Topik 1: Dzalika Al-Kitabu



Yüklə 1 Mb.
səhifə11/13
tarix26.10.2017
ölçüsü1 Mb.
#14177
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13

قلم إستاذي - qolamu ustaadzii: pena ustadzku (the pen of my ustadz). Karena semua kata benda yang diimbuhi pemilik spt: ustadzku (my ustad), adalah defititive, maka idhofah dalam kasus ini adalah definitif (ma'rifah).

Kembali ke ayat 3 surat An-Nashr ini:

بحمد ربك - bi hamdi rabbika: the praise of your Lord: Pujian (milik) Tuhanmu, maka ini juga dihukumi sebagai ma'rifah. Hal ini disebabkan kata rob (Tuhan) ditempeli oleh kata-ganti milik (ka)--> rabbika (Tuhanmu).

Demikian penjelasan tambahan mengenai kasus Ma'rifah / Nakirohnya suatu Idhofah.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/18/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-lanjutan-topik-mudhof-struktur.html

Topik 74: Pertanyaan dari Malaysia

Bismillahirrahmanirrahim.

Ini sebuah tas guru. Bagaimana kesepakatan antara tas yang muannats, dengan guru yang mudzakkar?

Begitu interpretasi saya terhadap pertanyaan Mbak Zarifah dari Malaysia. Mbak ini, walau baru bergabung jadi pembaca setia blog ini, kadang aktif berkirim pertanyaan. Saya yang juga baru alias pemula ini, kadang merasa ragu untuk menjawab, apa betul apa tidak ya jawaban saya. Tapi anggaplah media blog ini kita jadikan sarana belajar, artinya saya juga belajar dengan pertanyaan tersebut, dan saya berharap ada orang yang ahli berbahasa Arab, dapat memberikan koreksi dari pembelajaran kita disini.

Baiklah pertanyaan Mbak Zarifah sbb:

salam, ada satu soalan ttg feminine and masculine..

hazihi haqibatu al-mudarrisah. wa haqibatuha ..........>soalan nya di sinih! perlu maksuur @ maksuurah? apa perlu di setiap akhiran kata adjective perlu ditambah ta marbutha sekiranya subjek ayat feminine?

maaf, saya tanya saja di sinih, kerna tidak tahu mahu diletak bawah topik berapa.

syukran


Wuih, ada satu masalah disini: beda gaya bahasa, antara Indonesia dan Malaysia. Tapi tak mengape lah.... Saya duga pertanyaan-nya sbb:

Soalan (catatan, orang Indonesia jarang menyebut soalan, tapi soal) sbb:

هذه حقيتة - hadzihi haqiibatun : Ini koper/tas

Atau jika dibaca cara lain: hadzihi haqiibah

هذه حقيبة المدرس - hadzihi haqiibatu al-mudarrisi : Ini koper guru laki-laki

Atau jika dibaca langsung: hadzhihi haqiibatul mudarris.

Jika guru tsb guru perempuan المدرسة - al-mudarrisatu / al-mudarrisah, maka kalimatnya:

هذه حقيبة المدرسة - hadzihi haqiibatu al-mudarrisati /hadzihi haqiibatul mudarrisah : Ini koper guru wanita.

Nah, pertanyaan Mbak Zarifah ini, menanyakan masalah adjective. Sebenarya kasus diatas bukan kasus adjective. Tapi ada 2 kasus:

1. Kasus kata tunjuk muannats هذه - hadzihi atau pakai mudzakkar هذا - hadza

2. Kasus idhofah yaitu: حقيبة المدرس

Jabawan saya spt ini. Kalimat ismiyyah harus dipandang sebagai suatu satuan mubtada dan khobar. Dalam kasus Mbak Zarifah, awal pembicaraan ingin menyatakan: Ini koper.

هذه الحقيبة - hadzihi al-haqiibatu

Mubtada' adalah hadzihi : ini

Khobar adalah al-haqiibatu : sebuah koper

Lihat bahwa koper yang dibicarakan sudah koper yang spesifik (ada tambahan al).

Nah kalau kita lihat, bahwa jenis mubtada' harus cocok dengan khobar. Kalau khobarnya muannats (lihat koper- ada ta marbutah-nya), maka mubtada juga harus muannats. Sehingga kita pakai kata tunjuk (isim isyarah) yang muannats juga.

Sekarang, kalau kita ingin menspesifikkan lagi, bahwa: ini adalah tas milik ustadz, maka kata:

الحقيبة al-haqiibatu, kita ubah menjadi

حقيبة الأستاذ - haqiibatu al-ustaadzi (haqiibatul ustaadz)

حقيبة المدرس - haqiibatu al-mudarrisi (haqiibatul mudarris)

Karena suatu benda yang jenis-katanya perempuan bisa saja dimiliki oleh orang laki-laki, jadi pasangan antara mudhof dengan mudhof ilaih bisa saja beda jenis kata.

Contoh diatas:

حقيبة المدرس - haqiibatu al-mudarrisi (haqiibatul mudarris)

Kata koper - haqiibah adalah muannats, sedangkan mudhof ilaihnya adalah mudzakkar (al-mudarris).

Jadi kesimpulannya kata mudhof dan mudhof ilaih tidak mesti harus sama-sama muannats atau mudzakkar.

Penentuan jenis kata idhofah:

Jenis kata idhofah ditentukan oleh jenis kata Mudhofnya. Tidak peduli mudhof ilaih-nya berjenis apa.

Contoh:

سيارة - sayyaratun : sebuah mobil --> muannats



سيارة الولد - sayyaratul waladi : the boy's car --> sayyaratul waladi = idhofah muannats, karena mudhofnya (sayyarah) adalah muannats.

سيارة البنت - sayyaratul bint : the girl's car --> idhofah muannats

Jika kita tambahkan kata adjective: jamiil (bagus/keren)

سيارة البنت جميلة - sayyaratul bint jamiilatun --> idhofah muannats

سيارة الولد جميلة - sayyaratul walad jamiilatun --> idhofah muannats

Terlihat bahwa adjective nya mengambil patokan (referensi) ke mudhof-nya yitu mobil yang muannats.

المسجد - al-masjid --> mudzakkar

مسجد ريد - masjidu zaidin --> Masjid (milik)Pak Zaid

مسجد ليلي - masjidu layli --> Masjid (milik) Bu Lili

Perhatikan karena idhofaf kata-kata diatas adalah mudzakkar, maka kata tunjuknya harus mudzakkar.

هذا مسجد ريد - hadza masjidu zaidin --> ini masjid (milik)Pak Zaid

هذا مسجد ليلي - hadza masjidu layli --> ini masjid (milik) Bu Lili

Terlihat bahwa kata tunjuknya mengambil patokan (referensi) ke mudhof-nya yitu masjid yang mudzakkar.

Demikian kira-kira penjelasannya. Allahu a'lam.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 1/21/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/01/topik-73-pertanyaan-dari-malaysia.html

Topik 75: Istaghfir!

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Kita akan selesaikan latihan surat An-Nashr. Terakhir kita sudah membahas penggalan pertama ayat 3. Kali ini kita akan tuntaskan pembahasan ayat 3.

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

1. fa sabbih bi hamdi rabbika: maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu.

2. wa istagfir hu : dan minta ampunlah kepada Dia

3. Innahu : sesungguhnya Dia

4. Kaana : Dia adalah

4. Tawwaabaa: Maha penerima tobat.

Kita sudah membahas fasabbih. Topik kali ini kita akan membahas mengenai point 2 sampai 4. Insya Allah.

Oke baiklah.

واستغفره - wa istaghfir hu

Istaghfir, adalah KKT-8, dalam bentuk fi'il amr (kata kerja perintah).

Asalnya adalah sbb:

غفر - ghafara - mengampuni (KK Asal)

أغفر - aghfara - mengampunkan (KKT-1)

غفر - ghaffara - mengampunkan (KKT-2)

استغفر - istaghfara - minta ampun (KKT-8)

Sedangkan perubahan mendatar (tashrif ishtilahi) dari kata KKT-8 tsb adalah:

1. KKL : استغفر - istaghfara (telah minta ampun)

2. KKS : يستغفر - yastaghfiru (sedang minta ampun)

3. Mashdar: استغفار - istighfaar (pengampunan)

4. Isim Fa'il: مستغفر - mustaghfir (orang yang minta ampun)

5. Isim Maf'ul: مستغفر - mustaghfar (orang yang diampuni)

6. Fi'il amar: استغفر - istaghfir (minta ampunlah!)

7. Fi'il nahy: لا تستغفر - laa tastaghfir (jangan minta ampun!)

8. Isim Zaman/Makan: مستغفر - mustaghfar (tempat / waktu memberi ampun)

Jadi terlihat dalam susunan mendatar tersebut perubahan dari kata istighfar menjadi istaghfir.

Hmm... gimana sih cara tahunya bagaimana tashrif (perubahan) suatu Kata Kerja menjadi 8 macam tsb?

Gini, kalau KKT-1 sampai KKT-8, semua kata kerjanya, kalau mau dicari perubahan bentuknya dari KKLnya sampai Isim Zaman/Makan nya, maka perubahan tersebut mengikuti pola. Artinya, kalau kita tahu polanya maka semua kata kerja tsb bisa kita buatkan perubahannya.

Yang repot adalah bagaimana perubahan dari KK Asal. Nah ini perlu melihat di kamus perubahan (tashrif)nya.

Oke, kita sampai pada bagian terakhir.

إنه كان توابا - inna hu kaana tawwaban

Kita sudah pernah membahas bentuk dan tugas Inna, yaitu menashobkan mubtada' dan merafa'kan khobar. Tapi dalam kalimat diatas, kok tidak terlihat ya dimana mubtada, dimana khobarnya?

Kita juga sudah pernah membahas bentuk dan tugas Kaana, yaitu kebalikan dari tugas Inna. Kaana berfungsi merafa'kan mubtada' dan menashobkan khobar. Tapi, ntar dulu... Dalam kalimat diatas dimana mubtada' dan khobarnya?

Insya Allah kita akan bahas mengenai hal ini, dalam topik ini dan satu topik setelah ini.

Oke, baiklah. Kita sudah tahu fungsi Inna. Contohnya:

الله ُعليمٌ - Allahu 'aliimun : Allah Maha Mengetahui

Mubtada: Allahu

Khobar: 'aliimun

Sekarang kalau kita tambahkan Inna:

إن الله َعليمٌ - inna Allaha 'aliimun : (sesungguhnya) Allah Maha Mengetahui

Terlihat disini tugas inna, yaitu merubah Allahu menjadi Allaha.

Sekarang dalam kalimat:

إنه كان توابا - inna hu kaana tawwaban

Mubtada: hu (Dia / Allah) <-- isim dhomir

Khobar: kaana tawwaban <-- jumlah fi'liyyah

Nah ingat lagi, Inna itu menashobkan mubtada. Mubtada'nya mana? Yaitu HU (kata ganti / isim dhomir).

Dalam kaidah bahasa Arab, isim dhomir shifatnya mabni (tetap). Oleh karena itu dia tidak terpengaruh, walau dia kemasukan Inna. Alias fungsi inna, yang menashobkan mubtada tidak "mempan" kena kepada kata ganti.

Asal kalimat tsb adalah:

هو كان توابا - huwa kaana tawwaba : Dia senantiasa Maha Penerima taubat

Lalu kemasukan inna menjadi:

إنه كان توابا - inna hu kaana tawwaban : Sesungguhnya Dia senantiasa Maha Penerima Taubat.

Oke demikian dulu penjelasan mengenai mubtada dan khobar. Insya Allah kita akan bahas bagaimana kasusnya kalau mubtada dan khobar kemasukan kaana, tetapi khobarnya itu fi'il, atau jumlah fi'liyyah (kalimat yang didahului kata kerja).

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 2/04/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-75-istaghfir.html

Topik 76 : Past Perfect Tense

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Waktu pertama belajar kaana كان di hampir semua buku bahasa Arab menjelaskan dengan contoh kalimat sempurna (ada mubtada dan khobar), dan efeknya setelah dimasuki kaana.

Rata-rata diberi contoh seperti ini:

زيدٌ جميلٌ – Zaidun jamilun : Zaid ganteng

dan jika kemasukan kaana menjadi:

كان زيدٌ جميلاً – kaana Zaidun jamiilan: (dulu) Zaid ganteng : Zaid was handsome

Nah, contoh diatas tidaklah sukar untuk dilihat dan dipelajari polanya bukan?

Ada sedikit soal yang muncul. Waktu saya membaca Al-Qur’an terkadang yang muncul adalah kasus yang beda lagi. Ambil contoh, waktu kita mencoba membaca surat 2 ayat 10:

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambahkan penyakit (tsb) dan bagi mereka adzab yang pedih disebabkan apa-apa (yang selama ini) mereka dustakan.

Perhatihakan kalimat terakhirnya:

بما كانوا يكذبون – bimaa kaanuu yakdzibuuna

Perhatikan karena kalimat diatas adalah untuk orang-3 laki-laki jamak, maka dipakai كانوا – kaanuu. Coba kita ganti menjadi orang-3 laki-laki tunggal, maka kalimatnya menjadi:

بما كان يكذبُ – bimaa kaana yakdzibu

Nah disini saya bingung. Kenapa?

Dalam buku-buku selalu diberi contoh setelah kaana selalu kata benda (isim), kok di Al-Quran, banyak kalimat setelah kaana itu kata kerja (fi’il).

Nah berikut penjelasannya.

Kalau saya berkata begini:

He studies Al-Quran – Dia belajar Al-Quran

Dalam bahasa Arab :

هو يتعلم القراّن - huwa yata-‘allamu al-qur-aana

Kalau saya berkata:

He used to study Al-Quran : Dia (dulu) biasa belajar Al-Quran

كان يتعلم القواّن – kaana yata-‘allamu al-qur-aana

Nah bagaimana analisis mubtada khobarnya?

Begini mas dan mbak… Masih ingat kan bahwa tugas kaana adalah merafa’kan mubtada menashobkan khobar?

Oke, sekarang kita lihat kalimat diatas:

هو يتعلم القراّن - huwa yata-‘allamu al-qur-aana

Mubtada’ nya : huwa

Khobarnya: yata-’allamu al-qur-aana

Perhatikan khobarnya disini adalah sebuah kalimat sempurna yang diawali dengan kata kerja sehingga sering disebut jumlah fi’liyyah.

Nah kalau khobarnya jumlah, maka pemasukan kaana kedalam susunan mubtada dan khobar dalam kalimat diatas, mengakibatkan khobarnya tidak kena efek apa-apa.

Oke coba kita masukkan kaaana:

كان هو يتعلم القراّن - kaana huwa yata-‘allamu al-qur-aana

Karena setelah kata kerja tidak boleh ada dhomir (kata ganti) pelaku, maka huwa dibuang, sehingga menjadi

كان يتعلم القراّن - kaana yata-‘allamu al-qur-aana : He used to study Al-Qura’an

<>

Dari contoh ini jelaslah bagi kita bahwa, kalau setelah kaana itu ada kata kerja, maka sebenarnya kata kerja itu adalah khobar dalam bentuk fi’il, atau jumlah fi’liyyah.

Lalu apa fungsi Kaana terhadap fi’il tersebut?

Oke menariknya disini.

Kita sudah tahu bahwa dalam bahasa Arab, tenses hanya dibagi 2 saja, yaitu:

- Imperfect Tense (pekerjaan yang masih berlangsung / belum selesai)

- Perfect Tense (pekerjaan yang sudah selesai)

Contohnya:

هو كتب كتابه – huwa kataba kitaabahu : dia (telah selesai) menulis bukunya.

هو يكتب كتابه – huwa yaktubu kitaabahu : dia (sedang) menulis bukunya.

Nah dalam bahasa Inggris kita tahu, jumlah tenses banyak kan? Ada present perfect, ada past perfect dsb. Nah sebenarnya kaana dan yakuunu dapat berfungsi untuk memberi efek waktu terhadap suatu perkerjaan yang mirip-mirip dengan bahasa Inggris.

Contohnya jika saya masukkan kaana.

كان كتب كتابه – kaana kataba kitaabahu : He had written his book

كان يكتب كتابه – kaana yaktubu kitaabahu: He had been writing his book

سيكون كتب كتابه – sayakuunu kataba kitaabahu: He will have written his book

سيكون يكتب كتابه – sayakuunu yaktubu kitaabahu: He will be writing his book

Walau dalam beberapa konteks tidak bisa disamakan persis, tetapi kira-kira kaana bisa difungsikan untuk memberi efek waktu ”had” atau ”will” kepada sebuah kata kerja.

Demikian telah kita bahas fungsi lain dari kaana. Semoga Anda yang biasa belajar tenses bahasa Inggris, juga mengerti bahwa dalam bahasa Arab, bisa juga dibentuk hal yang mirip dengan tenses bahasa Inggris (walau tidak ”pas” 100%).

Allahu a’lam bishshowwaab.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 2/05/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/02/topik-76-past-perfect-tense.html

Topik 77: Kalimat Pasif (lanjutan I)

Bisimillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Setelah off, beberapa lama, kita coba lanjutkan pembahasan mengenai kalimat pasif. Mengapa topik ini yang dipilih?

Ada beberapa alasan. Tetapi yang paling menarik untuk disampaikan adalah, seringkali bagi pemula (saya Insya Allah juga termasuk pemula --don't worry), ada beberapa kesalahan pengertian dari orang yang berbahasa non-arab (Indonesia, Melayu, maupun Inggris) dalam memahami kalimat pasif dalam bahasa Arab.

Ambil contoh: Saya membaca buku.

Kita sudah paham, bahwa Subject, adalah saya, dan object adalah buku.

Kalau dalam bahasa Inggris juga begitu: I read a book.

Kalau dijadikan kalimat pasif, kita juga mengerti, kalimat itu menjadi:

Buku dibaca oleh saya.

A book was read by me.

Tapi dalam bahasa Arab, Subject dalam kalimat pasif tidak boleh muncul. (pakai bahasa gaul sekarang) Dilarang muncul boo'!

Sehingga kalimat diatas, hanya bisa di-Arab-kan sbb:

Buku dibaca.

Sudah. Gitu aja.

Kok bisa?

Ya begitu peraturannya.

Dalam bahasa Arab, sebuah kalimat, jika hendak memunculkan Subject, hendaklah dibuat dalam kalimat aktif.

Subject dalam kalimat pasif, mesti dihilangkan. Kata orang arab, subjectnya: Majhul. Majhul artinya: tidak diketahui.

Jadi kalau kita buat contoh diatas:

انا قرأتُ الكتابَ - ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.

Jika dibuat pasif:

قُرئ الكتابُ - quri-a al-kitaabu : buku dibaca

Perhatikan hal-hal berikut:

1. Saya sebagai subject hilang (tidak ada dalam bahasa Arab: buku dibaca oleh saya).

2. Kata kerja yang dalam kalimat aktif: qora'tu (ada tu = saya), maka dalam kalimat pasif akhiran tu tersebut hilang.

3. Kata kerja dalam kalimat pasif, mengikuti dhomir dari naibul fa'il. Karena naibul fa'il adalah al-kitaab (huwa), maka kata kerjanya kembali ke KKA (Kata Kerja Asal), yaitu qora-a.

4. Cara membuat pasif qo-ra-a, adalah dengan men-dhommah kan kata pertama, dan meng-kasrah-kan kata sebelum akhir. Sehingga aktif: qo-ra-a, pasif: qu-ri-a.

5. I'rob (harokat akhir) dari al-kitaab, adalah dhommah, sehingga dibaca: quri-a alkitaabu.

Weleh-weleh... banyak yang musti diperhatikan ya...

Ada yang kadang sering terlewatkan. Apa itu?

Perhatikan, bahwa dalam pelajaran tata bahasa Arab, biasanya pertama yang dikenalkan adalah maf'ul (object) harus fathah.

انا قرأتُ الكتابَ - ana qora'tu alkitaaba : saya membaca buku.

Perhatikan, al-kitaab dalam posisi kalimat diatas adalah object. Maka dia fathah, sehingga dibaca al-kitaa-ba.

Nah kadang dalam kalimat pasif seorang pemula akan membuat kalimat sbb:

قُرئ الكتابُ - quri-a al-kitaaba : mereka membaca al-kitaaba.

Kalau ditanya ke pemula tsb: kok dibaca al-kitaaba? Mereka akan jawab, lha kan posisi al-kitaab dalam kalimat tersebut tetap Object (maf'ul). Nah kalau maf'ul kan dibaca fathah.

Nah disini kita harus hati-hati. Walaupun suatu kata benda, berfungsi sebagai Object, tapi lihat dulu, apakah dia ada dalam kalimat pasif. Kalau dalam kalimat pasif, maka Object tsb, berubah menjadi Naibul Fa'il, yang ber-'irob Dhommah.

Sehingga yang benar itu, membacanya:

قُرئ الكتابُ - quri-a al-kitaabu : buku dibaca

Sekarang kita hendak lihat, salah satu contoh dalam Al-Quran surat 84 ayat 21:

وإذا قرئ عليهم القراّنُ لا يسجدون - dan jika dibacakan Al-Quran kepada mereka, mereka tidak sujud.

Lihat disitu, bahwa yang menjadi naibul fa'il adalah Al-Quran, dan i'rob nya adalah dhommah. Sehingga dibaca:

wa idza quri-a alayhim al-quraanu (bukan al-quraana) laa yasjuduun.

Topik selanjutnya akan kita bahas Rumus mudah mengubah kata kerja dari aktif ke pasif. Insya Allah.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/03/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-77-kalimat-pasif-lanjutan-i.html

Topik 78: Kalimat Pasif KKT 5

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembaca yang dirahmati Allah SWT. Mohon maaf karena satu dan lain hal frekuensi penulisan agak “slow” hehe… Kata salah seorang teman saya, Pak Herry Sudjono: “wah… lagi nyari inspirasi ya…” hehe… Sebenarnya bukan cari inspirasi, karena masih banyak materi di buku-buku bahasa Arab yang bisa diangkat disini untuk dibicarakan, termasuk membahas ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah, saat ini saya merasa agak ”jenuh” untuk menulis. Tapi karena satu dan beberapa email minta saya nulis lagi, menambah semangat saya juga untuk terus menulis. Mungkin ini salah satu maksud mengapa di ayat-ayat AQ, menggunakan KKT 4, wa tawaashaw bil haqqi (tawaashaw, KKT 4 mendapat tambahan TA dan ALIF, yang artinya saling mengerjakan sesuatu). Wa tawaashaw (saling ”washi” – berwasiat), ya kita harus saling berwasiat, saling mengingatkan, saling memberi semangat, untuk tetap istiqomah dijalan kebaikan.

Oke baiklah. Karena hari ini adalah hari libur nasional memperingati Maulid Nabi besar Muhammad SAW, mari kita saling mengigatkan untuk senantiasa mengikuti uswatun hasanatun kita Rasulullah SAW. Ulama-ulama sholih mengingatkan kita untuk giat belajar bahasa Arab, sebagai pilar untuk mempertahankan kemurnian ajaran Islam. Dinasehatkan:

تعلموا اللغة العربية واعلموها الناس – ta’allamuu al-lughota al-arabiyyata wa ’allimuuhaa an-naasa

Pelajarilah bahasa Arab dan ajarkanlah kepada manusia.

Umar RA juga mengingatkan kita untuk belajar bahasa Al-Quran ini. Dia berkata:

تعلموا الغة العربية فإنها من دينكم – ta’allamuu al-lughata al-‘arabiyyata fainnahaa min diinikum

Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu bagian dari agamamu

Oke, baiklah kita segera mulai lanjutan pelajaran kita…

Aina washolnaa? (sudah sampai dimana kita kemaren?) Oh ya sudah bahas mengenai Kalimat Pasif. Tapi yang sudah kita bahas itu hanya kalimat pasif dari kata kerja 3 huruf asli. Contoh:

خلق الله الناس – kholaqo Allahu an-naasa (Allah menciptakan manusia)

خلق الناس – khuliqa an-naasu (Manusia diciptakan)

Kalau ada waktu insya Allah kita bisa bahas, ragam kalimat dari satu kalimat aktif menjadi 3 bagian:

1. Kalimat pasif

2. Kalimat berita tentang subject

3. Kalimat berita tentang object

Wah apa lagi nih… Gini Mas… Biar jelas, kita kasih contoh saja ya…

يفتح الموظف باب المكتبة صباحا – yaftahu al-muwazhzhofu baaba al-maktabati shobbaahan

Petugas itu membuka pintu perpustakaan pada pagi hari.

Oke kalimat diatas kalimat aktif kan? Oke... sekarang kita bisa membuat 3 macam kalimat dari kalimat diatas, yaitu:

يفتح باب المكتبة صباحا – yuftahu baabu al-maktabati shobbaahan.

Pintu perpustakaan dibuka pada pagi hari.

Itu kalimat pertama yang bisa kita buat. Sekarang kalimat ke dua, yang menjelaskan tentang subject. Siapa subjectnya : petugas. Ngapain dia? Membuka pintu.

الموظف فاتح – al-muwazzafu faathihun : petugas itu (adalah) orang yang membuka (pintu)

Kalimat ketiga yang kita bisa buat, adalah kalimat tentang object, yaitu pintu.

باب المكتبة مفتوح – baabu al-maktabati maftuuhun: pintu perpustakaan itu terbuka.

Terlihat kan bahwa dari satu kalimat aktif yang sempurna, kita bisa membuat 3 macam kalimat baru. Insya Allah kita akan latihan hal ini lagi di bagian-bagian lain.

Sekarang kita lihat hal yang sedikit lebih sukar. Apa itu?

Oke... Bagaimana membentuk kalimat pasif dari KKT 5. Oh ya KKT 5 itu adalah KKT dengan wazan تفعل – tafa’-‘ala.

Contohnya:

تفكر في – tafakkara fii : memikirkan

تفكر محمد في درسه – tafakkara muhammadun fii darsihi : Muhammad memikirkan pelajarannya.

Bagaimana pasifnya?

درسه تفكر في -darsuhu tufukkira fii : Pelajarannya dipikirkan.

Oke, apa yang bisa dipelajari? Insya Allah mudah. Yaitu, jika kita bertemu wazan KKT-5, maka urutan aktif pasif sbb:

تفعل – tafa’-‘ala (aktif)

تفعل – tufu’-‘ila (pasif)

Contoh lain:

تقدم الوالد أمام ولده – taqoddama al-waalidu amaama waladihi : Bapak itu berjalan mendahului anaknya.

Lihat KKT 5 nya: تقدم – taqoddama : berjalan mendahului

Jika dipasifkan, ingat ingat lagi wazannya: tufu’-‘ila, berarti taqoddama menjadi tuquddima. Sehingga kalimatnya menjadi:

تقدم الولد – tuquddima al-waladu : anak itu didahului.

Oke… Insya Allah mengerti ya… Kita akan lanjutkan lagi dengan topik lain, dengan masih membahas seputar kalimat pasif. Insya Allah.

Diposkan oleh Rafdian Rasyid di 3/20/2008

http://arabquran.blogspot.com/2008/03/topik-78-kalimat-pasif-kkt-5.html

Topik 79: Format Baru

Bismillahirrahmanirrahim

Para pembaca yang dirahmati Allah. Untuk menambah variasi dalam tulisan ini, saya akan coba “permak” format penulisan, Insya Allah mulai tulisan topik ini. Saya akan bagi tiga bagian: (i) Ungkapan, (ii) Kosa Kata Baru, (iii) Al-Quran.

Sampai kapan format ini akan bertahan? Allahu a’lamu. Yang jelas saya mencoba mengubah format penulisan agar tetap segar. Baiklah kita mulai.

I. Ungkapan

السلام عليكم – assalamu ‘alaykum

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته – wa ‘alaykumussalaam warahmatullahi wabarakaatuh

صَبَاحُ الْخَيْرِ – shobbaahul khair : selamat pagi

صَبَاحُ النُّوْرِ – shobbaahun nuur : selamat pagi juga (jawaban)

مُنْذُ زَمَانٍ لَمْ أَرَاكَ – mundzu zamaan lam arooka : lama saya tidak berjumpa Anda

كَيْفَ حَالُكَ – kaifa haaluk ? : bagaimana kabar Anda?

الحمد لله أَنَا بِخَيْرٍ – Alhamdulillah ana bi khoir: Alhamdulillah saya baik-baik saja


Yüklə 1 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   5   6   7   8   9   10   11   12   13




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin