Daftar isi kata pengantar I daftar isi II pendahuluan 1 I : memahami hakekat disiplin



Yüklə 0,58 Mb.
səhifə5/12
tarix15.01.2019
ölçüsü0,58 Mb.
#96944
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12

Manusia Bisa Dikelabui

Kejadian dimana-mana yang mengisahkan seorang pendeta atau kiai yang merasa bersyukur karena ditawari main perempuan? Kita semua pasti tidak pernah mendengarnya atau ada yang pernah mendengarnya. Ceritanya ada seorang pendata atau kiai (terlihat dari penampilannya) berjalan di depan kompleks wanita nakal. Tiba-tiba dari dalam kompleks ada orang yang memanggilnya. Dengan cara panggil seperti ini "Mampir, Pak Pendeta atau Pak Kiai, "Wah, maaf. itu haram, Dik " jawab pak pendeta atau pak Kiai. Namun orang yang di dalam kompleks tidak kehabisan akal. Pendeta/Kiai tersebut dipanggilnya kembali,"Gratis, Pak Pendeta atau Pak Kiai," Tiba-tiba Pak Pendeta Pak Kiai tersebut berbalik arah sambil mengucap," Bersyukurlah atau Alhamdulillah."

Memang ini hanya khayalan namun bukan berarti kisah di atas hanya khayalan belaka. Betapa banyak saat ini kita disilaukan oleh penampilan. Penampilan membuat manusia menjadi tertipu mentah-mentah. Hanya dengan berpenampilan pak seorang pendeta atau kiai. seorang penjahat bisa berubah dalam sekejab menjadi pendeta atau kiai.

Mungkin inilah kelemahan manusia terbesar, selalu tertipu oleh penampilan fisik. Padahal saat ini yang namanya pelaku kriminal sadis itu tidak lagi bertampang garang dan menyeramkan, melainkan berpenampilan trendi namun tak segan-segan menghabisi nyawa korbannya dengan dingin.

Dengan latar belakang di atas bisa kita katakan bahwa manusia sebagai pengawas sangat tidak efektif. Karena manusia mudah dikelabui, mudah dibujuk rayu, mudah tergiur oleh wanita, harta dan tahta. Manusia mudah diajak kompromi dengan iming-iming duniawi. Manusia bukan pengawas sesungguhnya.

Di kantor yang namanya kongkalikong itu sudah biasa. Pimpinan berkongkalikong dengan bendahara untuk membuat proyek fiktif. Seorang kepala dinas main mata dengan rekanan untuk melakukan mark up proyek' Eksekutif main belakang dengan legislatif untuk menyusun anggaran. Hal semacam ini bukan rahasia lagi, seorang yang sebenarnya bertugas sebagai pengawas malah melakukan kerja sama terselubung dengan pihak yang diawasi.

Walaupun sistemnya dibuat secanggih mungkin, tetapi jika manusianya tidak lagi memiliki sistem pengawasan pribadi yang kuat, maka apapun bisa dilakukan. Mudah sekali untuk melakukan hal-hal yang melanggar tata tertib, aturan dan prosedur karena itu semua bikinan manusia sendiri.

Dengan alasan kebijaksanaan, apa yang tidak boleh menjadi sangat boleh. Apa yang dilarang menjadi dianjurkan karena prosedur atau tata tertib bisa disetel sedemikian rupa oleh manusia yang membuatnya. Konon, peraturan dibuat bukan untuk ditaati tetapi agar menjadi tidak teratur.

Penampilan tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya. Seorang yang ke mana-mana membawa Alkitab di tangannya tidak otomatis dirinya seorang yang beriman, sebaliknya Seorang yang berpenampilan biasa-biasa saja jangan dikira sholatnya tidak rutin setiap malam atau jarang masuk gereja. Seorang guru tidak selalu bisa dijadikan tuntunan, malah banyak yang menjadi tontonan masyarakat karena perilakunya yang tercemar.

Seorang atasan bisa terkecoh dengan penampilan bawahannya yang nampak rajin bekerja di matanya. Padahal tanpa sepengetahuannya, bawahannya tersebut hanya bekerja jika sedang diawasi. Begitu atasannya beranjak pergi segera meneruskan main caturnya.

Inilah fenomena yang kita saksikan sehari-hari, banyak bentuk-bentuk pengelabuan yang menyesatkan. Namanya wakil rakyat, tapi begitu duduk kursi dewan kepentingan rakyat seringkali diingkarkan. Mereka seperti raja Salomo. Salomo, raja yang memiliki hikmat yang amat besar dan banyak keunggulan ini, memiliki kelemahan. Ia telah terjebak ke dalam poligami. Ia mempunyai kurang lebih 700 istri dari kalangan bangsawan dan 360 gundik. Ia mendirikan bagi mereka tempat khusus atau balai di pelataran istana. Kebanyakan dari istri-istri ini merupakan "upetit' dari para pejabat negeri lain.

Salomo pernah ditegur oleh Tuhan karena hatinya telah condong kepada berhala. Ia tidak taat kepada firman Tuhan. Ia lebih memilih sinkretisme ketimbang mempertahankan ibadah. Akhirya ia sendiri menyembah berhala, dan ini kemudian berpengaruh buruk kepada bangsanya. Pengaruh politeisme (poli artinya banyak dan teisme artinya ajaran) di Israel tidak dapat dihindari. Rupanya inilah cara iblis mengalihkan perhatian Salomo karena pada awal pemerintahannya ia adalah seorang yang mengandalkan Tuhan. Mungkin karena kesombongannya, ia jatuh ke dalam genggaman Iblis dengan mengambil banyak istri dan gundik. Sungguh disayangkan, kehidupan Salomo berakhir dengan sangat menyedihkan seperti bangsa ini hampir sama bangsa Israel pada jamannya Salomo.




  1. Manusia Tidak Pernah Lepas Dari Pengawasan Tuhan

Di jaman Rasul Petrus ada seorang pemuda bernama Antonius yang menaruh hati kepada Dina, gadis paling cantik di sukunya. Namun ia sangat kecewa ketika Dina menjatuhkan pilihannya kepada seorang laki-laki duda beranak delapan. Kendati demikian, cintanya tetap menyala-nyala.

Suatu malam ia berpapasan dengan gadis pujaannya tersebut sedang berjalan seorang diri. Pucuk dicinta ulam tiba, pikirnya. Gadis itu dicegat dan dipaksanya untuk melayani nafsunya. Tetapi Dina adalah gadis yang cerdas, ia terus mengulur-ulur waktu sambil mencari jalan terbaik keluar dari kesulitannya.

"Saya mau tapi jangan di sini. Saya punya gubuk di pinggir kampung, ada ranjangnya, kepunyaan nenek saya yang tuli dan buta. Lebih baik kita ke sana saja, karena di sini banyak orang lewat, kilahnya manja. Kampung sudah sepi. Maklum kampung kecil yang terpencil. Mereka berdua masuk ke dalam gubuk dan duduk di atas ranjang yang terletak di kamar belakang.

Bang, supaya kenikmatan kita nanti tidak terganggu oleh kekuatiran kepergok orang lain, tolong Abang intip dulu seluruh rumah di kampung ini. Apakah seluruhnya sudah tidur atau belum. Kalau seluruh kampung ini telah tertidur, barulah saya dengan sukarela akan menyerahkan kehormatan saya kepada Abang.

Antonius segera bergegas pergi untuk memeriksa seluruh isi kampung. Setelah yakin semuanya tidur ia kembali."Sudah kuintip dengan teliti. Aku yakin semuanya sudah tidur."

"Semuanya?" tanya Dina kurang percaya. "Semuanya!" sahut Antonius menegaskan.

'Ah, belum semuanya. Masih ada yang ketinggalan. Ada satu lagi yang belum Abang tengok, apakah sudah tidur atau belum."

'Siapa?" tanya Antonius tidak paham.

Dina menjawab tegas,"Allah. Abang belum mengintip Dia, apakah Allah tidur atau tidak. Sebab, meskipun seisi alam ini tidak melihat perbuatan kita, Allah selalu mengawasi tindak tanduk kita. Bang, lebih baik kita urungkan niat buruk ini, karena Abang beriman. Bukankah Allah tidak pernah tidur? Bukankah Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui?"

Dengan ucapan Dina terakhir ini, Antonius bagaikan terjatuh ke dalam jurang. Ia merasa sakit dan berjanji kepada dirinya sendiri tidak akan menjamah Dina atau perempuan lain mana pun yang bukan haknya.

Kisah di atas memberi pelajaran kepada kita semua bahwa Tuhan tidak pernah sekalipun melepaskan pengawasannya kepada hamba-hamba-Nya. seluruh alam semesta ini berada di bawah pengawasannya karena Allah tidak pernah tidur. Allah tidak mengenal kantuk, lelah atau bosan menjaga seluruh ciptaan-Nya.

Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada yang rahasia di hadapan-Nya karena tidak ada celah sedikitpun di semesta ini yang luput dari perhatian-Nya. Inilah bentuk pengawasan yang paling efektif bagi manusia dalam upayanya membangun disiplin diri.

Hendaknya kita meneladani Antonius agar harkat dan martabat kita tetap terjaga di mata Allah. Kisah di atas merupakan pengalaman berharga yang harus menjadi cambuk bagi kita semua untuk menjadi orang yang selalu meningkatkan keiman kita kepada Allah. Tetapi betapa banyak dari kita memilih untuk tergelincir meskipun tahu bahwa perbuatannya tersebut sangat tidak disukai Allah. Komitmen spiritual ternyata memang tidak mudah.

Tokoh Alkitab yang satu ini mempraktekkan iman yang teguh dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini terbukti dari peristiwa-peristiwa yang tertulis dalam Kejadian 34 sampai 41 : 36. Di sini kita dapat menyaksikan iman Yusuf yang bertumbuh.

Yusuf adalah. seorang yang memiliki komitmen yang teguh. Ketika ia berada di rumah Potifar ia dipercayakan untuk mengatur segala miliknya. Karena yusuf, Allh berkati rumah potifar. Tetapi istrinya terpikat pada Yusuf. Dari waktu ke waktu ia berusaha membujuk Yusuf agar mau tidur dengannya. Namun Yusuf tahu batas wewenangnya. Ia sama sekali tidak tergoda dengan bujuk rayu sang istri. Ia berusaha melarikan diri ketika istri Potifar dengan merayunya. Yusuf akhirnya dimasukkan ke dalam penjara, tempat para tahanan raja, namun Tuhan tetap memberkati dia. Tuhanlah yang menolong dia mempertahankan komitmennya yang teguh.





  1. MEMAHAMI UNSUR POKOK PEMBENTUK DISIPLIN

Soejitno dalam bukunya yang berjudul :"Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan", FX 0erip S Poerwopoespito menegaskan bahwa disiplin merupakan salah satu parameter sikap mental positif yang paling mudah dilihat. Tidak perlu malu-malu mengakui katanya bahwa soal disiplin bangsa ini masih terpuruk di rangking bawah.

la memberikan contoh disiplin dalam lingkungan rumah tangga. Berapa banyak keluarga yang mau menetapkan jam makan dan jam belajar dengan teratur setiap hari. Atau berapa banyak ayah yang mau menaati anjuran agar tidak merokok di dalam rumah, atau di depan anak-anaknya. Berapa banyak anak yang patuh terhadap orang tuan Ya?

Di tengah-tengah masyarakat apalagi. Lihat di jalanan belum sepenuhnya bebas dari sampah. Padahal tempat sampah ada di mana-mana. Di mana-mana ada sampah, bahkan di Instansi yang mengurusi sampah pun banyak sampah berceceran Di mana-mana ada Penyimpangan.

Itu semua mencerminkan tingkat ketidaksiplinan yang sudah menjarah ke seluruh aspek kehidupan. Tidak ada satu instansi atau perusahaan pun yang penghuninya benar-benar berdisiplin. Dari ketidaksiplinan itu akhirnya menciptakan bentuk-bentuk penyimpangan di segala bidang. Dari perkara yang sederhana itu imbasnya ternyata tidak sederhana.

Disiplin kata penulis buku ini artinya mematuhi aturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Ruang lingkupnya amat luas sehingga bukan hanya soal waktu saja seperti yang selama ini dipahami banyak orang. Ada disiplin sosial, disiplin hukum dan sebagainya. Kesadaran masyarakat kita tentang disiplin menunjukkan ketidakdewasaan sebagai sebuah bangsa yang besar antara lain :





  1. Kebiasaan Dan Budaya Lingkungan

Disiplin akan menjadi ringan jika tahu caranya, Mulailah dengan membiasakan diri mengerjakan pekerjaan yang ringan-ringan. Tidak perlu yang berat-berat dulu. Misalnya membiasakan ke luar rumah dengan kaki kiri dulu, atau meludah usahakan selalu ke sebelah kiri. Memulai makan dengan ucapkan kata terima kasi Tuhan dan sebagainya.

Kalau sama sekali belum pernah pake celana dengan kaki kiri dulu coba melakukan mulai sekarang, atau buka pintu kamar dengan tangan kiri. Asal bisa dilakukan setiap hari, kerjakan sampai benar-benar menjadi kebutuhan. Setelah itu ditingkatkan bebepaka kali hingga bisa menjadi kebiasaan anda dan akan menjadi milik anda jika itu orang lain belum bisa dilakukan berarti itu milik anda. Kalau bolong-bolong dalam satu hari tidak lakukan hari berikutnya coba lakukan lagi besoknya lagi dan seterusnya lakukan lamah-kelamahan menjadi kebiasaan milik anda juga.

Kata AA' Gym semua itu harus dimulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan dari sekarang. Artinya, semua itu akan menjadi mudah, jika dimulai dari hal-hal yang kecil dan tidak menunda-nunda. Dari diri sendiri itu paling penting, apapun itu namanya. Disiplin itu kiatnya ada tiga yakni, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang paling kecil dan mulai dari sekarang.

Kebiasaan dan budaya lingkungan berpengaruh besar bagi seseorang dalam membangun disiplin dirinya. Kebiasaan yang berlaku di tengah keluarga, kantor atau masyarakat merupakan unsur pokok pembentuk disiplin. Kebiasaan beruluk salam di sebuah keluarga yang harmonis akan terbawa oleh anak-anaknya sampai mereka kemudian berpisah dan menikah sendiri-sendiri.

Kebiasaan bertengkar yang diperlihatkan orang tua di depan anak-anaknya akan mempengaruhi karakter mereka di kemudian hari. Mereka akan cenderung untuk berperilaku meniru apa yang dilakukan orang tuanya seperti apa yang pernah dilihatnya sewaktu kecil. Mereka akan mudah menentukan pilihan untuk mencari penyelesaian secara bertengkar daripada secara baik-baik untuk memutuskan setiap persoalannya.

Kebiasaan di lingkungan kantor akan mendorong karyawan lain yang tidak pernah untuk ikut-ikutan. Namun sebaliknya jika seorang pimpinan memperlihatkan kualitasnya sebagai figur yang jujur dan bersih, maka anak buahnya lambat laun akan mengikuti jejaknya.

Seorang anak yang dilahirkan di lingkungan dekat gereja maka akan tumbuhlah kebiasaan akan membiasakan ke sekolah minggu. Melihat ada orang ke gereja ikut-ikutan ke gereja, melihat ada teman sebayanya pakai baju bergambar salib, ia merengek-engek ke ibunya minta dibelikan baju bergambar salib. Ada pendeta dari mimbar bilang amin ikut-ikutan bilang amin.

Konon, siapa yang bergaul dengan hamba Allah, maka ia akan menjadi hamba Allah atau minimal akan kecipratan kependetaannya. Sebaliknya, siapa yang bergaul dengan pemabuk maka ia akan menjadi pemabuk. Kebiasaan dan budaya lingkungan tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena itu di manapun kita berada hal yang paling penting kita perhatikan adalah kebiasaan dan budaya lingkungan setempat.

Langkah kita yang utama baik sebagai kepala keluarga, pimpinan kantor maupun tokoh masyarakat adalah membangun kebiasaan dan budaya lingkungan yang positif. Kebiasaan dan budaya lingkungan yang negatif lekas kita buang jauh-jauh agar tidak menjadi racun bagi anak-anak, karyawan dan masyarakat semua. Sebab, sekali terpeleset susah untuk menormalkannya kembali.

Kebiasaan yang sudah tertanam sejak kecil susah untuk dieliminir. Sama halnya dengan budaya korupsi yang sudah berurat akar selama puluhan tahun di negeri ini. Untuk memberantasnya tidak segampang menepuk nyamuk di tangan. Mungkin kita butuh puluhan tahun untuk memberantasnya sampai ke akar-akarnya.

Dalam bab sebelumnya telah menjelaskan bagaimana keberhasil Abraham dalam pendidikan iman anaknya Ishak, mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan Ishak. Penulis surat Ibrani mencantumkan nama Ishak sebagai seorang pahlawan. Di situ dikatakan bahwa sambil memandang jauh ke masa yang akan datang, Ishak memberkati anak-anaknya Yakub dan Esau. Karena imannya, ia yakin bahwa Tuhan akan mengenapi janji-janji-Nya kepada keturunannya. Ia berharap bahwa perkara-perkara yang besar akan menyertai kehidupan generesi yang berikutnya, sejauh mereka taat kepada Allah. Dan hal ini memang terbukti, sebab keturunan Ishak menjadi berkat bagi banyak bangsa di dunia ini.





  1. Pendidikan Agama

Tak dapat dipungkiri pendidikan agama di sekolah minggu memegang peranan penting dalam membangun disiplin diri pada anak. Agama mengajarkan banyak hal tentang kedisiplinan. Penulis sudah menyinggung tentang peranan agama di bagian lain buku ini terutama pendidikan iman Abraham kepada Ishak anaknya bagian awal. Semua aturan agama jika dilaksanakan dengan baik akan membentuk pribadi manusia yang berdisiplin tinggi.

Di dalam pendidikan agama melalui sekolah minggu, di sana diatur bahwa sejak usia bayi dalam kandungan ibu kedua orang tua harus dibawah anaknya ke sekolah minggu untuk mendengar ajaran kebenaran Allah. Dan ketika bayi itu sudah lahir kedua orang tua terus dibawah ke sekolah minggu sampai anak itu bisa ikut sendiri ke sekolah minggu. Jika, orang tua boleh memukulnya (dengan maksud mendidik) bila anaknya tidak mau ke sekolah minggu.

Setiap Agama di dunia ini juga mengajarkan kebersihan dan keindahan. Di dalam kejadian manusia pertama, Tuhan Allah menempatkan manusia dalam tanam yang menggambarkan ada nilai kebersihan dan keindahan bahwa diri-Nya itu indah dan menyukai keindahan. Tuhan Allah sudah menanamkan kebersihan dan keindahan kepada manusia sejak penciptaan. Oleh karena itu pendidikan Agama melalui sekolah minggu adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Manusia mulai didik dari dalam kandungan ibu sampai dewasa tentang ajaran kebenaran.

Kebersihan menyangkut segala aspek kehidupan manusia karena kebersihan merupakan bagian dari iman. Seseorang belum dikatakan beriman jika ia tidak mau melepaskan pada dirinya dari segala ikatan dengan dunia. Kebenaran Allah sangat menjunjung tinggi kebersihan dalam segala hal. baik kebersihan secara lahir maupun secara batin.

Semua ajaran agama tersebut mengandung kedisiplinan yang tinggi yang bermanfaat bagi manusia sendiri. Apabila anak sudah dibiasakan berdisiplin berdoa waktu makan, waktu tidur dan waktu bangun tidur, maka bila sudah dewasa orang tua tidak perlu lagi memerintahnya untuk berdoa. Jika sejak kecil sudah terbiasa menggosok gigi, kebiasaan tersebut akan dilakukannya sampai dewasa.

Pendidikan sekolah minggu membimbing manusia menemukan jati dirinya apabila dihayati dan diamalkan dengan sebenar-benarnya. Karena itu pendidikan agama di sekolah minggu sangat penting diajarkan sejak dini bahkan ketika masih bayi dalam kandungan ibu. Pendidikan agama di sekolah minggu itu bisa dilakukan dengan cara mengajari kebiasaan yang positif.

Kalau sejak balita seorang anak sudah dikenalkan dengan nilai-nilai agama, kelak jika sudah dewasa kebiasaannya tersebut akan membentuknya menjadi pribadi yang berkarakter seorang beriman. Cobalah biasakan makan dengan tangan kanan atau mengambil makanan dari yang paling dekat.

Kalau terbiasa makan dengan tangan kanan, maka ketika melihat turis seringkali makan dengan tangan kiri rasanya risih. Sejak kecil kita sudah dibiasakan makan dengan tangan kanan untuk membedakan membersihkan dubur dengan tangan kiri. Kanan adalah lambang kebaikan dan kiri adalah lambang keburukan.

Bila sejak kecil diajarkan untuk bersikap lemah lembut dan sopan santun pada sesama, jika sudah besar ia akan menjadi orang yang menjunjung tinggi kesopanan dan kelemah-lembutan. Jika sejak kecil diajari untuk bersikap hormat pada Allah dan orang tua, kelak jika sudah besar akan menjadi manusia yang berbakti pada Allah dan orang tua.

Pendidikan agama di sekolah minggu yang ditanamkan sejak kecil akan membekas dalam otaknya, sehingga akan mewarnai hidup selanjutnya. Para ahli Psikologi mengatakan bahwa manusia mencapai puncak daya ingatnya sewaktu masih bayi dalam kandungan ibunya. Karena itu pendidikan agama di sekolah minggu pada usia bayi dalam kandungan ibu itu sangat dianjurkan baik oleh penulis maupun oleh para ahli psikologi pertumbuhan manusia.

Penulis sering melihat banyak orang tua yang menyesal melihat anak-anaknya tumbuh liar dan tidak dapat dikendalikan lagi. Penulis setelah diteliti ternyata kebanyak orang tua keluarga kristen lupa menanamkan pendidikan agama melalui sekolah minggu ketika anaknya masih bayi dalam kandungan ibunya tidak pernah bawah ke sekolah minggu.

Orang tua yang berharap anaknya jadi baik setelah besar, justru akan merepotkan orang tua, karena itu dianjurkan bawahlah anaknya ke sekolah minggu pada usia masih bayi dalam kandungan ibunya dan mudah diatur karena anaknya tidak bisa macam-macam, sehingga anak akan terbina dengan karakter yang baik. Jika anak sudah besar baru mendidik akan merasa disiksa oleh orang tua dan anak akan melawan pada orang tua dengan berbagai alasan.

Contoh tokoh Alkitab, Yohanes pembaptis mengenal Allah masih bayi dalam kandungan ibunya, ketika Maria berkunjung ke rumah zakaria ketika Elisabet sedang mengandung bayi (Yohanes Pembaptis). Sampailah Maria di depan pintu rumah dan memberikan salam, ketika Elisabet mendengar salam dari Maria, bayi yang ada dalam kandungan Elisabet melonjak, terbukti bahwa Yohanes Pembaptis mengenal Allah dari kandungan ibunya sampai mati.



  1. Pendidikan Informal Dalam Keluarga

Disamping pendidikan agama, pendidikan informal lainnya di dalam keluarga juga berpengaruh besar dalam membangun disiplin diri. Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan di dalam keluarga bukan hanya agama, tetapi akal budi, ketranipilan dan sebagainya. Apapun namanya jika bisa disinergikan akan menjadi kekuatan besar dalam membangun disiplin.

Ada sejumlah aturan tak tertulis dan informal yang berlaku di dalam keluarga yang erat kaitannya dengan kedisiplinan. Penulis mengutip pendapat Dr, Charles Schaefer di dalam bukunya :"Cara Efektif Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak" tentang bagaimana membangun kerutinan dan kebiasaan berdisiplin bagi anak.

Anak-anak akan berkembang dan tumbuh paling baik dalam ketertiban dan keteraturan. Mereka akan lebih bahagia kalau mereka mengetahui apa yang diharapkan. Dengan membuat prosedur yang teratur dan tidak berubah-ubah untuk kelakuan dan tugas sehari-hari, para orang tua menyediakan suatu lingkungan yang dapat diandalkan.

Kerutinan sehari-hari haruslah disusun dengan teliti dan dilaksanakan secara konsisten untuk kejadian-kejadian kehidupan yang biasa, seperti waktu tidur, waktu bangun pagi, waktu makan, waktu mandi, waktu melaksanakan tugas, waktu bermain dan sebagainya. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan si anak dari peraturan tersebut jangan ditolerir.

Schaefer mencoba memberikan pedoman bagi kita bagaimana menanamkan kedisiplinan bagi anak-anak, Tentunya kita bisa mencoba dengan cara lain yang menurut diri kita lebih baik dan efektif. Satu hal yang harus kita perhatikan adalah bawah kedisiplinan itu perkenalkan sejak dini.

Baik kita memiliki pola-pola kedisiplinan baik menyangkut waktu belajar, waktu bermain, waktu makan, waktu tidur dan sebagainya. Seperti disebut di atas pedoman tersebut harus dilaksanakan secara konsisten dan tegas sehingga si anak merasakan bahwa aturan tersebut tidak main-main. Ketidakkonsistenan akan membuat si anak akan kehilangan kepercayaannya.

Sejak kecil si anak harus diajari untuk mengenal hak dan kewajiban. Cobalah ingat kembali lagu yang pernah kita dengangkan sewaktu kita masih belajar di taman kanak-kanak dulu. Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kutolong ibu membersihkan tempat tidurku.

Begitu mudah kita hapal syairnya dan begitu dalam makna yang dikandungnya. Luga di atas sebenarnya mengandung pelajaran kedisiplinan tentang hak dan kewajiban. Begitu bangun tidur si anak sudah paham apa tugas selanjutnya, yakni mandi, menggosok gigi, kemudian membantu ibunya membersihkan tempat tidurnya sendiri.

Mulailah menanamkan disiplin untuk hal-hal ringan yang bisa dilakukan dengan mudah oleh si anak. Disiplin itu harus kita sesuaikan dengan perkembangan usia dan biologis dan psikologis anak, jangan sampai terlalu ketat sehingga bukan lagi disiplin namanya melainkan pengkarbitan.

Dulu ada seorang profesor yang sangat mendisiplinkan anaknya agar menjadi manusia paling pintar di dunia. Usahanya berhasil, usia tujuh belas tahun anaknya sudah menjadi profesor. Profesor itu kalau tidak salah namanya Boris Sidis, dan profesor (bapaknya) tersebut bernama William Sidis.



  1. Pendidikan Formal di Sekolah

Pendidikan informal di dalam keluarga memang penting, namun belumlah lengkap jika tidak diimbangi dengan pendidikan formal di sekolah. Sebaiknya, keduanya berjalan seiring sejalan agar si anak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan .dari berbagai arah. Pendidikan formal yang diperoleh si anak di sekolah akan memberikan keteladanan baru.

Kita semua memaklumi ada bedanya antara pendidikan informal di dalam keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Bukan saja menyangkut materi pembelajaran, namun ada hal yang lebih mendasar yakni obyektivitas. Seorang guru kiranya lebih obyektif memandang murid-muridnya ketimbang orang tua kepada anak-anaknya.

Kasih sayang orang tua berlaku sepanjang masa, tetapi kasih sayang seorang guru berlaku hanya sepanjang seorang anak belajar di sekolah. Betapapun nakalnya seorang anak di mata orang tua tetaplah anak. Namun beda ceritanya seorang murid di mata guru. Jika sudah tidak dapat diatur daripada .merepotkan lebih baik dikeluarkan saja dari sekolah.

Membangun kedisiplinan di dalam keluarga bukannya tidak efektif, ada orang tua yang streng sehingga anak-anaknya tidak berani membantah sama sekali. Tetapi pembelajaran kedisiplinan di sekolah jauh lebih efektif, salah satunya karena faktor obyektivitas tadi. Seorang murid harus berpikir sepuluh kali untuk berani membantah perintah gurunya.

Seorang anak mungkin berani membantah orang tuanya ketika disuruh menyapu halaman, tetapi seorang murid pasti deg-_degan ketika lupa mengerjakan pe-ernya. Dalam membangun kedisiplinan, ketegasan itu penting. Dan itu biasanya lebih mudah diperoleh di sekolah daripada di rumah.

Sanksi yang berlaku di sekolah jauh lebih tegas dan memaksa daripada sanksi yang diberlakukan di rumah. Seorang ibu tidak mungkin tega membiarkan anaknya kelaparan meskipun anaknya nakalnya minta ampun. Tetapi seorang guru tidak akan segan-segan menghukum muridnya dengan berlari keliling lapangan sepuluh kali jika menampakkan perilaku yang susah diatur.

Bagaimanapun harus diakui bahwa pendidikan formal di sekolah jauh lebih efektif daripada pendidikan informal di rumah. Tetapi harus diakui pula bahwa pendidikan informal itu amat mendukung pendidikan formal di sekolah. Karena itu bukan solusi yang tepat untuk mengabaikan pendidikan informal dengan alasan anak akan memperoleh pendidikan di sekolah.

Keduanya saling mempengaruhi. Seorang anak yang dibiasakan untuk bersikap hormat pada orang tua, ia pun akan bersikap hormat pada gurunya. Seorang murid yang mendapatkan pelajaran olah raga di sekolah, maka ia akan mengembangkan pengetahuannya tersebut di rumah. Membaca, menulis, menghitung adalah pengetahuan yang didapatnya di sekolah, namun akan mendukung aktivitasnya di rumah.

Namanya saja pendidikan formal, maka semuanya berjalan secara formalitas. Di sekolah tidak dikenal basa-basi, karena guru merasa memiliki beban tanggungjawab besar sehingga ia tidak berani main-main dengan obyek yang diajari. Guru tidak akan mau disalahkan jika murid-muridnya menunjukkan kualitas yang rendah gara-gara metode mengajarnya yang santai dan sebagainya.

Tugas orang tualah untuk menanamkan disiplin sejak dini dengan menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin. Sebaik-baik bekal adalah ilmu, dan ilmu akan diperoleh dengan kedisiplinan.



  1. Yüklə 0,58 Mb.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin