Daftar isi kata pengantar I daftar isi II pendahuluan 1 I : memahami hakekat disiplin



Yüklə 0,58 Mb.
səhifə7/12
tarix15.01.2019
ölçüsü0,58 Mb.
#96944
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12

Menuruti Hawa Hafsunya

Disiplin bertolak belakang dengan hawa nafsu. Disiplin hanya bisa direalisasikan dengan kebeningan hati dan kejernihan akal pikiran. Hawa nafsu adalah penghambat utama mental disiplin. Manusia yang selalu menuruti hawa nafsunya mustahil akan bisa merasakan lezatnya buah disiplin. Karena hawa nafsu pola pikirnya adalah senang dan tidak senang.

Kita tahu disiplin secara umum dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebagian orang mengatakan disiplin adalah sesuatu yang merepotkan kalau tidak dibilang menyiksa. Banyak orang yang tidak mau dekat-dekat dengan disiplin karena merasa begitu ia berdisiplin maka hidupnya akan terkekang.

Bangun pagi memang susah, apalagi bagi orang yang biasa melekan di malam hari. Biasa bangun jam Sembilan, tentu menjengkelkan jika dibangunkan jam lima pagi. Persoalan sepele ini bisa menyulut pertengkaran bahkan menyebabkan keretakan komunikasi. Jika tidak terima, maka orang yang membangunkan tadi bisa balik dimarahi.

Ada seorang pemuda kemalaman di jalan. Karena repot mencari penginapan ia memberanikan diri tidur di sebuah musholla disamping kost penulis. Waktu adzan sholat subuh ia dibangunkan, maksud orang yang membangunkan tadi agar ia bisa sholat subuh berjamaah. Namun rupanya si pemuda tadi tidak biasa sholat.

Karena masih mengantuk ditambah dengan kebiasaannya tidak sholat tadi, bukannya merasa berterima kasih malah marah-marah. Keributan pun segera terjadi dan penulis turun dari kamar lantai atas banyak warga kerumun pemuda tadi ditanya dan menjawabnya orang lagi asyik tidur datang dibangunkan dan mengundang kemarahan para jamaah. Ada seorang pemuda yang sebaya dengannya yang merasa sakit hati atas tingkah lakunya.

Andai tidak segera maka pemuda yang kemalaman tadi sudah pasti babak belur dihajar si pemuda setempat. Sebelum persoalan menjadi berlarut-larut si pemuda tadi disuruh pergi, biarpun mereka tahu pemuda tersebut masih mengantuk.

Kita tahu bahwa hawa nafsu selalu mengajak manusia untuk menebar keburukan. Setan bersemayam di dalam hawa nafsu dan setan menggoda manusia untuk menuruti hawa nafsunya. Setan selalu punya cara untuk menjerumuskan manusia tanpa pernah pandang bulu. Bahkan ulama/pendeta sekalipun.

Karyawan yang baik-baik bisa berubah menjadi koruptor dalam sekejab karena bujukan hawa nafsunya. Melihat tumpukan uang di atas meja kerjanya, hawa nafsunya menggelitik hatinya, Mulailah ia berandai-andai. Andai uang itu miliknya pasti keinginannya beli mobil baru kesampaian.

Andai uang itu miliknya pasti ia tidak akan susah memperbaiki rumahnya yang sudah bolong-bolong atapnya. Andai uang itu miliknya pasti ia tidak akan kerepotan mencari biaya sekolah bagi anak-anaknya. Pikirannya mulai membayangkan yang bukan-bukan. Maka berlakulah hukum kesempatan di dalam kesempitan.

Tetapi jika ia kuat menahan hawa nafsunya maka ia tidak mungkin berani berbuat seperti itu. Ia harus berpikir sepuluh kali sebelum memutuskan uang kantor itu sebagai miliknya. Rasionya masih berjalan sehingga bisa memperkirakan apa yang akan terjadi jika perbuatan itu dilakukan.

Kesimpulannya, kita tidak boleh menuruti hawa nafsu jika menginginkan hidup kita berjalan teratur dan tertib tanpa ketakutan menerima resiko atas perbuatan buruk kita. Semestinya kita berusaha meningkatkan kemampuan kita berdisiplin untuk mengimbangi atau melawan hawa nafsu kita sendiri. Agar kita bisa berdisiplin tinggi maka setiap kali ada hawa nafsu harus di lawan dengan hati nurani (akal sehat).





  1. Sikap Egois Dan Mencari Enaknya Sendiri

Sebut saja namanya Martinus bukan nama benaran alias tamaran. Anaknya luar biasa nakalnya sehingga kuliahnya berantakan. Pamitnya kuliah tetapi keluyuran ke mana-mana. Setiap pulang pasti minta uang pada orang tuanya dengan alasan macam-macam. Menginjak tahun ketiga kuliahnya ia memutuskan berhenti karena tidak betah dengan aturan perkuliahan.

Di kalangan teman-teman kosnya Martinus dikenal sebagai mahasiswa yang egois dan selalu mencari enaknya sendiri. Martinus bersama ketiga temannya mengontrak rumah di dekat kampusnya. Sebulan dua bulan masih kelihatan sifat baiknya. Tetapi memasuki bulan keempat kenakalannya tidak dapat ditutup-tutupi lagi.

Berempat mereka memutuskan untuk memasak sendiri, karena itu mereka mencari cara terbaik dan termurah agar bisa makan kenyang setiap hari. Mereka bergiliran memasak, setiap orang dapat giliran selama seminggu. Minggu pertama sampai minggu keempat disesuaikan dengan jumlah mereka.

Mula-mula semuanya berjalan lancar, mereka bisa makan enak dengan murah, Namun lama-kelamaan Martinus semakin kelihatan belangnya. Bila tiba gilirannya tiba-tiba ia menghilang, biasanya menginap di rumah temannya yang lain. Dua atau tiga hari kemudian baru pulang dan ketika ditagih beralasan tidak makan di rumah. "Gimana, saya sudah membayar di warung sebelah selama seminggu. Sorry, Ya," ujarnya tanpa merasa bersalah.

Seminggu dua minggu teman-temannya masih berusaha menahan sabar. Berikutnya mereka sudah tidak peduli padanya. Mereka tetap masak sendiri tetapi tidak mengikut Martinus. Martinus pernah kelaparan karena kiriman dari orang tuanya terlambat. Tapi ketiga temannya bersikap cuek, pada hal nasi dan lauk-pauknya tersedia di atas meja. Martinus tidak berani macam-macam karena ketiga temannya sudah mengancam akan mengeroyoknya jika ia berani berbuat macam-macam lagi.

Martinus adalah contoh mahasiswa yang tidak berdisiplin karena wataknya yang egois dan suka mencari enaknya sendiri. Ia harus menanggung akibatnya karena perbuatannya sendiri yang tidak disiplin. Andai ia mau mengubah perilakunya mungkin teman-temannya akan kembali berbaik hati kepadanya.

Ada contoh lagi tentang sikap egois yang menghalan seseorang untuk berbuat disiplin. Kali ini menimpa seorang wartawan. Dua orang wartawan yang sudah akrab datang, sebuah acara kenegaraan. Ketika acara hampir usai salah seorang minta tolong untuk menunggunya karena ada keperlua kecil katanya.

Sebagai teman akrab wartawan tadi bersedia menunggu. Tetapi ditunggu beberapa lama temannya tadi tidak muncul karena takut terjadi apa-apa ia bergegas mencari. Tapi alangkah kagetnya ketika tahu temannya tadi sedang mewancarai seorang pejabat yang sejak tadi sedang diburunya.

Betapa marahnya ia, untungnya ia masih bisa menguasai diri. Tanya permisi ia beranjak pergi, sebenarnya ia ingin mendampraknya habis-habisan. Namun, ia merasa tidak ada gunanya, lebih baik ia mengalah. Tapi sejak itu ia sudah tidak mau lagi berkawan dengan temannya tadi.

Soalnya peristiwa tadi bukan untuk pertama kalinya, sebelumnya ia sudah berulang dibegitukan. Dulu-dulunya setiap kali terjadi ia pasti marah dan temannya tali segera meminta maaf. Tetapi ketika ia merasa bahwa begitulah karakternya, ia merasa tidak ada gunanya bertengkar.

Egois bukan saja menghambat manusia dalam membangun disiplin dirinya, tetapi bisa merusak nilai-nilai persahabatan yang sudah dibangun dengan susah-payah. Karena itu marilah kita buang jauh-jauh egoisme kita.

Individualitas adalah lapisan keras yang menyelubungi kehidupan rohani seseorang. Individualitas mendesak, semua yang lain keluar memisahkan dan mengasingkan manusia. Kita melihat sebagai karakter utama dalam seseorang anak, dan begitulah sebenarnya. Ketika kita mencampurkan individualitas dengan kehidupan rohani, kita tetap terasing. Sangkar individualitas adalah sifat kondrati karya Allah yang diciptakan untuk melindungi kehidupan rohani kita dapat membawa ke dalam persekutuan dengan Dia. Individualitas memalsukan kerohanian, sama seperti nafsu memalsukan kasih. Allah menciptakan sifat manusia bagi Dia, namun individualitas merusak sifat manusia bagi tujuannya sendiri.

Karakter individualitas ialah kebebasan berdasarkan kehendak sendiri. Kita akan sangat merintangi pertumbuhan rohani kita dengan terus memaksakan sifat individualitas kita. Jika kita berkata “ saya tidak dapat percaya” itu karena individualitas kita yang menghalangi, individualitas tidak pernah percaya. Namun roh kita tidak dapat menahan diri untuk percaya. Perhatikanlah diri kita sendiri seksama ketika Roh Allah sedang bekerja di dalam kita. Dia mendorong kita sampai pada batas individualitas kita di mana satu pilihan harus dibuat. Pilihan itu adalah antara “saya tidak mau berserah” atau berserah, memecahkan sangkar individualitas yang keras, yang mengizinkan munculnya kehidupan rohani. Roh Kudus membatasi pada satu hal (lihat Matius 5 : 23-24). Apa yang ada kita yang menolak untuk berdamai dahulu dengan saudaramu, adalah individualitas kita. Allah ingin membawa kita bersekutu dengan-Nya tetapi bila kita mau berserah, Dia tidak dapat melakukannya “ … ia harus menyangkal dirinya…” menyangkal hak kebebatasnya atas dirinya sendiri. Kemudian hidup yang sejati hidup rohani mendapat peluang untuk bertumbuh.




  1. Contoh Yang Tidak Baik

Disiplin akan sulit berkembang di dalam keluarga yang ambur-adul (broken home). Perceraian akan membawa dampak buruk bagi anak-anak, bukan semata soal materi tetapi lebih pada efek negatif psikologis. Rata-rata anak yang tumbuh dari keluarga yang berantakan akan mengalami ketidakseimbangan hidup. Jiwanya mudah labil, nervous dan mudah putus asa.

Soni adalah seorang pemuda yang merasa lebih baik ia tidak dilahirkan ke dunia ini. Orang tuanya bercerai ketika usianya masih kelas empat sekolah dasar. Sebagai anak sulung dari dua bersaudara ia mengetahui persis proses perceraian tersebut yang diwarnai dengan pertengkaran setiap hari. Hampir setiap hari ibunya menangis karena dipukuli ayahnya yang memang kejam.

Setelah bercerai ibunya lari ke luar kota untuk bekerja. Ia tidak tahu ibunya bekerja apa, namun isu yang berkembang ibunya menjadi pelacur di sebuah kompleks wanita nakal. Bapaknya kemudian kawin lagi dengan wanita simpanannya. Soni dan adiknya memilih tinggal bersama nenek dan budenya di desa.

Sejak itu Soni merasa dirinya berubah total. Pertengkaran demi pertengkaran kedua orang tuanya yang berlangsung di depan matanya membuatnya trauma. Apalagi banyak tetangganya yang mencibirnya karena katanya ibunya seorang pelacur. Padahal ia adalah anak yang cerdas, namun perceraian memporak-porandakan masa depannya.

Hingga lulus SMU Soni merasakan rasa minder yang amat kuat. Ia tidak banyak bergaul, hari-harinya dihabiskan di rumah dengan membaca buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Semenjak perceraian itu bapaknya hampir tidak pernah menengoknya, sedangkan ibunya sudah lama kembali dan bekerja apa adanya di desa. Untungnya mereka masih punya sepetak sawah yang cukup untuk makan setiap hari.

Dampak terberat dari perceraian tersebut adalah Soni kehilangan pegangan. Tanya sepengetahuan orang lain ia kerap minum sampai mabuk di gubuk sawahnya. Kalau sudah mabuk ia bisa menginap di gubuknya berhari-hari lamanya. Ia tidak berani pulang karena takut ketahuan ibunya ia mabuk. Ia tidak mau semakin membebani penderitaan ibunya yang sudah bersusah payah menyekolahkan dirinya hingga lulus SMU.

Dan ketika ia sudah bekerja di sebuah percetakan ia mulai berani main perempuan. Bukannya tidak ada gadis yang tertarik padanya, namun ia merasa dirinya sudah kotor sehingga tidak pantas bergaul dengan gadis baik-baik. Laki-laki kotor jodohnya juga perempuan kotor, begitu alur pikirnya.

Tetapi Tuhan rupanya tidak membiarkan dirinya semakin jauh tersesat ke dalam kemaksiatan. Lewat tangan seorang penginjil yang dikenalnya sambil lalu di warung lesehan ia kemudian berubah. penginjil tersebut membimbingnya untuk mendengar firman Allah dan mengajarinya main musik di gereja.

Di kemudian hari ia dinikahkan dengan adiknya penginjil yang telah mengeluarkan dirinya dari jurang kegelapan itu. Kini mereka dikarunia dua anak yang masih balita. Mereka nampak bahagia. Satu hal yang membahagiakan hatinya adalah ia sudah mampu menjadi dirinya sendiri. Soni sudah berhasil mengatasi traumanya sehingga ia bisa melihat kehidupan ini dengan pandangan yang lebih indah.

Penulis tahu betul riwayat hidupnya lewat penuturan Soni sendiri yang ditulisnya sebagai diajari. Katanya siapa tahu kisah hidupnya itu bermanfaat bagi orang lain. Dan sepenggal kisahnya itulah yang penulis sajikan kepada pembaca dan bukan nama benaran Soni. Soni menjadi korban dari seorang ayah yang tidak mampu memberi teladan yang baik kepada anak-anaknya.

Bukankah ada tertulis bahwa : Abraham mempunyai dua orang anak seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka (Gal 4: 22). Dalam ayat tersebut Paulus tidak sedang membicarakan tentang dosa tetapi hubungan kehidupan kondrati dengan kehidupan rohani. Kehidupan kondrati hanya dapat diubahkan menjadi kehidupan rohani melalui pengorbanan. Tanpa hal ini seseorang hanya akan menjalani hidup yang terpecah. Mengapa Allah meminta kehidupan kondrati untuk dipersembahkan? Allah tidak memintanya. Dalam hal ini. Ia memberi kebebasan kepada kita, namun kehendak Allah yang sempurna adalah agar kehidupan kondrati diubahkan menjadi rohani melalui ketaatan. Dosalah yang membuat mengapa kehidupan perlu dipersembahkan.





  1. Kesempatan Berbuat Menyimpang

Anda senang menonton tayangan Sergap di RCTI? Acara yang mengambil jam tayang pukul 12.30 itu di penghujung acaranya menampilkan Bang Napi. Sosok Seorang narapidana yang menyesali perbuatannya dan suka menasehati orang lain agar tidak menjadi tersesat seperti dirinya. Kata-katanya yang populer adalah : “Ingat, kejahatan bukan hanya karena ada niat dari pelaku melainkan karena ada kesempatan!”

Kesempatan tidak selalu berpengaruh positif, bagi orang yang lemah iman kesempatan merupakan pintu masuk ke jalur penyimpangan. Kesempatan bisa mengubah orang baik-baik menjadi orang tersadis di dunia. Seorang pemuda yang dikenal alim tiba-tiba dituduh telah menghamili pacarnya sendiri di luar pernikahan.

Ceritanya begini, suatu sore ia apel ke rumah gadisnya tersebut. Menjelang magirib ia bermaksud pamit pulang, namun orang tua si gadis memintanya untuk tinggal beberapa waktu lagi karena hendak pergi ada undangan. Jadilah hanya mereka berdua yang ada di rumah. Kendati demikian mereka tetap menjaga tata susila.

Sekitar pukul tujuh malam hujan turun dengan deras. Terpaksa mereka pindah ke ruang dalam sambil menunggu orang tua mereka. Sejam kemudian tidak ada tanda-tanda hujan akan reda, malahan nampaknya semakin lebat. Di situlah setan kemudian tanpa permisi hadir sebagai pihak ketiga.

Dimulai dari pegang-pegangan hingga cubitan kecil, mereka pun kemudian semakin larut ke buaian asmara. Apalagi hujan yang semakin lebat membuat tubuh mereka merasa kedinginan. Terjadilah apa yang seharusnya tidak boleh terjadi. Setelah sadar mereka hanya mampu menyesali diri. Hanya sekali perbuatan itu mereka lakukan, namun sudah cukup membuahkan janin di kandungan gadis yang belum lulus SMU itu.

Cerita di atas adalah contoh betapa kesempatan kerap menggiring manusia ke kancah kemaksiatan. Kesempatan sering membuat iman seseorang tercerabut dari hatinya dalam sekejap. Karena kesempatan adalah barang mewah sehingga jarang sekali orang yang membuangnya dengan sia-sia. Tidak semua orang dapat kesempatan, maka alangkah bodohnya jika tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya kata dunia.

Orang beriman tidak begitu saja mau menerima kesempatan, ia akan memilah-milahnya dengan selektif. Jika kesempatan itu bernilai positif, ia tidak akan ragu-ragu memanfaatkannya. Tetapi jika kesempatan tersebut bernilai negatif, ia akan membuangnya jauh-jauh. Ciri-ciri kesempatan bernilai negatif adalah permukannya saja yang nikmat, tapi isinya adalah racun.

Seorang pimpinan kantor yang dikenal bersih bisa berubah pikiran ketika ada kesempatan untuk berbuat korupsi. Apalagi jika ia pas sedang butuh uang untuk biaya ini dan itu, maka biasanya tidak menunggu lama sudah disambarnya dengan cepat. Resiko dipikir belakangan saja. Itu tidak ada yang tahu.

Ajaran kebenaran mengajarkan agar umatnya tidak mendekati zina. Mendekati saja tidak boleh, apalagi berbuat zina. Ini menunjukkan bahwa kesempatan seringkali menjadi tak terkontrol di tangan manusia. Rupanya Tuhan mengetahui persis kelemahan manusianya, sehingga memberikan peringatan sejak dini agar tidak melewati zona yang berbahaya tersebut.

Sekali lagi terbukti, bahwa motivasi spiritual menjadi benteng bagi manusia dari ancaman dan serangan mematikan virus-virus penyimpangan yang sebenarnya tidak diinginkan. Intinya, tidak semua kesempatan itu bagus, kalau tidak hati-hati malah berakibat buruk.

Kita harus memerangi suasana hati, perasaan dan emosi kita untuk masuk dalam penyerahan sempurna kepada Allah. Kita harus keluar dari pengalaman dunia kita yang sempit untuk masuk dalam penyerahan kepada-Nya. Kita berpikir bahwa Allah memberikan hadiah bagi kita atas iman kita. Namun sesungguhnya kita tidak mendapatkan apa-apa melalui iman membawa kita kepada hubungan yang baik dengan Allah dan memberi-Nya kesempatan untuk bekerja. Sering kali Allah membiarkan kita mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan bagi kita sebagai umat-Nya agar kita dapat langsung berhubungan dengan Dia.

Allah ingin kita mengerti bahwa kita harus menjalani kehidupan iman, dan bukan sekendar kehidupan yang hanya menikmati berkat-berkatnya. Awal dari kehidupan iman kita sangat sempit dan penuh ketengangan, serta hanya berpusat pada sedikit pengalaman yang melibatkan emosi maupun iman. Iman dari sifat hakiki haruslah diuji dan dicoba. Dan pencobaan yang sesungguhnya atas iman itu bukanlah bahwa kita sulit mempercayai Allah, namun bahwa karakter Allah harus terbukti dapat dipercaya menurut pikiran kita.

Iman yang direalisasikan harus mengalami masa-masa yang sulit. Janganlah menyamakan pencobaan atas iman kita dengan usaha mendisiplikan hidup yang biasa, karena bagian yang terbesar dari apa yang kita sebut sebagai pencobaan atas iman adalah bagian dari kehidupan yang tak dapat dielakkan. Iman sebagaimana yang diajarkan dalam Alkitab adalah iman kepada Allah walaupun banyak hal-hal lain bertentangan dengan Dia. Sebuah iman yang berkata. “ Aku akan tetap setia pada karakter Allah apa pun yang ia lakukan terhadapku.” Ekspresi iman yang tertinggi dan terbaik dalam seluruh Alkitab adalah sekalipun Allah akan mencabut nyawaku, aku akan tetap mempercayakan diriku kepada-Nya (Ayub 13 : 15).




  1. Tidak Merasa Berdosa

Bangsa Jepang konon dianggap sebagai bangsa yang tidak memiliki konsep tentang dosa. Benarkah demikian? Apakah dengan tidak adanya konsep tersebut bangsa Jepang kemudian menjadi bangsa yang biadab dan barbar? Semuanya masih butuh peneiitian, dan kabar tersebut belum tentu kebenarannya. Mungkin memang tidak punya konsep dosa, namun punya konsep lain yang hampir sama.

Dosa itu apa? Bagaimana lahirnya dosa? Ada yang mengatakan bahwa orang yang menyesali perbuatannya berarti ia telah berbuat dosa. Seperti dulu ada orang Wang bahwa semua makanan itu halal asal tidak muntah saja. semua itu argumentasi yang sangat tidak bertanggungjawab. Kalau ukurannya menyesal, sekarang ini banyak pelaku dosa yang tidak menyesali perbuatannya.

Dalam konteks agama berdosa artinya melakukan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan. Seperti menceritakan Mob itu jelas berdosa, walaupun diceritakan pelakunya sambil tertawa-tawa. Betapa enaknya jika hanya mengkaitkan dosa dengan penyesalan seperti haram dengan muntah. Makan babi itu menurut hukum Islam haram walaupun rasanya konon lezat sekali.

Bagaimana rasanya hidup jika tidak pernah merasa berdosa? Mungkin, apapun bisa dilakukan. Tanpa konsep dosa berarti tak ada bedanya halal dan haram. Tanpa konsep dosa berarti tidak ada norma, etika, status susila, budaya malu dan sebagainya. Orang yang tidak merasa berdosa berarti dirinya tidak mengenal Tuhan.

Bagi orang semacam itu disiplin jelas bukan .konsep yang bagus. Ia jelas tidak akan mau dipusingkan dengan disiplin, wong dosa saja tidak dipedulikan apalagi disiplin. Tidak merasa berdosa menunjukkan pribadi yang secara spiritual berada di titik paling bawah. Keberadaannya di titik nadir kehidupan dan kalau mati tempatnya mungkin di keraknya neraka munurut pikiran kita, tetapi rencana Allah bagi setiap orang berbeda waktunya.

Banyak orang seperti ini di lingkungan kita sendiri. Mereka bersikap cuek terhadap sekitarnya, egonya terlalu tinggi sehingga jiwa sosialnya tidak nampak sama sekali. Waktunya hari minggu untuk beribadah, malah asyik tidur karena malam minggu merasa hari panjang dan bangun kesiangan main-main kartu tinggal di rumah. Malam-malam kedapatan mabuk sambil mulutnya mencerabau.

Ia melakukan semua itu dengan tenang dan mungkin profesional. Buktinya ia melakukannya seolah tak merasa berdosa. Istrinya minta uang belanja malah ditanggapi dengan senyum-senyum menjengkelkan. Tidak merasa berdosa berarti tidak merasa memiliki tanggungjawab baik kepada dirinya sendiri, orang lain maupun kepada Tuhan.

Manusia yang modelnya demikian memang susah diajak berdisiplin. Mungkin ketika masih kecil orang tuanya lupa mengajari bagaimana caranya berterima kasih kepada Tuhan. Mungkin keluarganya berantakan sehingga ia menjadi anak jalanan yang tidak tahu apa itu etika, norma, susila atau apapun dilakukan asal perutnya kenyang dan pikirannya senang.

Tapi bukan berarti tidak bisa. Modalnya hanya ketelatenan dan kesabaran. Jangan langsung mengajarkan kedisiplinan, tapi carilah bahasa yang lebih persuasif. Tunjukkan apa akibat baik dan buruknya dari perilaku berdisplin. Mulailah dari hal-hal yang paling kecil dan ringan seperti diajarkan oleh KH Abdullah Gym mulai dari sederhana sampai lebih sulit rasanya ringan kalau sudah terbiasa dilakukannya.

Katakan kepadanya mabuk itu tidak baik bagi kesehatan. Orang yang suka mabuk mudah diserang penyakit sehingga tidak bisa bekerja dengan baik. Jika tidak bisa bekerja berarti tidak nemperoleh uang. Jika tidak ada uang berarti tidak dapat makan siapa yang masih mau memberi makan orang yang suka mabuk? begitu seterusnya sampai si pelaku menyadiri bahwa apa yang dilakukannya selama ini salah.

Hal seperti di atas ini sudah terbiasa ditemukan di mana-mana yang disebut penyakit masyarakat. Umumnya disembuhkan lebih mudah melalui orang lain, tetapi namanya penyakit manusia yang berikut ini sulit disembuhkan oleh siapapun kecuali kita serahkan kepada Roh Allah yang mampu menyembuhkan manusia yaitu namanya penyakit Perasaan, pikiran, kehendak dan perbuatan yang ada di dalam manusia. Manusia memiliki jenis penyakit ini tidak pernah rasa dosa kalau perasaan, pikiran, kehendak dalam diri manusia. Kita tahu bahwa bagaimana manusia pertama, Iblis menguasa perasaan, pikiran dan kehendak manusia.

Selama ini orang tahu hanya perbuatan manusia pertama memetik buah tetapi sebelum perbuatan itu ada perasaan, pikiran dan kehendak manusia itu memberi peluang untuk melakukannya, jika tidak mendasari perasaan, pikiran dan kehendak lain ceritanya. Tetapi setelah itu baru manusia tahu bahwa jauh ke dalam dosa, sama halnya dengan kehidupan kita sekarang perasaan mendorong emosi kita, pikiran mampu berimagenasi hal-hal yang tidak dapat dilihat orang lain, kehendak selalu mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Kita merasa tidak pernah berbuat dosa seperti pencurian, pembunuhan, persinahan dan kejahatan sejenis lainnya tetapi dosa yang ada di dalam kita melalui perasaan, pikiran, kehendak itu selalu melekat pada manusia tanpa terkecuali, tetapi anehnya kita sulit mengakui dosa ini. Dosa ini telah berakar dalam manusia, sehingga sudah menjadi darah daging dalam manusia dan tidak bisa merasa berdosa jika perasaan, pikiran dan kehendak terus bertumbuh dalam manusia.





  1. RUANG CAKUPAN DISIPLIN

Dsiplin bukan hanya sebatas soal tertib waktu seperti yang kita pahami selama ini. Disiplin mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Mulai dari yang paling ringan sampai yang paling besar. Setiap persoalan selalu terkandung di dalamnya aspek kedisiplinan.

Di bawah ini ada sejumlah aspek kedisiplinan yang berhasil dihimpun penulis. Ini hanya sebagian contoh saja, namun kiranya dapat merepresentasikan pemahaman kita tentang aspek-aspek kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari kita belajar sendiri dan yang berikut ini hanya ada beberapa saja penulis sajikan sebagai berikut :



  1. Yüklə 0,58 Mb.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin