Daftar isi kata pengantar I daftar isi II pendahuluan 1 I : memahami hakekat disiplin



Yüklə 0,58 Mb.
səhifə1/12
tarix15.01.2019
ölçüsü0,58 Mb.
#96944
  1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN 1

I : MEMAHAMI HAKEKAT DISIPLIN

A. Disiplin merupakan nilai ketaatan. dan kepatuhan 4

B. Disiplin mencerminkan sikap malu berbuat yang menyimpang 6

C. Disiplin berarti loyal terhadap norma dan aturan 8

D. Disiplin artinya cinta terhadap keteraturan dan ketertiban 9

E. Disiplin berarti bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh 11

F. Disiplin merupakan kemampuan mengendalikan diri 13

G. Disiplin berarti tahu standar perilaku yang baik 14

E. D isiplin akan tumbuh dengan latihan dan kebiasaan 16

II : NIAT UNTUK BERSIKAP DISIPLIN

A. Meyakini bahwa disiplin adalah sesuatu yang positif 19

B. Meyakini disiplin merupakan bagian dari ajaran Ibadah 22

C. Menggerakkan hati untuk bersikap disiplin 24

D. Niat merupakan pemicu untuk berbuat disiplin 27

E. Yakin bahwa disiplin akan membuahkan kesuksesan 29

F. Menjadikan disiplin sebagai kebutuhan 31

G. Merasakan disiplin sebagai sesuatu yang membahagiakan 32

H. Bersikap disiplin dengan hati ikhlas 34

III : TAHU PENGAWAS YANG SESUNGGUHNYA

A. Tuhan Pengawas yang utama 37

B. Berbuat disiplin bukan karena pamrih 40

C. Malu pada diri sendiri 42

D. Manusia bisa dikelabui 45

E. Manusia tidak pernah lepas dari pengawasan Tuhan 47



IV : MEMAHAMI UNSUR POKOK PEMBENTUK DISIPLIN

A. Kebiasaan dan budaya lingkungan 49

B. Pendidikan agama 51

C. Pendidikan informal dalam keluarga 54

D. Pendidikan formal di sekolah 55

E. Kemampuan menguasai diri 57

F. Adanya panutan dan keteladanan 58

G. Kesadaran dalam mempersepsikan disiplin 59

H. Kejelasan penegakan hukum 61
V : MEMAHAMI HAMBATAN DALAM BERSIKAP DISIPLIN

A. Menganggap disiplin sebagai siksaan 63

B. Merasa tidak ada yang mengawasi 65

C. Menuruti hawa nafsunya 67

D. Sikap egois dan mencari enaknya sendiri 69

E. Contoh yang tidak baik 71

F. Kesempatan berbuat menyimpang 73

H. Tidak merasa berdosa 75


VI : RUANG CAKUPAN DISIPLIN

A. Disiplin terhadap kewajiban beragama 78

B. Disiplin terhadap aturan dan undang-undang 80

C. Disiplin waktu 82

D. Disiplin perencanaan 83

E. Disiplin anggaran dan biaya 85

F. Disiplin hierarki kepangkatan 87

G. Disiplin terhadap hasil kesepakatan 88

H. Disiplin terhadap hubungan antar manusia 90
VII : MEMAHAMI MANFAAT DISIPLIN

A. Hidup menjadi lebih teratur 93

B. Tingkat kesuksesan relatif tinggi 94

C. Kerja bisa lebih efektif dan efisien 95

D. Dapat mengeliminir konflik 96

E. Kepuasan kerja relatif lebih tinggi 97

F. Hubungan vertikal dan horisontal menjadi lebih baik 98

VIII : MENGGUNAKAN DISIPLIN WAKTU

A. Metode perhitungan waktu 101

B. Proses penggunaan waktu 105

C. Proses pengaturan waktu 107

D. Cara cerdas menggunakan waktu 109
IX : MEMOTIVASI DIRI MELALUI KESADARAN ROHANI

DAN KESABARAN EMOSIONAL

A. Keberadaan Tuhan 119

B. Keberadaan Manusia 122

C. Memotivasi diri melalui Ayat- ayat kalimat bijak 126

DAFTAR PUSTAKA 162

MEMBANGUN DISIPLIN DIRI MELALUI

KESADARAN ROHANI DAN KESABARAN EMOSIONAL

O

L

E

H

BENNY KOGOYA, SP.MMA

DISIPLIN TUMBUH DARI HATI NURANI

PENDAHULUAN

Ada tiga hal yang harus kita pahami terlebih dahulu sebelum memaparkan lebih lanjut isi buku ini ke dalam baris-baris halaman, yaitu disiplin, kesabaran emosional dan kesadaran rohani. Lantas setelah ketiga-tiganya menjadi jelas kita akan mencari benang merahnya, sehingga apa yang kita bicarakan ini memfokus pada suatu titik.

Disiplin agaknya kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Disiplin secara sederhana dapat kita maknai sebagai kepatuhan pada peraturan baik lisan maupun tulisan. Ada bermacam-macam bentuk disiplin yang kita kenal selama ini, baik di lingkungan keluarga, lingkungan gereja, lingkungan masyarakat, maupun kantor tempat kita kerja.

Kesabaran emosional merupakan sikap mental (Attitude) setiap manusia terhadap sesuatu yang dapat diinginkan dalam hidupnya untuk mewujudkan suatu kebutuhan. Kesabaran rmosional hubungan dengan lamanya waktu menunggu terhadap sesuatu yang dapat diharapkan. Sesuatu yang dapat diproses dalam waktu singkat hasilnya tidak pernah dipuaskan, seperti karbitan pisang yang kehihatannya masak, tetapi didalamnya belum masak dan rasanya tidak enak dan sebaliknya sesuatu yang dapat diproses dengan waktu yang lama membosankan untuk menuggu, namun hasilnya sangat dipuaskan.

Sedangkan kesadaran rohani menunjuk pada suatu interaksi dan komunikasi secara vertikal. Aktivitas batiniah manusia yang didasarkan pada yang di atas (kepada Allah). Sebuah kesadaran tertinggi manusia tentang sebuah hakekat diri dan penciptanya. Bahwa dirinya tidak sendirian, bahwa ia adalah makhluk yang memiliki hak dan kewajiban atas kemakhlukannya.

Ketiga unsur pokok tersebut di atas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam setiap kehidupan manusia, namun ternyata dalam setiap kehidupan tidak selalu berjalan bersama-sama antara satu unsur dengan lainnya, karena tidak melatih diri membuat manusia sulit menggunakan ketiga unsur pokok tersebut, sehingga setiap manusia memiliki satu unsur pokok dalam kehidupan yaitu memiliki disiplin kesabaran menjalankan usaha untuk mempertahankan hidupnya tetapi tidak memiliki disiplin kesadaran rohani.

Disiplin merupakan pelengkap dari unsur pokok yaitu kesabaran dan kesadaran manusia. Manusia yang sadar pada hal rohani memiliki panjang kesabaran. Panjang sabar adalah bagian dari sifat Allah yang telah dimiliki manusia yang tercatat dalam Alkitab seperti Abraham, Ayub dan lain-lain. Tidak banyak manusia yang bisa dapat memiliki kualitas hidup seperti meraka. Manusia memiliki kesabaran pada sesuatu yang dapat diharapkan, setelah apa yang diharapkan telah tercapai lenyaplah sudah disiplin yang dibangun dengan susah paya itu, tetapi disiplin yang dapat dibangun melalui kesadaran rohani selalu membekas bahkan menjadi suatu tradisi ajaran keyakinan tertentu.

Disiplin, kesabaran dan kesadaran tidak seperti pada kata-kata manis saja, tetapi sebuah fakta dalam setiap kehidupan manusia. Manusia itu baik kelakuannya atau buruk tergantung pada tiga hal ini. Sebanarnya manusia bisa latihan diri menjadi yang terbaik dan sebaliknya menjadi tidak memiliki moral, apabila membiarkan diri sendirinya dan menjalankan kehidupan menurut dagingnya yang dapat memerintahkan melakukan sesuatu tanpa sabar dan sadar dianggap benar.

Penulis mengutip pendapat Mario Teguh untuk mendefinisikan kalimat bijak. Mario Teguh selalu tampil di metro TV setiap minggu malam , ia memberikan memotivasi diri melalui kalimat bijak. Segabai kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain.

Adakah keterkaitan antara ketiganya? Kita tahu bahwa membangun disiplin itu bukan perkara yang mudah. Jarang sekali orang memiliki disiplin tinggi dalam hidupnya, kebanyakan putus di tengah jalan. Hanya orang-orang tertentu yang sanggup bertahan sampai mati seperti tokoh Alkitab yang disebutkan di atas dan mereka meninggalkan warisan berharga berupa kedisiplinan, kesabaran dan kesadaran rohani kepada anak cucunya.

Orang-orang tertentu itu adalah mereka yang memiliki keimanan yang tinggi dan mampu mengendalikan dirinya. Iman yang kuat membuat hidupnya memiliki pegangan sehingga tidak mudah goyah oleh godaan-godaan setan. Orang yang beriman akan menyesal jika tidak berdoa terlewatkan sekali saja. Ada yang kurang rasanya jika biasanya berdoa waktu makan orang lain yang pimpin berdoa, setelah isi nasi rasanya mau berdoa sendiri.

Tetapi kesadaran rohani saja tidak cukup untuk membangun sebuah karakter disiplin tinggi. Ada orang yang rajin berdoa tetapi jiwanya labil, mudah dipengaruh orang lain kerena tidak biasa mengendalikan dirinya. Kasus tentang pemerkosaan dilakukan oleh seorang pendeta kedapa jumaatnya atau pembantunya merupakan contoh tentang manusia yang hanya memiliki kesabaran, namun tidak diimbangi dengan kesadaran rohani. Kesadaran rohani lebih dari daya tahan terhadap serangan setan.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa disiplin tidak bisa berdiri sendiri. Disiplin membutuhkan titik tolak atau pijakan yang kokoh dan kuat dan tentunya dengan sebuah tujuan yang jelas. Disiplin dapat berjalan dengan optimal manakala dibangun di atas semangat (spirit) religiusitas dan pengendalian emosi yang tinggi.

Tanpa itu rasanya akan sia-sia belaka membangun disiplin kerena tidak dibangun di atas pemahaman yang benar dan semangat yang juga sembarang dan membabi buta. Orang-orang yang semacam itu hanya melaksanakan disiplin dengan pola panas-panas tahi ayam, disiplin hanya kalau ada maunya. Begitu keinginannya tercapai, hilang sudah kedisiplinannya.

Disiplin itu sendiri membutuhkan kometmen yang kuat dan semangat yang tinggi dengan kesadaran rohani yang betul-betul prima. Dengan kata lain disiplin itu membutuhkan sebuah “payung” dan payung bernama kesadaran rohani dan kesabaran emosinal. Tanpa kesadaran rohani (iman) tidak mungkin kita bangun disiplin yang kuat.


  1. MEMAHAMI HAKEKAT DISIPLIN

Di dalam buku karangan Soegeng priyodarminto, yang berjudul : "Disiplin Kiat Menuju sukses” disiplin didefinisikan sebagai suatu. kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nirai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan atau ketertiban. Disiplin itu mempunyai tiga aspek :



  1. Sikap mental (mental attitud) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak,

  2. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam bahwa Ketaatan akan aturan tadi merupakan syarat mutlak mencapai sukses,

  3. Sikap kelakuan yang wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib,

Disiplin itu lahir, tumbuh' dan berkembang dari sikap seseorang dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin yakni sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat.

Sikap atau Attitude merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem budaya nilai (cultural value system) merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai pedoman bagi kelakuan manusia.




  1. Disiplin Merupakan Nilai Ketaatan dan Kepatuhan

Kedisiplinan mencerminkan perilaku yang taat dan patuh pada aturan, norma, atau etika yang berlaku. Seorang siswa dikatakan berdisiplin jika ia masuk kelas pada waktunya, memakai seragam yang berlaku, mengerjakan PR di rumah bukan di sekolah dan sebagainya. la putuh dan taat pada peraturan terlepas apakah karena takut kena sanksi atau atas kesadarannya sendiri.

Tak berbeda jauh dengan di sekolah, di kantor pun demikian. Karyawan dikatakan berdisiplin jika patuh dan taat pada aturan dan prosedur yang berlaku di kantornya, Misalnya datang tepat waktu, memakai seragam kerja yang sesuai, mematuhi job discription, selalu memenuhi target, menghormati atasan dan sebagainya. Sama seperti siswa sekolah, karyawan pun berdisiplin atas kesadarannya sendiri atau takut kena saksi dari perusahaan.

Disiplin disini diartikan sebagai sikap dan perilaku yang memenuhi unsur ketaatan dan kepatuhan. Sebaliknya, apabila kedua unsur tadi diabaikan atau dilanggar, maka siswa atau karyawan tersebut bisa dikategorikan bersikap dan berperilaku yang indisipliner, perilaku yang demikian mengundang munculnya sanksi atau hukuman baik dari sekolah maupun perusahaan.

Begitulah batasan secara esensial suatu bentuk kedisiplinan, ada nilai kepatuhan dan ketaatan di dalamnya. Keduanya menjadi syarat mutlaknya terbentuknya kedisiplinan. Dengan kata lain tidak ada disiplin tanpa ketaatan dan kepatuhan. Kiranya hal ini sangat mudah dipahami bahkan bagi siswa sekolah dasar. Disiplin sejak awal dipahami sebagai ketaatan dan patuhan selanjutnya percaya bahwa anak akan lebih disiplin.

Istilah nilai-nilai dasar tentang kedisiplinan. Begitu bicara tentang disiplin biasanya langsung terkoneksi dengan kepatuhan dan ketaatan. Tak heran jika disiplin kerap diartikan secara negatif, yakni suatu bentuk pemaksaan peraturan. Padahal sebenarnya tidak demikian, hanya saja orang cenderung bersikap bisa terhadap kedisiplinan itu sendiri.

Dengan perluasan arti di atas maka keragaman disiplin tidak hanya menyangkut soal waktu dan seragam tapi bisa melebar ke soal kebersihan, janji, kebiasaan dan lain-lain yang lebih konvensional sifatnya artinya bukan merupakan peraturan tertulis. Seseorang dikatakan berdisiplin jika ia selalu berdoa setiap hari dua jam, mandi pagi dan berangkat kerja 06:30 tepat pada waktunya.

Seorang siswa dikatakan berdisiplin jika ia membiasakan diri membaca buku selama dua jam setiap malam. Seorang karyawan dikatakan berdisiplin jika selalu memegang teguh janjinya. meskipun tidak diatur secara tertulis. Nampaklah disini bahwa disiplin lahir dari kebiasaan pribadi yang berusaha mematuhi aturan yang dibuatnya sendiri.

Dari sini kemudian bisa disimpulkan bahwa disiplin memegang peranan penting dalam menegakkan aturan baik tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan tegaknya peraturan merupakan syarat mutlak keberlangsungan suatu aktivitas. Jika peraturan tersebut cenderung dinomorduakan akan mudah melahirkan kondisi yang kisruh (chaos) yang berakibat terganggu atau terputusnya aktivitas tersebut.

Kita ambil contoh tentang ketidakdisiplinan di dunia hukum. Kita semua sudah merasakan bahwa gara-gara hukum tidak tegas maka muncullah berbagai bentuk pelanggaran. Orang tidak lagi percaya pada hukum, tetapi mereka hanya percaya pada hukum yang mereka buat sendiri. Akibatnya, setiap bentuk kejahatan menyulut lahirnya sikap korupsi, hal ini tidak perlu saya jelaskan karena anak kecilpun tahu tentang kondisi di Indonesia namanya hukum. Saat ini seperti apa yang terjadi hukum di Negara ini tidak mampu menyelesaikan masalah, hanya bisa membuat masalah baru mengalihkan perhatian masyarakat terhadap masalah terius.

Seorang pencuri kambuhan ketika tertangkap basah, langsung dibakar sadis. Karena masyarakat tidak percaya lagi pada aparat hukum, kejahatan makin marak semua bidang kehidupan karena aparat pemegang hukum tidak sungguh-sungguh bekerja.



  1. Disiplin Mencerminkan Sikap Malu Berbuat yang Menyimpang

Disiplin terbaik lahir dari kesadaran sendiri, bukan karena paksaan atau kepentingan-kepentingan tertentu. Disiplin yang lahir atas kesadaran sendiri biasanya lebih bertahan lama daripada disiplin karena paksaan seseorang atau kondisi tertentu. Kesadaran sifatnya tumbuh dari dalam, karena yang menggerakkan adalah hati nurani. Ada nuansa fanatisme yang tidak gampang pudar oleh hasutan atau godaan yang datangnya dari luar.

Disiplin yang lahir dari kesadaran diri sendiri bukan sekedar mencerminkan nilai ketaatan dan kepatuhan, melainkan rasa malu. Malu mengalahkan segalanya, orang yang sudah terlanjur malu biasanya berperilaku secara emosional. Karena itu ada ungkapan lebih baik mati daripada menanggung malu. Ada beberapa etnis tertentu yang begitu tegas menerapkan rasa malu sehingga kematian merupakan jalan terbaik untuk mengatasi rasa malunya tersebut. Namun malu sebagai bentuk pengetahuan disiplin termasuk kategori positif. Bahkan harus ditumbuhkembangkan karena terbukti membawa perubahan yang signifikan terhadap budaya dan tata nilai yang bedaku di masyarakat. Konon sebagian pakar mengatakan bahwa kemerosotan moral yang melanda di negeri ini disebabkan oleh semakin memudarnya budaya malu.

Karena itu budaya malu harus diangkat kembali sehingga wujud asli manusia Indonesia kembali ke sedia kala. Sebuah masyarakat yang patuh dan taat pada hukum, baik tertulis maupun tidak tertuiis. Tidak seperti saat ini, ketika semua orang berlomba-lomba untuk menanggalkan rasa malunya.

Ada banyak budaya bangsa yang hilang seolah-olah tertiup angin lalu. Dulu, adis-gadis remaja merasa malu jika berbusana ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Kini mereka malah berlomba-lomba berbusana ketat dengan resiko mengundang tangan-tangan jahil singgah di tubuhnya.

Peradaban yang semakin longgar menempatkan rasa malu. pada titik yang paling rendah. paradigmanya sudah jauh berubah, apa yang dulu dianggap tabu kini malah diumbah selebar-lebarnya. Semakin memudarnya budaya malu semakin rapuhlah nilai-nirai kedisiplinan. Disiplin dan malu merupakan satu kesatuan yang saling mendukung, ketika yang satu hilang maka yang lain ikut-ikutan hilang.

Disiplin akan tumbuh dan berkembang jika rasa malu masih mewarnai kehidupan manusia. Seseorang yang merasa malu untuk melakukan penyimpangan, maka ia berusaha untuk berdisiplin dalam setiap aktivitasnya. Ia taat pada aturan dan prosedur, dan tidak tergoda untuk melakukan penyimpangan karena merasa malu pada dirinya sendiri dan orang lain.

Kenapa ada korupsi, karena koruptor tidak punya rasa malu. Andai ia punya perasaan malu tentulah ia tidak akan berani melakukan korupsi meskipun perbuatannya tersebut tidak diketahui siapapun. Orang yang masih punya rasa malu masih pikir-pikir untuk melakukannya. Mungkin saja perbuatannya tersebut benar-benar aman, namun ia merasa malu pada hati nuraninya sendiri.

Dan yang namanya kejahatan lama kelamaan pasti akan terbongkar juga. Ibarat bangkai disimpan di manapun pasti akan menyengat juga baunya meskipun disemprot berliter-liter parfum misalnya. Jika hal itu terjadi maka bukan dirinya saja yang akan menanggung malu, tetapi juga keluarga dan teman-teman dekatnya. Contoh di negeri ini tidak perlu cari-cari anak kecilpun tahu matinya hukum di negeri ini.

Sikap malunya itu membentuk karakter pribadinya sehingga memiliki kedisiplinan tinggi. Ia berusaha menampilkan dirinya sebagai manusia yang berdisiplin karena tak ingin membuat malu keluarganya.





  1. Disiplin Berarti Loyal Terhadap Norma dan Aturan

Seseorang dikatakan berdisiplin apabila ia menunjukkan kesetiaannya (loyalitas) terhadap norma dan aturan yang berlaku. la meletakkan norma dan aturan tersebut di atas segalanya, dan ia merasa berkewajiban untuk loyal terhadapnya. Kesetiaan dirinya merupakan harga mutlak dan tak bisa diganggu gugat. Itulah nilai tertinggi bagi eksistensinya baik sebagai siswa individu di tengah masyarakat maupun karyawan di sebuah kantor,

Tiada disiplin tanpa loyalitas, disiplin akan dapat ditegakkan jika semua orang menunjukkan loyalitasnya. Tanpa loyalitas, disiplin agaknya hanya akan menjadi omong kosong belaka. Hanya indah di bibir, namun menjadi duri ketika diimplementasikan ke dalam praktik nyata. Loyalitas membutuhkan konsekuensi antara ucapan dan perbuatan.

Seseorang dikatakan berdisiplin berwarga negara jika ia menunjukkan loyalitasnya pada negaranya. la setia pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1 945, bendera merah putih. Negara Kesatuan Repubrik Indonesia, dan lain-lain satu saja perangkat Negara tersebut tidak diakui sudah cukup menyatuhkan padanya predikat sebagai pengkhianat banqsa, tetapi yang sebenarnya penghianat bangsa ini adalah mereka-mereka yang mengurus lembaga-lembaga dari atas sampai bawah bangsa ini.

Mengaku warga negara Indonesia, namun tidak mengakui Pancasila, atau tidak mau menghormati bendera merah putih itu artinya tidak setia, maka ini yang disoroti masyarakat sebagai penghianat, sedangkan koruptor sebagai penghianat bangsa yang setia melakukan korupsi tidak disoroti sebagai penghianat dan warga Negara yang tidak setia. Tidak setia identik dengan pengkhianatan antara hati dan ucapan tidak konsekuen, artinya tidak disiplin dalam berkata-kata. Ketidaksetiaan mengakibatkan salah satu sendi kedisiplinan roboh.

Memang sulit menumbuhkan loyalitas, apalagi terhadap kedisiplinan yang selama ini cenderung diartikan sebagai bentuk pemaksaan. Kadang memang susah dibedakan mana yang terlebih dulu ada, disiplin atau loyalitas. Meskipun banyak orang bilang bahwa loyalitas merupakan salah satu unsur pembentuk kedisiplinan. Tetapi tidak semua kasus demikian.

Seseorang yang memegang teguh aturan dan sejenisnya itu bisakah dikategorikan sebagai bentuk kedisiplinan dan loyalitas? Haruskah seseorang itu loyal dulu baru dikatakan disiplin atau sebaliknya? Apakah seseorang yang disiplin itu bisa dikatakan memiliki loyalitas? Persoalan ini memang masih perlu diperdebatkan kembali.

Tetapi kiranya semua orang mengakui bahwa loyalitas sudah menjadi petunjuk adanya suatu kedisiplinan. Seorang pramusaji yang selalu menyediakan kopi bagi atasannya bisa dikatakan telah memiliki loyalitas pada atasannya, meskipun loyalitasnya tersebut sebatas menyediakan kopi. Namun perbuatannya yang dilakukan secara rutin tersebut mencerminkan perilaku yang berdisiplin.

Seorang warga negara dikatakan loyal pada negaranya jika ia membela mati-matian tanah airnya dari invasi musu, jika ia konsisten dengan perbuatannya tersebut maka ia dianggap punya disiplin tinggi terhadap negaranya. Namun jika perbuatannya tersebut hanya sekali saja dilakukan, ia belum layak dikatakan berdisiplin berwarganegara.

Seorang karyawan yang selalu masuk dan pulang kantor tepat waktu berarti telah memiliki disiplin waktu, ia telah memegang teguh salah satu norma dan aturan yang berlaku di kantornya. Namun apakah ia sudah pantas dikatakan loyal pada perusahaan? Agaknya belum, ia baru bisa dikatakan loyal jika selalu berdisiplin pada seluruh aturun dan norma yang berlaku bukan hanya sebagai atau sepotong-potong. Nampaknya ini bahwa kesetiaan membutuhkan kedisiplinan penuh, bukan sebagian-sebagian.





  1. Disiplin Artinya Cinta Terhadap Keteraturan dan Ketertiban

Singapura adalah sebuah negara kecil yang terkenal karena kebersihannya. Tekadnya untuk menjadikan negaranya sebagai negara terbersih di dunia menimbulkan decak kagum di mana-mana. Banyak negara yang berusaha menirunya, ada yang sukses tetapi lebih banyak lagi yang gagal. Di antara yang gagal tersebut adalah negara kita sendiri, lndonesia.

Media masa sering membuat laporan tentang negara di pucuk Malaysia tersebut. Mungkin tak banyak warga kita yang berkesempatan ke sana, namun hampir seluruh penduduk negeri ini tahu tentang negeri makmur tersebut baik melalui media masa maupun dari cerita sanak keluarganya yang baru pulang dari menjadi TKW di sana. Singapura adalah negara impian baik, menyangkut kebersihan maupun kemakmurannya.

Kenapa semua itu bisa terwujud seolah-olah demikian mudahnya? Kenapa seluruh penduduk negeri se-ia sekata dalam satu persepsi yang sama untuk menjaga kebersihan negaranya? Pertama, jelas disiplin yang tinggi. Warga negara di sana terkenal akan kedisiplinannya, dan pernerintah sendiri memberlakukan sanksi yang tegas terhadap setiap bentuk pelanggaran.

Membuang sampah atau puntung rokok secara sembarangan dendanya bisa ratusan dolar. Di negeri ini mungkin di ibu kota, Jakarta saja yang memberi sanksi terhadap warganya yang kedapatan membuang sampah secara sembarangan. Itupun sanksi bisa dikompromikan. Disiplin belum membumi masih sebatas retorika yang hanya terdengar ketika kampanye saja.

Kedua, cinta warga negara Singapura sangat mencintai kebersihan. Mereka menyadari sepenuhnya tentang jati dirinya sebagai negara kecil di antara Negara-negara besar lainnya. Karena itu mereka berusaha menampilkan dirinya secantik mungkin dengan tampil bersih dan indah. Hanya itu satu-satunya cara untuk mengundang orang lain menaruh simpati pada negaranya.

Cinta adalah segalanya, kata orang demikian, tidak ada kekuatan apapun yang mengalahkan cinta. Bila cinta sudah bicara, situasi sulit bagaimanapun menjadi bisa. cinta lebih tinggi nilainya daripada disiplin, karena cinta itu sendiri sudah mencakup disiplin. Orang yang mencintai sesuatu berarti telah berbuat disiplin dan akan timbul penyesalan apa lagi melanggarnya.

Contohnya, seorang cowok yang mencintai seorang cewek kekasihnya. Kemanapun ceweknya minta diantar ia akan bersedia walau ke ujung langit sekalipun. la tidak merasa keberatan meskipun harus mengeluarkan uang dan waktunya. Sekali saja menolak walau alasannya tepat akan membuatnya menyesal setengah mati. Semua itu dilakukan karena ia betul-betul mencintai kekasihnya tersebut.

Begitu pula jika seseorang sudah merasa cinta pada keteraturan dan ketertiban, ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk tunduk dan patuh terhadapnya. Ia akan melakukannya dengan senang hati, bahkan akan rela berkorban apa saja untuk itu. Saking cintanya pada kebersihan misalnya, maka bila sekali saja lupa menyapu halaman hatinya merasa menyesal.

Penampakan rasa cintanya tersebut diwujudkan dalam bentuk kedisiplinannya yang tinggi. Orang yang mencintai kebersihan, tak mau lihat barang kotor selalu tergugah untuk membersihkannya. Meskipun tidak ada orang yang menyuruhnya.

Demikianlah, cintai besar pengaruhnya terhadap kedisiplinan. Cintai unsur yang tertinggi nilainya dalam pembentukan mental disiplin. Bila cinta sudah bicara, apapun terasa mudah. Disiplin akan menjadi menu sehari-hari yang akan dinikmati dengan senang hati.

Ishak adalah orang yang setia kepada janji pernikahannya. Alkitab mencatat bahwa ia hanya menikah dengan Ribka. Ia mengasihi Ribka sampai maut memisahkan mereka. Ia tidak pernah tergoda kepada perempuan lain. Ia mencurahkan kasih dan perhatiannya hanya kepada istrinya. Ini merupakan peragaan kasih yang hidup dan dinamis dalam rumah tangganya.

Boleh dikatakan, rumah tangga Ishak dan Ribka terpelihara dengan baik. Keduanya saling saling menjaga keharmonisan pernikahan mereka. Keduanya saling terbuka dan setia dalam kasih. sepantasnyalah kehidupan pernikahan Ishak menjadi teladan bagi keluarga-keluarga kristen masa kini.


  1. Yüklə 0,58 Mb.

    Dostları ilə paylaş:
  1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin