Daftar isi kata pengantar I daftar isi II pendahuluan 1 I : memahami hakekat disiplin


Memotivasi Diri Dalam Disiplin Kesabaran Emosional Melalui Kalimat Bijak



Yüklə 0,58 Mb.
səhifə12/12
tarix15.01.2019
ölçüsü0,58 Mb.
#96944
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   12

Memotivasi Diri Dalam Disiplin Kesabaran Emosional Melalui Kalimat Bijak


Tidaklah seseorang dikatakan mampu memimpin orang sebelum memimpin diri sendiri.

BK 9 : 23

Pernah memperhatiakan jari-jari tangan ketika menunjuk seseuatu? di sana ada pesan tersembuyi. Saat menunjuk sesuatu, satu jari (telunjuk) menuju pada obyek, empat jari lainnya menghadap pada si penunjuk. Artinya menunjuk orang lain sama dengan menujuk diri sendiri. Makna, sebaiknya sebelum menunjuk mengoreksi, dan mengeritik orang lain, tunjuk, koreksi dan kritik diri sendiri. Pimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain.

Memimpin diri sendiri jauh lebih sulit, itu sebabnya sepulang dari perang badar perang tahu “ kita pulang dari perang kecil menuju perang besar” Perang apa Ya? perang melawan hawa nafsu. Mengurangi diri sendiri jauh lebih berat ketimbang memerangi orang lain. Memimpin diri sendiri diperlukan motivasi yang kuat, kesadaran tinggi, dan kemauan keras. Tanpa syarat itu mustahil seseorang dapat mengendalikan diri.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering memakai topeng kalau di depan orang lain baik lakunya, tetepi di rumah muncul watak aslinya. Orang seperti ini tidak selaras antara kata-kata dengan perbuatan, penampilan dengan wataknya sehingga tidak layak menjadi pemimpin. Sifat hipokrit alias munafik seperti itu merupakan indikasi kuat bahwa jiwanya masih labil. Terhadap diri sendiri saja belum jujur apalagi terhadap orang lain.



Hanya orang yang kaya ilmu dan semangat, yang berani menghadapi tantangan dan resiko.

BK 9 : 24

Kekayaan yang paling berharga adalah ilmu. Orang kaya harta sibuk menjaga hartanya. Orang kaya ilmu, ilmunya yang menjaga dirinya, demikian kata Ali Tholib. Ilmu saja belum cukup, harus ada perlengkapan yang bernama semangat. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Orang berilmu memiliki semangat menghadapi tugas, pekerjaan, tantangan dan resiko. Orang seperti itu memiliki pertimbangan matang. Mereka tahu cara mengatasi tantangan secara tepat. Dia mengetahui resiko dari setiap langkahnya. Dia paham, “tidak ada tindakan yang tanpa resiko.

Semakin besar tindakan seseorang semakin besar pula resikonya. Dia paham, semakin tinggi pohon kian kencang terpaan angin, maka menghadap wajar ada tantangan. Itilah yang selalu jadi pedoman pejuang kebenaran. Plato, Aristoteles, dan orang besar selalu menghadapi resiko. Ini juaga dirasakan Sigmund Freud. Buku the Interpretation of Dream hanya terjual 600 eksemplar dan hanya mendatangkan $ 250 royalti dalam delapan tahun pertama tetapi akibat dari tantangan seretnya penjualan buku itu dia menjadi bapak dalam bidang psikologi.

Tantangan memicu semganta. BJ Habibie ketika banyak warga demo, berkomentar, “saya senang rakyat bangkit setelah lama tidak berani bersuara” BJ Habibie paham resiko menghadapi vokalnya rakyat. Itulah semangat ilmuwan yang kebetulan menjadi Presiden.



Tidak pernah orang berhasil memanjat tebing dengan kedua tangan di dalam saku

BK 9 : 25

Ada yang luar biasa dalam proses pemberangkatan Apollo 11 pada 1967 yaitu melibatkan 30.000 pekerja NASA dari 40.000 pekerja. Ada 200 sekolah tinggi, 16 perusahaan industri utama dan 20.000 subkontraktor. Misi Apollo harus sukses. Ternyata belum berhasil, 3 astronotnya terbunuh sengat api Apollo. Baru dua tahun kemudian, pada 20 Juli 1969, Neil Alden Amstrong berhasil menginjak kaki di bulan.

Ada rahasia di balik sukses tadi? Kerja keras. Pekerjaan berat tidak mungkin ditempuh dengan santai, apabila tanpa konsep. Melewati jalan terjal dan mendaki diperlukan keringat, terkadang nyawa. Begitu juga jika hendak naik “tebing kehidupan” diperlukan stamina tinggi, persiapan matang, dan upaya maksimal. Mustahil memanjat tebing bisa dilakukan dengan hanya kedua tangan di dalam saku.

Sir Edmund Hillary orang pertama menaklukkan Mount Evesert. Ketika ditanya apa rahasia di balik suksesnya? ia mengatakan “Bukan gunungnya yang kita takhlukkan melainkan diri sendiri.” Artinya, sebelum menakhlukkan gunung atau pekerjaan lain, kita menakhlukkan dulu diri ini.

Diri ini sering dililiti rasa malas, ingin cepat menikmati hasil, dan enggan menghadapi resiko. Dalam praktek lihat orang suka main potong kompas. Yang diagungkan prinsip ilmu ekonomi, “Sedikit modal meraih untung sebanyak-banyaknya” mereka lupa. “hidup ini adalah kerja keras.”
Dunia adalah sebuah ruang kelas dan kehidupan adalah guru yang mengesankan bagi mereka yang bersiap-siap untuk belajar

BK 9 : 26

Dalam kelas dunia, `siswa' manusia belajar banyak tentang `rahasia' hidup ini. Perdana Menteri Zamire, pernah mengumpulkan intelektual di negeranya. Kepada mereka diminta untuk merumuskan arti hidup ini. Dia ingin belajar.

Tiga tahun kemudian, datanglah inteletual tadi dengan membawa buku yang diangkut tiga ekor keledai. "Ini tuan, buku yang berisi rumusan arti hidup." PM Zamire geleng kepala. "Jika buku sebanyak ini, saya tidak sanggup membacanya. Tolong diringkas saja."

Satu tahun berikutnya intelektual tadi datang, membawa buku diangkut seekor keledai. "Saya masih belum sanggup membaca, terlalu tebal," kata PM Zamire. "Tolong diringkaskan lagi," pintanya. Selang beberapa waktu, inteletual tadi datang dengan tangan kosong. Semetara Si Tuan-nya sedang berbaring di atas ranjang, sakit. Tuan, saya sudah meringkas makna hidup, katanya. Apa? Tanya PM Zamire. "Hidup itu hanya terdiri tiga kata: lahir, susah payah, mati.

Itulah yang kita pelajari di ruang kelas dunia ini. yaitu, dilahirkan. Lalu susah payah mengerjakan "PR" kehidupan yang tidak pernah berakhir, lalu mati. Itulah pelajarannya. Bagi setiap `siswa' hanya ada dua kemungkinan: naik kelas ke sorga, atau tinggal kelas di neraka. Naik tidaknya seorang pelajar tergantung belajarnya di dunia. Kalau malas apalagi sering melanggar tata tertib, pasti dicampakkan pada hukuman yang menyakitkan.
Bahkan kambing dan lembu pun harus menyesuaikan langkah mereka kalau menarik bajak bersama-sama.

BK 9 : 27

Lidi, disebut `sapu' kalau jumlahnya banyak. Kalau cuma satu disebut 'lidi' saja. Bisa kita lihat, sapu lidi mendatangkan manfaat besar bagi pihak lain karena bersatunya tiap lidi. Setelah diikat, bisa bekerja bersama, dan tidak ada yang menonjolkan diri.

Itulah nilai kebersamaan, kekompakan, dan keharmonisan. Dalam kehidupan bermasyarakat juga demikian. Jika ingin sukses, perlu ada kesamaan, kekompakan dan harmonis hidup. Terlebih dalam sebuah bangsa yang pluralis, syarat tadi tidak bisa ditawar lagi.

Dalam mewujudkan hal ini, diperlukan pengorbanan agar ada kesamaan langkah. Tanpa kebersamaan, kekompakan dan harmoni, maka akan kesulitan menarik `bajak' negeri ini. Apalagi jika anak negeri saling ingin menonjolkan diri, main sikut, berebut benar, dan mengaku paling hebat, paling berjasa, dan paling berkuasa.

Apa yang digambarkan dengan kambing dan lembu yang langkahnya sama ketika menarik bajak, merupakan gambaran pentingnya kebersamaan, kekompakan dan harmoni dalam mencapi tujuan. Bisa dibayangkan carut marutnya negeri ini kalau setiap elemen anak bangsa melangkah sendiri-sendiri.

Para pendiri negeri ini mengetahui bahwa negeri kita memiliki sejumlah titik rawan di balik besarnya jumlah penduduk dan luasnya wilayah. Itu sebabnya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai nafas kehidupan.



Burung yang lebih awal bangunnya akan mendapatkan cacing lebih banyak

BK 9 : 28

Dengan bangun lebih awal, burung akan lebih awal pula mendapat rezeki. Di pagi yang masih sepi, peluang mendapat rezeki besar, sebab belum berebut dengan burung lain. Rezeki acap kali berpihak pada kesungguhan, ketekunan, dan kedisiplinan.

Tanda orang tekun, sungguh-sungguh dan disiplin bisa dilihat dari bangun tidurnya. Kata bijak, cepat bangun, cepat kerja, harta akan berpihak kepadanya. Sebaliknya, rezeki akan lari dari orang yang hidupnya malas. Di negara maju, orang sangat menghormati waktu. Mereka membaginya secara cermat kapan harus bekerja, dan kapan istirahat. Maka, di RRC, warung selalu penuh disaat jam makan, setelah itu sepi saat jam kerja. Ini pertanda warga di saat menghormati waktu. Tuhan juga bersumpah dengan waktu. Kata Dia, manusia merugi. Yang tidak merugi di antaranya orang beriman dan aural saleh (bekerja dengan baik).

Orang disiplin akan tahu kapan waktu bangun dan mulai bekerja. Dengan cara itu, seperti burung tadi, dia akan lebih cepat dan lebih banyak mendapatkan cacing (rezeki). Orang yang tidak disiplin, terbiasa dengan mengolor waktu sehingga sering kehilangan, kesempatan dan peluang.

Sudah waktunya kita membuang kebiasaan menganggap enteng terhadap perputaran jarum jam. Hilangkan bermalas-malasan dan ini merupakan penyakit akut pada setiap orang. Hai pemalas belajarlah pada semut “ Amsal Salomo.”

Gerak seorang pemalas sangat berbeda dengan gerak lidahnya

BK 9 : 29

Pemalas, acap kali pandai berkata-kata tetapi lemah dalam bekerja. Dia pandai memberi koreksi, tetapi dia sendiri tidak mampu melakukan. Kata Wietman, "Orang yang suka ngritik, ibarat seekor cacing. Dia menyuruh orang lain lari cepat sementara dia sendiri tidak bisa melakukannya."

Tipe orang yang suka ngoreksi sebaiknya dijadikan saja sebagai 'pengawas'. Dengan posisinya itu potensi dirinya untuk menyalahkan orang lain tersalur. Tidak ada hal yang lebih disukai oleh pemalas kecuali mencemooh sana-sini, atau mencari kekurangan karya orang lain. Biasanya orang yang demikian jumlahnya cukup banyak di tengah masyarakat.

Biar saja mereka berada di tengah kita, tak perlu, ditentang. Sebab, kalau dilayani, dia akan merasa mendapatkan garapan lebih besar lagi. Berbeda dengan orang yang rajin bekerja, baginya berkomentar dianggap tidak terlalu perlu. Yang penting adalah bukti, bukan ulasan.

Bagi orang rajin, kalau ada kritik, saran, atau koreksi diam-diam dicamkan, kemudian dicari di mana letak kekurangan dari karyanya. Dari kritik tadi karyanya disempurnakan. Dengan cara tersebut dia bisa melakukan perbaikan. Orang malas biasanya sibuk mencari kesalahan orang lain, diri sendiri tidak suka dikritik orang. Sementara orang rajin selalu sibuk menyempurnakan kekurangan dirinya dari kritik yang disampaikan orang lain.

kita habiskan sumber-sumber daya alam dengan menggunakannya, kita habiskan sumber daya manusia dengan tidak menggunakannya.

BK 9 : 30

Sumber daya alam jika terus menerus digunakan, lama atau cepat akan habis. Ini bisa dilihat di negeri ini. Hutan misalnya, setelah dibiarkan terjadi aksi penebangan baik yang dilakukan secara besar-besaran maupun dilakukan secara sporadis oleh masyarakat, hutan terasa kian habis. Maka bencana banjir, tanah longsor, dan lain-lain menimpa.

Untuk menumbuhkan kembali, kini tengah dilakukan rehabilitasi dan reboisasi terhadap lahan dan hutan seluas 3 juta hekatare dengan biaya Rp 3,3 triliun. Ini gambaran satu segi saja hutan yang habis jika digunakan. Begitu juga kekayaan alam lain, seperti batu bara, Emas, Tembaga, minyak, air, dan sebagainya. Maka perlu hemat agar sumber daya alam itu bisa lestari.

Sebaliknya, untuk sumber daya manusia akan habis kalau tidak digunakan. Tenaga mereka menjadi tidak produktif, tidak menghasilkan sesuatu, dan bahkan bisa menjadi beban dalam kehidupan. Terlebih bagi bangsa Indonesia yang jumlah penduduknya sungguh luar biasa besarnya: 237 juta jiwa. Jika hal ini tidak dipikirkan, maka akan menjadi sumber daya yang mubazir. Bagaimana memanfaatkannya? Tugas ini ada di puncak para pemimpin negeri ini.

Dengan memanfaatkan sumber daya manusia, menghasilkan sesuatu yang berharga,dan bermakna. Tinggi rendahnya tingkat produktivitas sebuah bangsa tergantung pada dimanfaat atau tidaknya sumber daya manusianya.

Jika kita sibuk menghambat karir orang lain, kita tidak mempunyai kesempatan untuk maju

BK 9 : 31

Sibuk menghambat karir orang lain, sama halnya dengan menggali lubang kubur sendiri. Ia selalu sibuk menguras energi, kalau perlu mengorbankan dana untuk mencapai targetnya. Tanpa disadari dia telah menguras waktu, membuang kesempatan dirinya maju.

Sering kita lihat ada persengkongkolan di tempat kerja atau di dunia politik. Tujuannya menjatuhkan orang yang tidak disukai. Berbagai cara dilakukan dan banyak yang harus dikorbankan. Mereka puas menghancurkan orang lain dengan cara licik.

Setiap bertemu `gengnya' mereka membicarakan pihak yang dianggap sebagai rival. Maka, disusun strategi menjegal karir orang tadi. Tanpa disadari apa yang dilakukan telah menguras staminanya sehingga tidak terasa dia sendiri menjadi korban. Paling tidak korban waktu, peluang, dan korban hati nurani. Dia menggores jiwanya sendiri.

Dia lupa berbuat yang terbaik. Yang ada dalam benaknya hanya ingin menjatuhkan orang lain. Sementara karirnya sendiri terbengkal. Tidak pernah kita jumpai, orang yang menjegal karir orang lain dapat hidup tenang. Yang banyak terjadi, orang seperti itu karirnya justru terjungkal. Atau kalau toh sukses, rumah tangganya selalu `panas', ada saja gangguannya. Dengan kebiasaan jelek tersebut, keinginan untuk maju tidak akan bisa tercapai. Orang tersebut akan kandas di tengah jalan.

Yang merasakan kebahagiaan sejati adalah mereka yang merasakan bahagia melihat orang lain bahagia.

BK 9 : 32

Di dunia, ada tiga macam `neraka'. Pertama, bernama iri. Yaitu, orang yang selalu tidak senang melihat orang lain sukses. Sepanjang perasaan iri berkecamuk di hatinya, selama itu pula dia tersiksa.

Kedua, dengki. Ini di atas iri. Selain tidak suka orang lain sukses, dia ingin keberhasilan orang lain pindah ke tangannya. Untuk mencapai hal itu, berupaya agar orang lain jatuh dengan harapan kesenangan yang dialami orang lain pindah pada dirinya. Selama belum tercapai maka jiwanya tersiksa.

Ketiga, bernarna dendam. Setelah gagal mengupayakan jatuhnya orang lain, dan menikmati kesenangan, maka dia menaruh kebencian dan rasa dendam. Dalam kultur tertentu dendam sampai tujuh turunan. Ini merupakan siksa dunia yang berkepanjangan.

Mereka lupa kebahagiaan sejati adalah adanya rasa bahagia saat melihat orang lain bahagia. Artinya, ikut merasakan kesenangan orang lain. Dia mengambil manfaat dari kebahagiaan orang lain. Misalnya, belajar mengapa sukses.

Orang bisa bersikap demikian adalah orang yang jiwanya sudah matang atau dewasa. Dia bisa memahami dibalik yang tersurat dalam hidup ini. Ia tidak melihat dari yang tampak saja, tetapi berupaya menyelami makna kehidupan dan apa sebenamya rahasia di dalamnya. Dengan demikian, dia akan merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Marilah belajar pada guru.



Orang yang benar-benar kalah adalah orang yang tidak mau belajar dari kekalahannya.

BK 9 : 33

Kekalahan jika didengar dia membisikkan kalimat pendek: " Coba lagi" Tentu bukan sekedar mencoba tetapi belajar lebih teliti lagi mengapa langkah sebelumnya kalah. Di mana letak kelemahan, apa yang kurang, dan bagaimana menyempurnakannya. Setelah semua pertanyaan terjawab, maka lakukan sekali lagi. Coba lagi!

Ini langkah orang kalah yang tidak mau berlama-lama dalam kekalahannya. Dia mau menerima kekalahan sebagai kata akhir. ia menjadikan kekalahan sebagai pelajaran. Dari pengalaman pahit itu dicari apa 'pesan' terdalam. Dengan kejernihan hati mau mengoreksi diri sendiri lambat atau cepat akan dtemukan jawaban atas kekalahannya.

Dan itu yang ditemukan Gamal Abdul Naser ketika dia nasibnya 'jatuh' secara strata sosial. Maklum, dia bukan orang yang langsung duduk manis sebagai Perdana Menteri Mesir. Karirnya dirintis dari bawah. Kekalahan demi kekalahan dijalani penuh sabar sambil membenahi diri. Akhirnya karir puncak di negaranya dapat direngkuhnya.

Tetapi, dalam hidup ini banyak juga orang yang tidak mau bangkit dari kekalahan. Dia menganggap kekalahan yang dialami merupakan `kiamat', tidak bisa diperbaiki. Dia menganggap semuanya sudah berakhir. Karena anggapan itu, dia tidak beranjak dari posisinya di bawah sehingga akhrinya menjadi tontonan sejarah.
Pekerjaan yang sulit dilakukan banyak orang adalah memulai

BK 9 : 34

Nelayan itu masih 'magang'. Ketika moncong perahu menghadap ke laut, mereka gemetaran. Gelombang ombak yang mendebur keras mengecilkan nyalinya. Perasaannya maju mundur, antara berani dan takut. Akhirnya nekat juga, mencoba menembus gulungan ombak. Ternyata mereka bisa.

Ilustrasi ini terjadi pada semua jenis pekerjaan baru. Seorang calon guru membayangkan susahnya menyusun Satuan Pelajaran, merumuskan Tujuan Instraksional Umum, Tujuan Instraksional Khusus, mengajar, dan melakukan evaluasi. Guru baru acap kali stres menghadapi tugas ini. Tetapi, akhimya finis juga.

Memasuki gerbang rumah tangga juga sama. Sejumah gambaran buram menggelantung di depan, seolah akan jatuh menimpanya. Begitu mahligai rumah tangga dimasuki, yang dirasakan sebuah ketenangan. Kalau ada benturan tidak lebih dari sekedar rona-rona rumah tangga. Jadi, memulai sesuatu merupakan pekerjaan sulit. Karena belum berpengalaman. Kesulitan bisa ditembus jika memiliki rasa percaya tinggi.

Saat Orde Baru berkuasa, seolah tidak ada orang mampu menjadi pemimpin. Tetapi kini bermunculan calon presiders. Negeri ini harus memberi kesempatan pada putra terbaiknya menjadi pemimpin. Malcol Neil mengatakan, Satu-satunya kegagalan yang tidak terhormat adalah kegagalan mencoba.

Orang yang paling sering dikeluhkan adalah orang yang sering mengeluh

BK 9 : 35

Dalam pergaulan sering kita jumpai, seseorang suka mengeluh. Sedikit-sedikit mengeluh. Tidak ada liar, tanpa keluhan. Setiap kali bertemu orang selalu ada saja yang dikeluhkan. Mulai persoalan "klasik" yaitu kasus tidak punya uang, ada problem pribadi, persoalan rumah tangga, problem di tempat kerja, ketidakcocokan dengan tetangga, dan sebagainya.

Tiap kali bertemu orang lain, dia selalu mengutarakan sesuatu yang tidak enak. Sementara kalau ada yang enak dia diam saja. Dia menganggap orang lain sebagai `kotak sampah' tempat membuang keluhan. Setelah puas menumpahkan keluhannya dia meninggalkan begitu saja tanpa mau peduli lagi; terhadap perasaan orang lain. Padahal orang yang mendengar keluh kesah juga memiliki perasaan yang sama.

Maka, jika bertemu orang seperti ini, sadarkan dia agar menghentikan kebiasaannya itu. Apa yang diutarakan hanya layak diketahui oleh orang itu sendiri bukan untuk dipublikasikan kepada orang lain. Beritahu keluhan yang diungkapkan tidak akan menyelesaikan masalah. Keluhan tinggal keluhan.

Dalam pergaulan, orang yang sering mengeluh seperti ini lama-lama tidak dihiraukan orang, sebab orang lain sudah hafal 'lagunya'. Orang yang sering mengeluh biasanya tidak dibantu mencari jalan keluarnya, tetapi kebiasannya itu dikeluhkan orang lain.

Hanya pekerjaan layak yang dikerjakan yang wajib dikerjakan secara benar

BK 9 : 36

Sukses itu tidak memerlukan penjelasan. Begitu Napoleon Hill. Maksudnya, sukses bukan untuk diuraikan, tetapi bukti nyata, dengan karya. Orang yang bekerja dengan baik, akan mencapai sukses. Tetapi, dalam praktek setiap orang akan selalu berhadapan dengan pilihan-pilihan. Ada pekerjaan yang tidak layak dikerjakan karena hanya mendatangkan mudhorot (kejelekan). Ada pekerjaan yang layak sebab mendatangkan manfaat.

Hanya pekerjaan yang layak harus dikerjakan secara baik dan benar. Untuk menuju ke sana perlu perencanaan yang baik dan benar pula . Jika pekerjaan melibatkan orang lain, harus ada pembagian tugas yang jelas.

Banyak orang mengerjakan sesuatu yang seharusnya tidak harus dikerjakan. Yaitu pekerjaan yang sia-sia, tidak ada manfaat. Ada orang juga melakukan kewajibannya. Padahal sebelum mendapat pekerjaan, orang tersebut bingung mencarinya, melamar ke sana kemari. Tetapi, setelah pekerjaan didapat, bedanya ogah-ogahan. Ada saja alasannya.

Kata Napoleon Hill, "Kegagalan tidak memberi ruang untuk orang berdalih-dalih." Sebanyak apapun argumentasi kalau tidak mengerjakan tugas maka kegagalan mengintipnya sewaktu-waktu bisa menerkamnya.

Hidup ini ibarat bermain catur, orang yang memiliki strategi yang lebih baik yang akan menang.

BK 9 : 37

Dunia ini, kata Ahmad Albar, adalah panggung sandiwara. Di dalamnya ada akting, memerankan lakon kehidupan yang bukan sebenarnya. Ada kepura-puraan. Sikap aslinya akan tampak ketika melepas semua atribut kehidupan, terutama disaat tidur, baik tidur sementara maupun tidur abadi. Saat itu seseorang menjadi dirinya sendiri.

Dunia juga ibarat bermain catur. Orang yang memiliki strategi yang baik bakal menguasai dan menang. Bagaimana strategi yang baik? Yaitu strategi yang ditetapkan perancang catur kehidupan itu. Agar bisa menang, maka pelajari strategi yang ditetapkan agar kemenangan bisa diraih.

Agar seseorang menguasai strategi dengan baik syaratnya, pertama, memiliki ilmu cukup, luas, dan dalam. Ilmu merupakan kunci dunia. Dengan ilmu, alam semesta bisa ditakhlukkan. Orang yang minim ilmu seperti katak dalam tempurung, cepat puas, dan merasa besar. Ia lengah menghadapi dunia sehingga akhirnya tergilas oleh kehidupan.

Syarat kedua, barani mencoba. Ilmu terasa hampa jika tidak dipraktekkan. Dengan praktek akan menguasai dan ahli di bidangnya. Ketiga, tidak takut salah. Orang yang selalu takut salah berarti telah melakukan kesalahan. Dengan modal itu, seseorang akan bisa memainkan anak catur di atas badiknya. Berbekal teori yang matang, pengalaman yang cukup, akan bisa mengantarkan seseorang menjadi pemain yang baik dan akan membawa kemenangan dalam hidupnya.
Tidak ada orang yang menghargai keberhasilan sebelum ia merasakan kegagalan.

BK 9 : 38

Isi dunia ini selalu berpasang-pasangan. Di balik kata sukses ada gagal. Di balik cerdas, tersimpan kata bodoh. Ada pendek, ada panjang. Ada kata gelap karena ada terang. Ada kata gemuk ada kurus. Ada kata laki-laki dan perempuan. Ada kata jantang ada betina. Ada kata serbuk sari dan benang sari. Semua kata sifat dunia nyata yang dapat mengalami makhluk hidup di alam semesta.

Orang tidak bisa merasakan arti sukses sebelum pernah gagal. Orang tidak akan tabu maksudnya. cerdas, jika tidak paham arti bodoh. Begitu seterusnya. Kedua sifat tadi merupakan khasanah kehidupan. Keberhasilan bagi seseorang lebih punya nilai jika pernah gagal. Sebaliknya, orang akan menganggap gagal meraih harapan merupakan giliran menuju sukses.

Ada baiknya kita tidak membusungkan dada disaat meraih sukses. Bisa jadi dalam waktu sekejab keberhasilan itu berubah menjadi kegagalan yang menyakitkan. Jika Anda gagal jangan larut dalam kesedihan. Bukan tidak mungkin kegagalan berubah menjadi sukses.

Stanlu Jude memberi pesan moral. Kata dia, "Tidak masalah gagal, sebab jika Anda tidak gagal, Anda tidak akan tumbuh." Senafas dengan itu, Abraham Lincol mengatakan, "Hidup ini hanya terpeleset, bukan jatuh." Artinya, kalau merasakan gagal, sifatnya sementara, tak lama lagi bangkit menuju sukses sejati. Maka, kegagalan itu ada hikmahnya. Yaitu mengambil pelajaran untuk bangkit. Dengan pengalaman gagal, akan lebih hati-hati melangkah sehingga tidak terulang kembali melakukan kesalahan serupa.

Pemimpin bijak tidak menunjukkan kelebihannya pada bawahannya, tetapi membantu mereka mengeluarkan kelebihannya.

BK 9 : 39

Seorang pemimpin, jelas memiliki kelebihan dibanding bawahannya. Tanpa harus memamerkan kelebihannya kepada anak buahnya, mereka sudah mengakui akan hal itu. Karenanya, tidak perlu seorang pemimpin membeberkan alias menjalentrehkan kehebatan dirinya kepada anak buahnya.

Sebab semakin sering memamerkan kehebatan dirinya, akan semakin tampak bahwa 'hanya' sebatas itu kelebihan pemimpin tersebut. Orang lain akan bosan mendengarkan paparan prestasi yang disampaikan. Sebaliknya, semakin disimpan kelebihan dirinya, maka bawahan semakin penasaran sehingga lebih banyak ingin tabu tentang sosok pemimpinnya.

Di antara kewajiban pemimpin adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahannya. Dengan mengetahui kelebihan, dia bisa memberi reward atau pujian. Langkah ini dapat mendorong semangat anak buahnya sehingga lebih produktif lagi. Mereka akan lebih bersemangat. Pemimpin tidak boleh pelit pujian terhadap anak buahnya jika memang dipandang perlu untuk itu.

Pemimpin juga perlu membaca kekurangan anak buahnya. Tujuannya bukan untuk menjatuhkan mereka, tetapi dalam rangka mencari langkah tepat mengatasi kelemahan tersebut. Ada kalanya, bawahan tidak bisa mengangkat potensi dirinya sehingga kinerjanya tidak maksimal. Tugas pemimpin mengangkat kelebihan bawahannya agar potensinya berkembang, kinerjanya meningkat, dan lebih produktif.

Kalau kita mencintai pekerjaan kita, pekerjaan itu akan menjadi kehidupan kita.

KB 9 : 40

Cintai pekerjaan, dia akan mencintaimu, tekuni pekerjaan dia akan memberimu pendapatan. Dan jadikan pekerjaan sebagai sahabat, dia akan beramal padamu. Kalimat manis ini layak menjadi renungan. Kecintaan kepada pekerjaan memberikan pantulan kejiwaan sebanding besar kecilnya rasa cinta itu. Orang yang setengah hati terhadap pekerjaan, tidak akan memberi makna kecuali sedikit. Lihat negara-negara maju, warganya mencitai pekerjaan, dari sana ada keuntungan.

Kalimat manis kedua, tekuni pekerjaan, dia akan memberimu pendapatan. Bangsa yang pemalas, rakyatnya pasti miskin. Kesejahteraan suatu bangsa seiring tingginya etos kerja bangsa itu “Ini dunia nyata.” Dengan kata lain, pendapatan "yang kita terima "disesuaikan" dengan tingkat ketekunan terhadap pekerjaan itu.

Nah, kalimat manis selanjutnya, jika kita menjadikan pekerjaan sebagai sahabat, dia banyak memberi aural kepada kita. Rezeki, itu memang dari Tuhan. Tetapi, Tuhan akan memberi rezeki itu kalau kita memperlakukan pekerjaan sebagai sahabat dalam hidup ini. Di sini letak esensi kalimat yang menyatakan, "Kalau kita mencintai pekerjaan, pekerjaan itu akan menjadi bagian kehidupan kita."

Dari tingkat kecintaan pada pekerjaan dapat diukur suka duka seseorang. Dari sana naik-turunnya rezeki. Dari kecintaan itu ditakar sedikit banyaknya perolehannya. Sayang sebagian bangsa bergelimang dengan rendahnya etos kerja, dan enggan bangkit dari keterpurukan.

Keunggulan seringkali tidak diberikan atas dasar syarat-syarat yang mudah.

BK 9 : 41

Si Neles dan Danus, lahir di desa yang sama dan dari keluarga tidak mampu. Karena lahir pada tahun yang sama, sekolahnya pun selalu satu kelas. Tetapi, setelah menjadi orang, berbeda. Neles cukup sukses, sedang Danus menjadi beban masyarakat. Terhadap keduanya, orang mengatakan, Neles dan Danus punya nasib (asal keturunan, Red) yang sama, Yaitu, dari keluarga kurang mampu. Tetapi, keduanya punya nasib yang beda. Yang satu kaya, sementara yang lain papa. Mengapa hal itu terjadi? Orang berspekulasi, Neles dikenal rajin bekerja. Sedangkan Denus selalu bermalas-malasan. Agaknya, prestasi, hasil, dan keunggulan selalu berpihak pada orang yang mau bekerja keras. Lika-liku keunggulan melalui proses dan perjalanan panjang dan melelahkan.

Jangan bermimpi mendapat keunggulan dalam hidup ini jika tanpa ihtiar dan kerja keras. Jangan pernah berobsesi menjadi orang kaya, kalau telapak tangannya tidak pernah kotor karena kena `debu'.

Ada baiknya kita renungkan ucapan Liv Ulman. Kata dia, "Hal paling baik yang datang bersama sukses ialah pengetahuan bahwa kesuksesan itu tidak perlu ditunggu." Kita harus proaktif menjemput sukses hidup. Proaktif dengan ihtiar, dan kerja keras. Orang yang pekerjaannya menunggu datangnya sukses tanpa ihtiar, sama halnya dengan orang ingin perutnya kenyang tetapi tidak mau mengunyah nasi dalam mulutnya.



Tidak ada yang tahu manisnya madu sebelum mereka mencicipinya.

BK 9 : 42

Teori sering kali tidak sejalan dengan praktek. Dalam banyak hal, teori tidak dijumpai dalam alam realita. Maka, jangan selalu mengandalkan teori. Orang yang terlalu bergantung pada teori, menjadikan dia mengedepankan "katanya" bukan pengalaman yang "sebenarnya.

Pengalaman adalah guru yang paling baik. Dengan pengalaman, seseorang tidak terperosok dalam lubang yang sama, dua kali. Ketika berjalan, dia tidak mendongak ke atas agar kakinya tidak terperosok kedalam jebakan kehidupan yang mematikan.

Coba dulu sebelum membeli. Prinsip ini ada baiknya juga. Mengetahui apa dan bagaimana yang sebenarnya menyebabkan seseorang lebih hati-hati dalam menentukan pilihan dan sikap hidup. Begitu pilihan jatuh pada yang terbaik, dia tanpa ragu melaksanakannya. Pengalaman seperti ini "guru" yang baik.

Oliver Goldmith mengingatkan, kemenangan terbesar bukan karena kita tidak pernah jatuh namun karena bangkit setiap kali kita jatuh. Dengan pengalaman itu, maka lezatnya kehidupan bisa dinikmati. Pahit getirnya hidup merupakan 'bumbu' penyedap bagi seseorang.

Itu yang mendorong Thomas Edison terus mencoba setelah kegagalan demi kegagalan dialaminya. "Kegagalan hanya menekan saya maju dengan pemecahan lebih banyak." Bill Clinton mengatakan, "Tidak ada jaminan kesuksesan, namun bagi yang tidak mencobanya adalah jaminan kegagalan.



Kesulitan-kesulitan dapat menjadi batu loncatan atau batu penghalang, tergantung bagaimana kita memandangnya.

BK 9 : 43

Air sungai, tidak menganggap bendungan sebagai penghalang, justru sebagai batu loncatan untuk mengalir lebih jauh lagi. Dengan bendungan, air istirahat sejenak, menyusun kekuatan, baru mengalir deras, dan lebih deras lagi.

Hidup juga demikian. Tidak bisa lepas dari kesulitan, hambatan, dan `bendungan' lain. Orang yang memiliki daya juang tinggi tidak pernah surut. Dia menganggap semua itu merupakan resiko hidup. Berani hidup harus berani menanggung resiko. Hidup takut resiko lebih baik mati saja. Dengan memahami hidup selalu bersanding resiko, maka setiap kali ada kendala, tidak putus asa. Dikumpulkan energi selanjutnya melangkah lebih jauh lagi.

Acap kali terjadi teori dengan realitas tidak selalu sejalan. Sering kita jumpai, orang sukses di mimbar, tetapi gagal di rumah. Pandai menasehati orang, tetapi gagal membina rumah tangganya. Ada orang membaca dalil tetapi sebatas di bibirnya, dia sendiri tidak mampu mempraktekannya. Ada yang punya sederet gelar kesarjanaan, tetapi ilmunya tidak diamalkan.

Orang yang pandai memotivasi diri, menjadikan kegagalan sebagai nasehat. Dia, bertanya, pada dirinya mengapa kesulitan terjadi. Setelah mengetahui jawabannya, segera bangkit agar tidak selalu berada dalam `kubangan' kesedihan. Dia tinggalkan kesulitan dan dijadikan sebagai batu loncatan menuju hari esok cerah.

Orang yang mendapatkan kesempatan baik, belum tentu seberuntung orang yang mampu memanfaatkan kesempatan

BK 9 : 44

Tidak semua orang mendapat kesempatan. Dan tidak semua orang yang mendapat kesempatan dapat memanfaatkannya. Sebaik-baik orang adalah yang mendapat kesempatan serta mau memanfaatkannya dengan baik, maka begitu ada peluang, tidak perlu pikir panjang. Segera ambil dan manfaatkan. Inilah yang dilakukan sejumlah generasi muda ketika penjajah di Indonesia mengalami vakum. Para pemuda mendesak Bung Hatta dan Bung Karno segera memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari tangan penjajah Jepang yang dua kotanya Hirosima dan Nagasaki terkena ledakan bom Atom. Pemuda meminta kedua tokoh segera merebut peluang itu.

Dan, kesempatan tersebut akhirnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Hanya dalam hitungan menit saja, bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya kepada dunia. Peristiwa pembacaan teks proklamasi di jalan Pegangsaan Timur Jakarta, akhimya mengundang dukungan dunia internasional.

Sayangnya, dalam praktek tidak setiap kesempatan dimanfaatkan secara tepat dan baik, sehingga banyak orang yang digilas oleh peluang itu karena tidak mau memanfaatkannya. Sebaliknya, ada orang yang "mencuri" kesempatan untuk tujuan yang salah. Bobolnya BRI, BNI, dan instansi lain sehingga negara mengalami kerugian puluhan triliun rupiah telah menyeret korop' para elit di negeri ini menjadi tertawaan sejarah.


Untuk mencapai kesempurnaan modalnya adalah tekun dan berlatih secara terus menerus.

BK 9 : 45

Setelah jatuh beberapa kali dari kursi, balita itu biasanya lebih hati-hati. Mengapa? Dia memetik pengalaman. Pelajaran langsung seperti ini lebih mengena dan kesannya mendalam bagi si anak daripada diberitahu, atau diceramahi terus menerus.

Benar adagium yang menyatakan, "Pengalaman adalah guru yang paling baik. Dan, kebiasaan adalah `pintu' masuk' datangnya pengalaman baru bagi seseorang. Jangan takut melakukan uji coba. Salah berarti melakukan sesuatu. Orang yang tidak pernah salah dia tidak akan merasakan bagaimana berbuat benar.

Kata kuncinya adalah `tekun' mencoba sesuatu. Keberhasilan tidak jatuh dari langit kepada orang malas. Rezeki sering kali 'datang di rumah orang yang suka mandi keringat. Tetes air yang jatuh terus menerus bisa melubangi batu keras. Hati yang membatu berubah lunak di tangan orang yang rajin menasehati. Suatu bangsa bisa merdeka berkat jasa tangan-tangan tekun, dan terpuruk jika warganya hidup bermalas-malasan.

Tetapi, tekun saja tidak cukup, perlu latihan terus menerus. Kerja keras yang hanya sekali kalah efektif dari kerja `apa adanya' yang dilakukan terus menerus. Tidak mengapa melakukan trial and error yang demikian memberi, pelajaran berharga bagi seseorang untuk menemukan kunci sukses.


Tidak satupun orang yang sukses tanpa kedisiplinan yang tinggi.

BK 9 : 46

Salah satu kunci keberhasilan adalah "disiplin diri” yang tinggi. Yang dimaksud disiplin diri adalah kontrol dari diri sendiri untuk menghindari dari sikap negatif. Menguasai diri merupakan modal penting sebelum berhubungan dengan orang lain.

Menguasai diri merupakan pekerjaan yang berat. Sering terjadi, orang bisa menguasai orang lain, tetapi dia tidak mampu menguasai diri sendiri. Akibatnya selain menjadi tertawaan, dia tidak bisa berhasil. Prestasi yang diraih setengah-setengah.

Agama memberi pelajaran berharga pada umatnya selalu disiplin. Tetapi, ajaran agama sering kali diambil dari segi ritualnya, tidak dikaitkan dengan konteks kehidupan sosial. Akibatnya, ajaran agama tidak membekas. Disiplin salah satu inti pesan agama yang harus dikembangkan.

Bisa kita lihat bangsa yang mementingkan hidup disiplin lebih maju dibanding bangsa yang santai. Inggris dengan semboyannya "Time is money' selalu berupaya bagaimana memanfaatkan waktu agar produktif. Sementara orang Arab mengatakan waktu adalah pedang, memberi arti bahwa orang yang tidak disiplin terbunuh oleh waktu.

Begitu seterusnya bangsa-bangsa di dunia. Sedang bangsa Indonesia, khususnya memiliki falsafah, "Alon-alon pokoke klakon " (Pelan-pelan asal terlaksana) telah memberi warna tersendiri terhadap bangsa ini. Bisa kita lihat bagaimana tingkat produktivitas dan keberhasilannya. Orang jawa menjalankan pembangunan sesuai dengan falsafihnya sendiri, orang lain ikut falsafahnya membuat bigung.



Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tak pernah berbuat sesuatu.

BK 9 : 47

Ada orang yang selalu takut salah. Jika Anda memiliki perasaan demikian, maka sebaiknya jangan lakukan sesuatu. Tetapi patut dicatat, orang yang tidak pernah melakukan sesuatu tidak akan pernah dihitung oleh sejarah; Waktu akan menguji siapa yang sukses dan gagal setelah berbuat.

Banyak disebut dalam sejarah, orang berprestasi setelah melakukan sesuatu. Bangsa Indonesia bisa menjadi kuat karena sekian lama di dera penjajah. Kita bisa bangkit setelah lama terpuruk. Pengalaman pahit terasa manis jika tahu hikmah di balik itu.

Yakinlah, ada orang sukses itu karena lama salah melangkah. Dari sana belajar banyak sehingga menjadi sukses. Ulysses Grant gagal sebagai petani, 'agen real estat, pegawai negeri dan penjaga toko. Tetapi akhirnya terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke 18. Laksamana Peary pernah tujuh kali gagal mencapai Kutub Utara. Ia berhasil pada usahanya yang ke delapan.

Yang dilupakan, rezeki oleh Tuhan diukur dengan seberapa besar semangat. Rezeki akan ditimbang dengan keringat dan pengorbanan. Emas tidak akan jatuh dari langit terhadap orang malas. Doa itu baik jika disertai ihtiar alias melakukan sesuatu. Dan hanya orang yang suka bekerja keraslah yang bisa mendulang kejayaan dalam hidupnya. Bola bulat. ia bisa bergerak ke sana ke mari menuju gol. Bola tunduk kepada kaki yang melakukan sesuatu.

Uang adalah pelayan yang baik tetapi majikan yang buruk.

BK 9 : 48

H. Rhoma Irama lewat lagunya menyatakan, "Siapa orang yang tak kenal pada yang namanya rupiah. Semua orang mencarinya. Di mana rupiah berada..." Sebutan rupiah, bisa saja dolar, real, ringgit, dan sebagainya, Intinya: uang.

Uang, bisa menjadi pelayan yang baik. Dengan uang kita bisa mendapatkan apa saja yang kita suka. Semua benda berharga dapat kita kumpulkan. Almari bisa penuh, perabot rumah tangga yang mahal-mahal dapat kita beli jika punya pelayan bernama uang. Ia bisa kita perintah kapan saja, dan mendapatkan apa saja bisa. Dan sebaliknya, uang juga bisa menjadi majikan yang jelek. Dia bisa memerintah kita seenaknya sendiri. Tidak peduli siapa dan apa pekerjaanya, kalau dia mau memerintah, langsung saja dilakukannya.

Orang sering kali tunduk pada majikan yang namanya “uang.” Sebenamya kita bekerja keras, membanting tulang karena 'perintah' uang. Agar tidak hanya berdimensi duniawi, dalam bekerja jangan hanya karena diperintah uang, tetapi untuk ibadah.

Uang begitu berkuasa. Dunia bisa diatur olehnya. bahkan, dunia juga bisa hancur karenanya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kalau kita mau berpikir rasional bahwa uang jangan sampai menjadi majikan, maka kita akan bisa mengendalikan hidup ini. Tetapi kalau kita sudah dikendakalikan, alamat hancur.


Kata positif dan negatif sama-sama bermanfaat untuk kemajuan kita.

BK 9 : 49

Kenali orang lain, maka engkau akan mengenali dirimu. Atau kenali dirimu engkau akan kenal orang lain. Saat kita mengenal orang lain, kita melihat ada kelebihan dan kekurangan. Keduanya melekat pada setiap orang. Ternyata hal serupa juga ada pada diri kita, karena apa yang mereka memiliki tidak lebih dari apa yang kita miliki yang bernama “ perasaan, pikiran, kehendak dan perbuatan.” Di dalam kehidupan manusia.

Jadi kelebihan dan kekurangan memang sudah menjadi kekayaan manusia. Maka disaat merasakan ada kelebihan, hendaknya disyukuri. Jika perlu dikembangkan agar lebih maksimal. Banyak orang kurang memperhatikan hal ini, Kelebihan diri dibiarkan. Akibatnya, potensi dirinya tidak berkembang dengan baik bahkan bisa terkubur begitu dalam, dan memang ada yang dari kita perlu dikuburkan dalam malah kita kembangkan menjadi pontensi diri kita dan yang perlu kita kembangkan menjadi potensi diri kita dikuburkan sedalam-dalamnya. Memang yang harus kita akui adalah hal yang positif dilihat sulit melakukan dinbanding negatif. Tidak usah menilai kekayaan orang lain yang dapat mereka miliki tetapi hitunglah kekayaan diri kita. Orang sulit menilai kekayaan diri.

Misalnya belajar di sekolah, tetapi hanya sebagai pendengar setia yang tidak ada kreativitas merubah diri sendiri. Padahal kata peribahasa Cina, "Guru adalah pintu, Anda sendiri yang harus masuk." Artinya, setelah mengetahui potensi diri hendaknya dikembangkan sendiri agar lebih luas lagi.

Begitu juga disaat melihat kekurangan diri, tidak perlu disesali. Karena penyesalan kekurangan sama artinya dengan menambah kekurangan itu sendiri. Menyesali akan kekurangan diri bukan jawaban. Orang yang selalu menyesali atas kekurangan dirinya, dia tidak akan ada jalan keluar kecuali bertambah-tambah penyesalan lainnya.. Idealnya, dengan mengetahui kekurangan diri segera memperbaikinya, dan mengembangkannya agar muncul potensi yang lain. Jadi, plus dan minus itu ada manfaatnya bagi kehidupan. Tuhan memberi kesempatan untuk memilih potensi diri dan Tuhan menentukan potensi kita. Hidup bukan tanpa potensi semua ada tinggal memilih potensi itu, potensi itu ada di dalam manusia dan harus memilih diri sendiri.

Atasan Yang baik berasal dari bawahan yang baik pula.

BK 9 : 50

Sejarah adalah guru. Ini bisa berarti pengalaman masa silam bisa memberi pelajaran. Maka orang yang telah banyak makan garam kehidupan, dia akan bisa membaca situasi, bisa memberlakukan orang lain dengan benar, dan kinerjanya akan lebih baik karena tidak canggung.

Banyak pemimpin yang baru, yang gagap dalam melaksanakan tugasnya, ia butuh lama beradaptasi dengan lingkungan kerja. Orang seperti ini akan menjadi pesanan anak buahnya. Berbeda dengan pemimpin yang sudah mengalami dari bawah, maka langkahnya akan terus enjoi.

Banyak kita lihat, orang yang sukses karena telah melalui perjalanan sejarah begitu panjang. Kalau orang tersebut menjadi pemimpin, maka akan bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Maka berlakulah kalimat atasan yang baik berasal dari bawahan yang baik pula.

Mengapa demikan? Karena dengan pengalaman menjadi bawahan yang baik, dia bisa melanjutkan pengalamannya itu disaat menjadi pemimpin. Bahkan banyak hal yang ditingkatkan sebagai buah dari pengalamannya saat menjadi bawahan. Sering kita jumpai, orang yang ketika menjadi bawahan asal-asalan, maka' setelah menjadi atasan tindakannya sewenang-wenang, atau tidak ada motivasi. Untuk menyiapkan atasan yang baik,. jadilah bawahan yang baik pula. Anggap saja ini sebagai persiapan memasuki masa datang agar jadi atasan yang baik.

Orang kreaktif akan mencoba melihat dengan telinganya dan mendengar dengan matanya.

BK 9 : 51

Dalam hidup sehari-hari, orang melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga. Setiap orang melakukan hal itu. Tetapi, bagi orang kreatif, tidak puas dengan kebiasaan tersebut. Ia melihat dengan telinga, dan mendengar dengan mata.

Mereka melakukan hal-hal yang tidak lazim. Tujuannya agar ada pembaharuan. Ada kreasi baru, ada inovasi. Upaya tersebut sebagai terobosan dalam meningkatkan kualitas, maupun produktivitas kerja.

Seorang kuli tinta, kalau hanya percaya pada satu nara sumber, biasanya sering terjebak kepada kebenaran sepihak. Apalagi, belum melakukan chek dan krochek lapangan sudah ditulis. Hal seperti itu bisa membuat blunder. Wartawan yang baik, tidak mudah percaya pada orang lain. Ia berupaya melihat dengan telinga dan mendengar menggunakan mata. Setelah lengkap baru percaya dan disampaikan kepada khalayak pembaca.

Seorang pemimpin, juga perlu membudayakan kebiasaan ini. Jika hanya mengandalkan informasi dari pembisik yang tak lain adalah orang dekatnya, maka akan mudah tersandung langkahnya. Melatih kepekaan, menambah ketajaman analisa, dan mencari informasi yang akurat dengan cara tadi melengkapi dan menyempurnakan informasi yang diterimanya. Pemimpin seperti ini tidak akan mudah ketipu. Tidak banyak orang yang melihat dengan telinga, dan mendengar dengan mata. Informasi yang diterima sepihak. Langkahnya sering keliru.

Apabila mau tahu kebaikan seseorang tanyakanlah pada teman dekatnya.

BK 9 : 52

Ingat tertangkapnya Presider Iraq, Saddam Husen? Kuncinya ada pada orang paling dekat dengannya. Yaitu Istri kedua Saddam, Sumira. Sang isteri membuka semua rahasia di mana Saddam berada kepada tentara AS dengan janji mendapat imbalan. Dari informasi itulah penguasa Iraq ditangkap di sebuah lubang kecil dekat kandang ternak di Tikrit, daerah kelahirannya.

Apa arti semua ini? Orang dekat adalah 'tipe hidup'. ia merekam segala sesuatu. Jika disetel bisa mendatangkan kebaikan atau malapetaka. Saddam adalah contoh seseorang harus menerima sanksi hukum internasional akibat ulah orang paling dekat dengan dirinya.

Di sini letak kebenaran ucapan Mario tenguh. "Jika engkau ingin mengetahui kekurangan seseorang, tanyakan pada musuhnya." Di `saku' musuh kekurangan seseorang tersimpan. Sebaliknya, dari teman dekat ada kebaikan seseorang.

Banyak orang ternama di negeri ini mengawali karirnya dengan cara menjadi teman dekat tokoh besar. Sebut misalnya Bung Kamo, menjadi `teman dekat' HOS Cokroaminoto. Ia banyak membaca pikiran, kiprah, dan sepak terjang `gurunya'. Bung Kamo pun jadi orang besar.

Hal serupa dilakukan Hamka. Ia menjadi `teman dekat' Mas Mansur, ulama besar. Hamka akhimya menjadi ulama disegani. Teman dekat adalah rekaman kebaikan seseorang. Dari mereka diketahui kebaikan seseorang.


Keadilan yang mendekati sempurna adalah perbedaan.

BK 9 : 53

Adil, sebuah kata yang sering kita dengar. Tetapi, dalam praktek tidak semudah ucapannya. Orang yang bisa berbuat adil, mendapat tempat terhormat di depan sesama, begitu juga di hadapan Tuhan. Suatu bangsa akan hidup tenang dan sejahtera kalau di dalamnya terdapat keadilan. Sebaliknya, suatu bangsa berantakan jika tidak ada keadilan.

Kata adil, ada yang mengartikan memperlakukan sesuatu secara proporsional. Adil bukan berarti harus sama, baik jumlah, perlakuan, dan perhatian. Seorang ayah tidak adil meskipun dia memberi uang saku yang sama Rp 100 ribu kepada anaknya yang duduk di TK dan duduk di SMA.

Perlakukan seperti ini bisa disebut dholim. Sebab, anak TK belum mengerti untuk apa uang Rp 100 ribu. Sementara bagi yang SMA sudah tergambar jelas bagaimana membelanjakan uang tersebut.

Begitu juga dalam kontek lebih luas. Di sebuah perusahaan misalnya. Kesejahteraan karyawan akan dinilai adil kalau ada perbedaan perlakuan atas dasar masa kerja, prestasi, loyalitas, dan sebagainya. Jika semua disamakan, maka perlakuan tersebut justru tidak adil.

Yang terpenting, kita diperintahkan oleh agama untuk berbuat adil, Firman Allah, "Berbuat adillah, karena hal yang demikian itu pertanda dekat dengan tagwa." Dengan kata lain, orang yang dholim jauh dari tagwa.



DAFTAR PUSTAKA

Arroisi Abdurahman, 2003. 30 Kasih teladan. PT Remaja Rosdakarya Bandung.

Charles Scaefer, 1996. Cara efektif mendidik dan mendisiplinkan anak. Mitra Utama Jakarta.

Daniel Goleman, 2003. Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Darwin dan Chaniago, 1997. Kata-kata mutiara. Pustaka Setia Bandung.

Erwin Pardede, 2006. Keyakinan yang membebaskan. PT. Naga Saco, Jakarta Timur

Maulana Arief, 2008. Cara menggunakan waktu. Trainer Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa. FTK ITS. Surabaya.

Nggebu Soestenis, 2007. Dari Ur-kasdim sampai ke Babel. Karakter 30 Tokoh Perjanjian Lama

Oswald Chambers, 2007. Pengabdianku kemuliaannya. Imanuel publishing house, Jakarta.

Soejitno Irmin dan Abdul Rochim, 2004. Membangun disiplin diri melalui kecerdasan Spiritual dan Emosional. Batavia Press.

Soegeng Priyodarminto, 1992. Disiplin kiat menu sukses. Pradnya Paramita jakarka.

Poerwopoespito dan Tatag Utomo, 2000. Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan. PT. Gramedia. Jakarta.



Zig Ziglar, 2003. Anda Bisa mencapai puncak sukses. Interaksara. Batom


Benny Kogoya

Yüklə 0,58 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin