Daftar isi kata pengantar I daftar isi II pendahuluan 1 I : memahami hakekat disiplin



Yüklə 0,58 Mb.
səhifə6/12
tarix15.01.2019
ölçüsü0,58 Mb.
#96944
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12

Kemampuan Menguasai Diri

Daniel Goleman dalam bukunya terkenal :"Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi" bercerita tentang seorang temannya yang seorang dokter. Temannya tadi ditawari kesempatan usaha asal ia mau meninggalkan praktek dokternya. Seseorang menawarinya menjadi direktur medis sebuah kawasan kondominium yang berorientasi kesehatan dan menginvestasikan 100.000 dolar untuk memiliki usaha tersebut.

Keuntungan yang akan .di peroleh adalah 4 juta dolar sesudah. tiga tahun. Temannya tadi langsung tertarik dengan gambaran tentang kawasan hunian tempat orang dapat meningkatkan kesehatan sambil berlibur itu, ditambah dengan fantastisnya penghasilan yang akan ia peroleh. Namun masih di tahun pertama, ia menemukan belum ada program kesehatan yang dapat membuatnya sibuk, maka pada dasarnya sehari-hari ia hanya menjadi penjual, yang ke sana ke mari membujuk orang agar membeli kondominium mereka.

Pada suatu hari, sewaktu berkendaraan menuju tempat kerjanya yang baru, ia entah bagaimana tanpa sadar memukul-mukul dasbor sambil berteriak,"Aku tidak bisa! Aku tidak bisa!" Begitu sadar temannya tadi langsung menepikan mobilnya untuk menenangkan diri. Setahun kemudian proyek kawasan peristirahatan itu bangkrut begitu pula dirinya.

Penyesalan selalu datang terlambat. Itulah intisari yang dapat kita pelajari dari kasus di atas. Tidak ada gunanya menyesal, karena semuanya sudah terjadi dan tidak mungkin diperbaiki lagi. Apakah kisah di atas hanya dialami oleh orang tadi? Tidak, di lingkungan kita sendiri yang kecil dan di huni oleh orang-orang biasa kasus serupa seringkali terjadi.

Kita sendiri sering merasa tertipu mentah- mentah tawaran menggiurkan sehingga tak dapat mengendalikan diri. praktik ketik reg sms kirim ke nomor … sekian-sekian, meskipun jelas-jelas penipuan, toh selalu memakan korban. Masih banyak orang yang percaya bahwa penggandaan sms itu benar-benar nyata.

Andai dokter yang diceritakan di atas tidak kepincut dengan tawaran yang menggiurkan tersebut, pasti ia tidak akan mengalami kebangkrutan yang fatal. Ia masih tetap dapat berpraktek sebagai dokter dan tentunya pasiennya akan berkembang lebih banyak lagi.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kasus di atas? pengendalian diri. Di sinilah pentingnya kehidupan ini dijalani dengan berbekal kemampuan emosional yang mumpuni. Dalam kasus-kasus semacam itu, kemampuan emosional-kemampuan pengendalian diri akan menjadi benteng yang kuat sehingga kita tidak gampang terbujuk rayu oleh tawaran-tawaran menggiurkan tetapi semu.

Apabila dikaitkan dengan kedisiplinan, maka pengendalian diri merupakan salah satu unsurnya. Disiplin gampang memudar jika pelakunya mudah sekali diombang-_ambingkan oleh pengaruh yang datang dari luar. Kalau kita bicara tentang pengendalian diri, mau tidak mau kita harus berbicara pula tentang komitmen, konsistensi dan konsekuensi.

Orang yang tidak memiliki kendali diri yang kuat, bisa dikatakan orang tersebut tidak konsisten dan tidak komitmen serta tidak mempunyai komitmen. Singkatnya, tanpa kemampuan mengendalikan diri, seseorang akan kehilangan integritasnya.

Karena itu untuk membangun disiplin diri, maka yang harus kita lakukan adalah meningkatkan integritas dengan cara mengoptimalkan kemampuan kita dalam mengendalikan diri sendiri. Dengan kendali diri yang kuat, kita pun akan memiliki disiplin diri yang kuat pula.



  1. Adanya Panutan Dan Keteladanan

Disiplin adalah istilah yang mudah diucapkan, tapi sukar dilaksanakan. Disiplin yang utama adalah disiplin kepada diri sendiri. Mendisiplinkan orang lain memerlukan beberapa persyaratan, salah satunya adalah dirinya sendiri sudah berdisiplin. Jika syarat ini tak terpenuhi jangan berharap orang lain mau berdisiplin.

Disiplin kerap dipahami sebagai pengekang kebebasan, berdisiplin artinya membatasi kebebasannya sendiri. Ini pendapat yang tidak dapat dibenarkan. Tidak ada kaitannya antara disiplin dengan kebebasan. Justru dengan disiplin kebebasan tersebut akan memberikan arah yang benar sehingga sebuah kebebasan tetap dalam koridornya.

Disiplin pada diri sendiri akan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan, baik hidupnya sendiri maupun orang lain. Lebih mudah mempengaruhi orang lain apabila diri sendiri sudah berhasil menampilkan pribadi yang penuh kedisiplinan. Dengan disiplin, akan lebih banyak persoalan yang bisa ditangani.

Mendisiplinkan orang lain tanpa mau mendisiplinkan diri sendiri bukan hanya salah tetapi sangat tidak efektif. Memang mudah mengajak orang lain berdisiplin, siapapun bisa. Persoalannya adalah apakah efektif? Apakah mereka mau? Seperti bagaimana mungkin mengajak orang lain untuk konsisten, tetapi perilakunya sendiri cenderung tidak konsisten.

Disiplin akan menjadi ringan jika tahu caranya. Mulailah dengan membiasakan, diri mengerjakan pekerjaan yang ringan_-ringan dulu. Tidak perlu yang berat-berat. Misalnya membiasakan ke luar rumah dengan kaki kiri dulu, atau meludah usahakan selalu ke sebelah kiri. Memulai makan dengan terima kasih Tuhan, kepada orang yang dapat makanan dan sebagainya.

Kata AA' Gym semua itu harus dimulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan dari sekarang. Artinya, semua itu akan menjadi mudah, jika dimulai dari hal-hal yang kecil dan tidak menunda-nunda. Dari diri sendiri itu paling penting, apapun itu namanya.

Mulailah dari rumah dulu. Setelah berhasil mendisiplinkan diri sendiri, cobalah untuk mendisiplinkan istri dan anak. Pakailah metode persuasif, jangan main perintah saja. Bujuklah mereka agar mau mematuhi peraturan yang kita buat. Jangan yang berat-berat dulu, tapi seperti kata AA' Gym mulailah dari yang paling ringan.

Misalnya menyapu halaman. Si anak jangan disuruh menyapu tapi berilah dia sapu ketika kita sendiri sedang menyapu. Begitulah tabiat anak kecil suka meniru-niru apa. yang dilakukan oleh orang tuanya. Ketika melihat kita menyapu ia akan berusaha merebut sapu yang kita pegang. Karena itu belikan dia sapu yang lebih kecil agar bisa bersama-sama menyapu bersama kita.

Lain kali ajaklah ia mencabuti rumput di halaman. Beri ia contoh dengan membuang rumput yang sudah dicabut ke tempat sampah. Belikan ia Alkitab kecil dan biarkan ia membuka-_bukanya ketika kita sendiri sedang membaca Alkitab ia akan membuka Alkitab kecilnya. Banyak metode pendisiplinan dengan keteladanan yang bisa kita lakukan.

Dan yang perlu kita jaga adalah konsistensi sikap kita sendiri. Kalau kita melarang anak kita merokok, kita sendiri seharusnya tidak merokok. Begitu ia tahu kita merokok diam-diam, ia akan merasa ditipu dari orang sendiri, selamanya ia tidak akan percaya lagi kepada kita. Sakali langsung ujian, selamanya orang tidak akan lagi percaya.



  1. Kesadaran Dalam Mempersiapkan Disiplin

Idealnya, sebelum mengajak diri sendiri atau orang lain membangun disiplin diri, langkah awal yang kita lakukan adalah memiliki persepsi yang betul-betul pas tentang disiplin itu sendiri. Kita harus tahu apa pandangan atau persepsi kita tentang disiplin. Dengan persepsi yang benar maka kita akan memperoleh pemahaman yang jelas tentang disiplin.

Banyak orang mengatakan disiplin merupakan siksaan. Tetapi pandangan ini dibantah oleh orang dari kelompok lain yang beranggapan bahwa disiplin merupakan kebutuhan. Ada tarik ulur yang sama-sama kuat sehingga gambaran kita tentang disiplin menjadi amat kabur. Ditambah lagi dengan kesadaran kita yang memang harus kita akui masih rendah untuk membangun kedisiplinan.

Kita masih belum bisa membebaskan diri kita dari mitos bahwa kita adalah bangsa pemalas. Biarpun mitos tersebut dibantah banyak orang, toh diam-diam kita mengakui bahwa kita memang belum bisa sepenuhnya terbebas dari kemalasan. Minat kita untuk belajar, untuk berkreasi, mengembangkan inovasi amatlah rendah. Inilah buktinya bahwa kita masih menjadi pribadi pemalas.

Entah ini ada kaitannya atau tidak, mitos tersebut membuat kita nampak raga-raga untuk berdisiplin. Karena kita sudah terlanjur percaya bahwa ayam pun tanpa disiplin bisa makan. Jadi buat apa kita disiplin, jika tidak disiplin kita masih bisa hidup. Jelas, ini adalah paradigma yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Tetapi bisakah kita membantah realitas yang kita saksikan sehari-hari? Semua itu akhirnya mengarah ke sikap yang ambisius terhadap bentuk-bentuk kedisiplinan. Dan kita pun terjebak ke dalam kebiasaan lama, cenderung mengikuti ajakan negatif daripada positif. Disiplin akhirnya kita persepsikan sebagai sesuatu yang lebih banyak negatif daripada positif. Bukan karena kita percaya pada adagium tersebut, melainkan semata-mata lantaran kita sudah terbiasa tidak berpikir kritis terhadap sesuatu. Awal mulanya bersumber dari kemalasan yang tidak kita akui tadi.

.Karena itu perlu kiranya mencari sisik melik sebanyak-banyaknya tentang disiplin agar kita bisa mempersepsikan disiplin dengan seadil-adilnya. Kita perlu menimba pengalaman dari orang-orang lain baik yang sukses dengan berdisiplin maupun yang mengalami kegagalan karena mempraktekkan kedisiplinan.

Sepintas lalu nampaknya kita akan sulit menemukan orang yang gagal karena disiplin. Tetapi kita akan banyak menemui orang yang keliru memaknai disiplin secara benar. Dalam beberapa kasus disiplin seolah-olah identik dengan hukuman. Misalnya, ada istilah disiplin organisasi. Seorang karyawan kena sanksi administratif karena melanggar disiplin organisasi.

Di bagian buku ini penulis mengatakan bahwa disiplin akan mencapai puncaknya jika dilakukan dengan penuh kesadaran oleh diri sendiri. Bukan demi kepentingan tertentu, bujukan orang lain, pamrih atau faktor-faktor yang datang dari luar. Disiplin tertinggi adanya di puncak kesadaran manusia.

Inilah pegangan kita yang utama yang harus kita ingat sebelum kita memutuskan untuk meninggalkan disiplin. Setiapkah kita merasa berat melakukan disiplin, ingatlah bahwa bila ada berat pasti ada ringan. Di balik yang nampaknya berat itu akan muncul sesuatu yang ringan. Seperti ada bukit pasti ada lembah, ada gunung ada ngarai.

Persoalannya, sudahkah kita memiliki keteguhan hati dan semangat tinggi untuk merealisasikan disiplin dari hasil persepsi kita tentangnya sehingga menghasilkan pola kehidupan yang kita inginkan.



  1. Kejelasan Penegakan Hukum

Setiap kali bicara tentang penegakan hukum, tak terelakkan lagi pasti akan merembet ke persoalan maha besar yang dialami negeri ini. Apalagi jika bukan korupsi. Anak kecil pun tahu bahwa penegakan hukum erat kaitannya dengan maraknya korupsi yang puluhan tahun belum mampu diberantas habis sampai ke akar-akarnya.

Percuma kita punya Undang-Undang anti korupsi, sia-sia rasanya dibentuk lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau lembaga lain sejenisnya, toh hasilnya boleh dikatakan nol. Sejumlah koruptor kelas kakap menari-nari ke luar masuk dengan membawa semua hasil korupsinya. Korupsi terjadi di mana-mana, bahkan di lembaga pengadilan yang semestinya menegakkan keadilan hukum.

Aparat penegak hukum bukan orang yang bebas dari korupsi, kenyataan yang kita baca di media cetak membuktikan bahwa korupsi sudah menggerogoti lembaga pengadilan. Tikus-_tikus kantor bebas berkeliaran di laci-laci aparat penegak hukum. Jual beli perkara bukan hal yang tabu dibicarakan dan diungkap di koran.

Seolah-olah sejauh mata memandang yang nampak di pelupuk mata kita adalah hamparan korupsi yang membentang luas tak habis-habisnya. Saat ini kesulitan kita bukan mencari koruptor, melainkan mencari mereka yang tidak pernah korupsi. Bagi koruptor tidak ada istilah 'basah' atau 'kering' kalau perlu meja kantor pun dikorupsi.

Orang berduyun-duyun mencari celah-celah untuk melakukan korupsi, jika sudah kepepet maka mereka berani untuk menciptakan kesempatan. Pikirnya, jika menunggu kesempatan belum tentu setiap hari bisa, korupsi. Alangkah baiknya jika kesempatan itu diciptakan sendiri sehingga dirinya bebas melakukan korupsi kapan saja.

Memang jamannya sudah edan, Sudah kebliger. Apa yang dulu menjadi tuntunan kini menjadi tontonan dan sebaliknya. Orang Jawa mengatakan ini jamannya kebo nyusu gudel yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Yang salah tertawa dan yang benar masuk penjara. Apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi musibah ini?

Sekali lagi unsur terpenting disiplin adalah ketegasan. Kalau mendambakan semuanya berjalan dengan teratur dan tertib, satu-satunya cara adalah penegakan hukum. Setiap bentuk pelanggaran harus dihukum secara adil dan proporsional. Hukum harus menjadi panglima, setiap orang punya kedudukan yang sama di depan hukum.

Hukum harus dipraktikkan tanpa pandang bulu. Tidak ada istilah anak pejabat, anak jenderal, anak pengusaha, anak orang kere, semuanya sama. Tidak ada. kompromi di dalam hukum, semuanya dilakukan menurut undang-undang dan aturan yang berlaku. Mungkin inilah yang dinamakan disiplin hukum.

Untuk maksud tersebut tidak cukup hanya dengan membuat peraturan atau sistem yang canggih. Sistem itu penting tetapi ada hal yang tak kalah pentingnya, yakni orang di balik sistem tersebut. The man behind the law. Sistem yang canggih tanpa dibarengi dengan militansi yang tinggi di kalangan penegak hukum akan percuma saja.

Kita memiliki perangkat hukum yang canggih, tetapi kita kekurangan aparat penegak hukum yang betul-betul jujur dan adil. Kita tidak mengenal tokoh penegak hukum yang jujur dan adil. Kita membutuhkan orang-orang jujur tapi di negeri ini sulit didapatnya. Keadialan dan disiplin benar-benar berbeda di titik nol. Mungkinkah akan lahir tokoh-tokoh seperti itu mudah-mudahan saja?


  1. MEMAHAMI HAMBATAN DALAM BERSIKAP DISIPLIN

Manusia adalah makhluk dengan sejuta karakter. Keberagaman adalah menu sehari-hari, sama-sama lahir dari ibu yang sama namun karakternya bisa bertolak belakang. Untuk persoalan yang sama, masing-masing orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Dari kacamata positif, perbedaan itu kita pandang sebagai rahmat.

Tetapi ada yang harus kita benahi dalam benak kita terkait dengan kedisiplinan. Bolehlah berbeda karakter, tetapi baiknya kita memiliki persepsi yang sama mengenai disiplin. Siapapun diri kita sebaiknya memiliki pemahaman yang positif tentang disiplin. Itulah modal dasar kita untuk membangun disiplin diri.

Kalau sebaliknya yang terjadi, maka hal itu kita pandang sebagai kendala atau hambatan dalam pembentukan karakter berdisiplin. Sikap demikian harus kita buang jauh-jauh. Hanya saja kita perlu mengetahuinya sebagai referensi kita untuk memahami kenapa masih banyak orang yang enggan untuk berdisiplin.

Minimal pemahaman tersebut akan membantu kita menemukan titik-titik kelemahan untuk mementahkan argumentasi mereka yang ngotot berpandangan bahwa disiplin adalah sesuatu yang negatif. Kita cari tahu alasan mereka kemudian kita berikan argumentasi yang berbeda sebagai umpan baliknya.

Dengan demikian kita bisa membujuk mereka untuk mengaminya pendapat kita sehingga memiliki persepsi yang sama tentang disiplin. Semakin banyak orang yang berdisiplin, semakin teratur dan tertiblah dunia ini.

Kedisiplinan yang tinggi kata saudara seberang kita Insya Allah akan memutuskan mata rantai bentuk-bentuk penyelewengan yang selama ini selalu menghantui keberadaan kita di bawah ini ada sejumlah pandangan yang keliru mengenai disiplin antara lain adalah :


  1. Menganggap Disiplin Sebagai Siksaan

Sudah menjadi kelemahan manusia yang cenderung memilih gampang saja meskipun disadari bahwa yang gampang itu tidak selalu baik. Jalan pintas menjadi rebutan, tak heran banyak orang yang menjadi korban karena ingin cepat kaya dengan cara tidak halal. Banyak orang doyan makanan-makanan instant yang sebenarnya amat rentan terhadap kesehatan. Banyak orang terburu nafsu menjadi kaya dengan mencandu togel.

Ada kelemahan mendasar manusia lainnya, yakni apriori. Belum tahu seluk-beluk persoalannya, sudah keburu curiga dan berprasangka buruk. Hanya karena mendengar dari orang lain bahwa disiplin itu merupakan penyiksaan, sudah ikut-ikutan berpikiran sama. Manusia cenderung memakai emosi ketimbang rasionya ketika memecahkan persoalan.

Disiplin dalam pandangan orang yang berpikir negatif adalah sebuah kamar berjeruji besi yang mengurung manusia sehingga tak bisa lari ke mana-mana. Suatu kondisi yang benar-_benar menakutkan, sehingga siapapun penghuninya ingin cepat_-cepat keluar dari kamar tersebut. Disiplin merupakan penjara yang mengkungkung eksistensi manusia.

Menurut mereka betapa tidak enaknya jika semuanya serba diatur. Tidur diatur, makan diatur, belajar diatur, bahkan cita-cita pun diatur. Serba susah. Hidup kok rasanya dipenjara oleh aturan, mana yang namanya kebebasan? Apa tidak bisa hidup tanpa aturan, yang penting kan tidak merugikan orang lain. Beres, kan?

Mungkin iya, mungkin juga tidak. Bayangkan jika dunia ini berjalan dengan tanpa keteraturan, apa jadinya? Matahari yang biasanya terbit jam lima pagi di ufuk timur, tiba-tiba baru muncul dua jam kemudian. Bumi tiba-tiba istirahat berputar dan bulan menjauhi bumi. Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

Sepintas lalu seolah-olah pandangan tersebut bisa dibenarkan. Memang menjengkelkan jika sedang asyik-asyiknya bermain tiba-tiba disuruh belajar. Lagi enak-enaknya bermimpi tiba-tiba dibangunkan dan disuruh kerjakan sesuatu. Dua contoh di atas memang kental nuansa penyiksaannya.

Tetapi marilah kita berpikir sebaliknya. Andai orang tua tidak memaksa kita untuk belajar, bisakah kita menjadi manusia seperti sekarang ini? Andai dulu kita dibiarkan tidur sampai siang, bisakah kita mengenal Tuhan dengan baik?

Karena itu paradigma yang menganggap disiplin sebagai sebuah siksaan sudah saatnya dibuang jauh-jauh. Alasannya banyak, salah satunya erat kaitannya dengan kinerja. Hal ini akan menjadi lingkaran setan tak berujung. Disiplin rendah mengakibatkan kinerja rendah. Kinerja rendah pada gilirannya akan berdampak pada kualitas dan kuantitas pekerjaan. Artinya tiada lain adalah target yang ambur-adul.

Target yang amburadul kemana lagi larinya kalau tidak menyangkut nama baik perusahaan. Intinya, karyawan yang memiliki disiplin rendah akan merugikan perusahaan dan dirinya sendiri. Ketika nama baik perusahaan terancam alamat akan banyak PHK, dan PHK akan mengancam kelangsungan rumah tangga. Semuanya akan menjadi buruk gara-gara disiplin yang tak ditegakkan dengan baik.

Disiplin memang siksaan, tetapi hanya pada awal-awalnya saja. Tetapi lama kelamaan akan menjadi kenikmatan tersendiri. Bangun pagi tepat pada waktunya memang merupakan siksaan berat bagi orang yang tak terbiasa bangun pagi. Tetapi kalau sudah menjadi kebiasaan, justru sebaliknya. Merasa menyesal jika terlambat bangun pagi.

Sinai adalah tempat di mana iman orang Israel diuji. Allah tetap kasih-Nya kepada umat Israel dengan mengirimkan makanan yang mereka perlukan. Allah menyediakan lauk-pauk untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Allah mencukupkan air bagi mereka. Allah memberi perlindungan kepada mereka atas panas terik pada siang hari dan kehangatan atas udara dingin pada malam hari. Tetapi Bangsa Israel merasa Allah menyiksa mereka di pandang gurun. Mereka bersungut dan ingin kembali ke Mesir.

Inilah manusia tidak mau menerima kenyataan hidup. Masalah adalah bagian dari kehidupan manusia yang sedang bernafas tidak akan berpisah dengan masalah, jika ada kehidupan masalah tetap berada di dalamnya. Masalah bukannya menyiksa kita melainkan mendidik kehidupan menjadi lebih baik.


  1. Merasa Tidak ada yang Mengawasi

Komunis adalah ajaran yang salah satu doktrinnya, mengatakan bahwa Tuhan adalah isapan jempol belaka. Tuhan itu, ada karena manusia yang mengada-adakan. Tetapi ketika ditanya apa bentuknya Tuhan, tak seorang pun yang akan bisa menggambarkannya dengan jelas. Orang komunis beralasan mereka akan percaya adanya Tuhan jika memang ada buktinya secara kongkret.

Inilah konsep sekularistik yang dikembangkan oleh ajara komunis. Dampak dari pandangan yang sekuler tersebut orang komunis hanya merasa bertanggungjawab kepada dirinya sendiri Bukan kepada Tuhan, karena dalam pandangan mereka Tuhan tak ubahnya seperti hantu. Manusia takut kepada hantu tetapi sebenarnya mereka takut kepada bayangannya sendiri.

Penulis membuka wacana tentang komunis sebagai pembuka karena ada sedikit kesamaan antara orang komunis dengan manusia yang merasa hidupnya tidak ada yang mengawasi. Bukan berarti orang komunis tidak berdisiplin, bahka mereka menunjukkan disiplin yang tinggi di dalam hidupnya. Banyak tokoh-tokoh komunis seperti Karl Mark yang terkenal karena kedisiplinan dan ketekunannya.

Walaupun kita semua tahu bahwa mereka tidak pernah memiliki disiplin ketuhanan. Disiplin spiritual mereka kosong karena mereka hanya percaya pada apa yang nampak (materi tidak pada yang tidak nampak/non materi/spritual). Tetapi disiplin dalam bentuknya yang lain mereka adalah jagoannya.

Disiplin memerlukan pengawasan. Tanya pengawas disiplin banyak tidak efektifnya. Di dalam hidup ini kita mendengar tiga macam pengawasan yaitu pengawasan yang bersumber dari orang lain, diri sendiri dan Tuhan. Pengawasan dari orang lain bisa atasan, undang-undang, masyarakat umum dan lain-lain.

Pengawasan yang bersumber dari diri sendiri adalah hati nurani. Tingkatannya lebih tinggi dari pengawasan yang bersumber dari orang lain. Dan pengawas yang sesungguhnya adalah pengawasan Tuhan. Untuk mencapai tingkat pemahaman tentang pengawasan Tuhan, manusia memerlukan media yaitu iman.

Manusia bisa lolos dari pengawasan sesama manusia, tetapi ia tidak mungkin lolos dari pengawasan dari hati nuraninya sendiri. Manusia mudah dikelabui, namun hati nurani tidak mungkin bisa dibohongi. Tetapi ada tipe manusia yang sudah tahu salah toh dilakukan juga. Itulah tipe manusia yang suka pura-pura.

Pengawasan yang paling ketat dan berlangsung selama dua puluh empat jam adalah pengawasan Tuhan. Manusia tak akan mampu menyembunyikan diri dari pengamatan Tuhan. Ke manapun dan di manapun Tuhan pasti mengawasi setiap gerak-geriknya. Akan sia-sia sajalah jika manusia mencoba mengelabui Tuhan, karena Tuhan tidak mungkin dikelabui.

Lantas, kenapa masih ada orang yang merasa tidak diawasi? Jelas sekali bahwa dia adalah manusia yang tidak memiliki kecerdasan spiritual. Ia tidak pernah menyambung tali silaturahmi dengan Tuhan, karena mata hatinya tertutup pada kebenaran. Manusia seperti itu tidak memiliki pemahaman tentang mana yang salah dan mana yang benar.

Gerak hidupnya dilandasi oleh senang dan tidak senang, bukan salah dan benar. asal dirinya senang apapun dilakukan meskipun perbuatannya tersebut melanggar norma-norma yang ada. Sebaliknya, jika merasa tidak senang ia akan menolaknya walaupun perbuatan itu namanya disiplin.

Karena itu untuk menghadirkan Tuhan di dalam hatinya atau dengan kata lain merasa bahwa dirinya selalu ada yang mengawasi. Cara terbaik adalah meningkatkan kecerdasan spiritualnya. Ketika orang Israel dipandang gurun, mereka mesara Musa tidak bersama dengan mereka. Musa berada di gunung Sinai untuk menerima Sepuluh hukum Tuhan. Orang Israel mulai membelok hati mereka dengan membuat lembuh dari emas sesuai dengan keinginan mereka.

Allah memberitahukan masalah itu kepada musa. Ia berfirman “ Pergilah, turunlah sebab bangsamu kau pimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai Isreal, inilah Allahmu yang telah menurunkan engkau keluar dari tanah Mesir (Kel. 32 : 7-8).

Mata Tuhan ada di segala tempat mengawasi orang benar dan orang jahat tidak aka ada yang luput dari pengawasan Tuhan. Alkitab mencatat ada buku kehidupan. Buku kehidupan itu mencatat apa yang kita lakukan di dunia ini akan diabsen pada akhir jaman. Kita tahu hukumannya ada neraka dan surgu itu pasti tidak aka ada yang luput.




  1. Yüklə 0,58 Mb.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin