangan kognitivis, belajar bukan hanya sekedar perubahan perilaku yang dapat diukur, melainkan bagaimana pengetahuan tersebut diproses. Dengan kata lain, menurut kognitivis belajar bukan hanya sekedar keterkaitan antara stimulus dan respons, melainkan apa yang terjadi didalam fikiran atau mental orang yang belajar. Menurut pandangan kognitivis, seseorang dikatakan belajar apabila dalam diri individu tersebut terjadi proses pengolahan informasi dari saat menerima informasi baru, mengolah, menyimpan dan mengulang kembali. Dalam proses berfikirnya, dapat menganut pola fikir deduktif, maupun induktif.

2. Behaviorisme

Konsep dasar Behaviorisme : Yaitu penomena perubahan pada diri seseorang yang didasarkan pada prilaku yang berulang-ulang menjadi kebiasaan yang otomatis dan sebagai pengetahuan yang permanent.

Belajar dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyeluruh, tetapi diuraikan dalam langkah-langkah yang konkrit dan dapat diamati. Mengajar, tidak lebih dari mengusahakan terjadinya perbuatan dalam perilaku peserta didik, dan perubahan tersebut haruslah teramati. (Schuman, 1996).


Pendekatan Pembelajaran yang dapat dikembangkan diantaranya adalah model Pembelajaran mastery, model Pembelajaran langsung, model Pembelajaran simulasi, model Pembelajaran sosial, dan model Pembelajaran berprogram.


3. Konstruktivisme

Constructivisme : Pada dasarnya pengetahuan dibentuk pada diri manusia berdasarkan pengalaman nyata yang dialaminya dan hasil interaksi lingkungan social disekilingnya. Pengetahuan yang mereka peroleh itu adalah hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Jadi peserta didik belajar bukan berasal dari apa yang diberikan oleh dosen, melainkan merupakan hasil usahanya sendiri berdasarkan hubungannya dengan dunia sekitar. Dosen berusaha membantu peserta didik dalam mekonstruksi pengetahuannya berdasarkan pengalamannya masing-masing. Jadi mengajar bukan menyampikan sejumlah informasi secara utuh kepada murid. (Laura Henriques, 1997)
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan diantaranya: Inkuiri, Kontekstual, Interaktif, Kooperatif, Eksperimen, Simulasi, Projek, dan Kajian lapangan (Saettler, 1990).
Pendekatan Operasional Kooperatif :

Pembelajaran koperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan berbagai kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama. Pembelajaran koperatif menggalakkan murid berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini akan memungkinkan terjadinya penggabungan dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak tertekan,. Hal ini sesuai dengan falsafah dari konstruktivisme. (Slavin,1982, Johnson&Johnson, Kag). Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk rekan-rekan lain dalam kelompok. Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran koperatif adalah: a) saling bergantung antara satu sama lain secara positif (Positif interdependence), b) saling berinteraksi langsung antar anggota dalam kelompok (face-to-face Interaction), c) akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual accountability), d) keterampilan social (cooveratif social skills), dan e) pemprosesan kelompok (group processing).



Implikasi pada Pembelajaran di ruang belajar :

  1. Pengetahuan dibentuk melalui pengalaman 

  2. Pembelajaran adalah intepretasi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.

  3. Pembelajaran merupakan satu proses aktif yang dibina dari pengalaman

  4. Konsep terhadap sesuatu pengalaman dibina dari penyatuan konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial

  5. Pembelajaran dibina didalam situasi nyata.

  6. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

  7. Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.

Untuk memutuskan (menilai) keputusannya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang lain.



  1. Pengembangan Instrumen

Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan dan menentukan seperangkat keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya). Rangkaian proses kegiatan itu dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud menjadi kenyataan di masa yang akan datang, yaitu dalam jangka waktu 1, 3, 5, 10, 15, 25, 40, atau 50 tahun yang akan datang.

Gambaran tentang harapan (das sollen) masa depan itu mungkin baru merupakan impian atau sekedar cita-cita saja, atau mungkin pula sudah ada ancar-ancar jangka panjang (10, 15, 25, 40 tahun) ukuran waktunya, yang biasa disebut dengan visi. Sedangkan tugas yang akan dilakukannya disebut dengan misi, yaitu untuk menghasilkan bidang hasil pokok (key result areas) dengan ukuran standar normatif tertentu (values) dan dengan jalan tertentu (strategy) yang dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Jarak dan jurang kesenjangan (gaps) atau perbedaan (differences) dan ketimpangan (disparities) antara harapan dan kenyataan itulah yang lazimnya diidentifikasi sebagai permasalahan strategis (strategic issue), yang membutuhkan pemecahan melalui program-program pembangunan yang terarah sasaran bidang garapannya. Tugas dan tenaga pendidik dan kependidikanan untuk mendeteksi seberapa besar atau seberapa jauh sebenarnya kemungkinan terdapatnya kesenjangan antara kebutuhan-kebutuhan ideal (masa depan) dengan kebutuhan yang ada saat ini pada dasarnya merupakan esensi dari perencanaan pendidikan.

Beberapa unsur penting yang terkandung di dalam perencanaan pendidikan, yaitu:


  1. Penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan, hal ini menyangkut metodologi dalam perencanaan. Perencanaan pendidikan dewasa ini telah berkembang dengan berbagai pendekatan dan metodologinya yang cukup kompleks dan sulit.

  2. Proses perkembangan pendidikan, artinya bahwa perencanaan pendidikan itu dilakukan dalam rangka reform pendidikan, yaitu suatu proses dari status sekarang menuju ke status perkembangan pendidikan yang dicita-citakan. Perencanaan merupakan suatu momen dalam proses yang kontinyu.

  3. Prinsip efektivitas dan efisiensi, artinya dalam perencanaan pendidikan itu pemikiran secara ekonomis sangat menonjol, misalnya dalam hal penggalian sumber-sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan pendidikan dengan tenaga pendidik dan kependidikan, hubungan pengembangan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi.

  4. Kebutuhan dan tujuan murid-murid dan masyarakat, artinya perencanaan pendidikan itu mencakup aspek internal dan eksternal daripada akademik sistem pendidikan.

  5. Secara konseptual Transactional Planning terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pertama, komponen environment yang juga terdiri dari remote environment, proximate environment, operating environment. Kedua, plan formulation yang mencakup process dan contents. Dan Ketiga, plan implementation yang mencakup facilitating conditiond dan impeding conditions. Keterkaitan antara ketiga komponen atau bagian ini disajikan dalam gambar seperti berikut ini:




Plan Environment


  1. Remote Environment

  2. Proximate Environment

  3. Operating Environment



Plan Formulation

  1. Process

  2. Contents



Plan Implementation


  1. Fasilitating Conditions

  2. Impeding Conditions



Plan Evaluation

  1. Monitoring

  2. Reporting

  3. Evaluation

















Yüklə 0,6 Mb.

Dostları ilə paylaş:
  1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin