Daftar isi kata pengantar I daftar isi II pendahuluan 1 I : memahami hakekat disiplin


Disiplin Berarti Bisa Membedakan Mana Yang Boleh dan Tidak Boleh



Yüklə 0,58 Mb.
səhifə2/12
tarix15.01.2019
ölçüsü0,58 Mb.
#96944
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12

Disiplin Berarti Bisa Membedakan Mana Yang Boleh dan Tidak Boleh

Disiplin lebih mudahnya diartikan sebagai batasan antara boleh dan tidak boleh. Boleh dilakukan selama aktivitas tersebut sesuai atau tidak menyimpang dari aturan yang ada. Tidak boleh dilakukan jika aktivitas tersebut tidak sesuai atau cenderung menyimpang dari aturan yang ada, perbedaan antara boleh dan tidak boleh sangat jelas, sejelas perbedaan antara disiplin dan tidak disiplin itu sendiri. Seseorang dikatakan disiplin jika mengetahui aturan dan mau melaksanakan aturan tersebut. Ia memahami aturan tersebut dengan sebaik-baiknya, termasuk sanksi-sanksinya. Suatu aturan biasanya memuat apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, atau hanya memuat apa yang boleh saja, tetapi tersirat di dalamnya apa saja yang tidak boleh.

Seseorang bisa dikatakan disiplin membayar rekening listrik atau telepon jika ia membayar tagihan sebelum tanggal 20 setiap bulannya. Jika ia terlambat sehari saja dari tanggal 20 maka ia bisa dikatakan sebagai pelanggan yang tidak disiplin dan berhak dikenai denda. Di sini jelas bahwa setiap bentuk pelanggaran ada sanksinya.

Siswa yang terlambat masuk kelas akan kena hukuman berupa tidak boleh mengikuti pelajaran atau lari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali, siswa tersebut harus mau menerima konsekuensi atas keterlambatannya tersebut karena sudah ada seperangkat aturan sebagai tata tertibnya. Ia dihukum karena ia sudah tahu tata tertibnya tetapi tidak melaksanakannya dengan benar.

Seseorang dikatakan disiplin jika ia membuang sampah di tempat sampah dan tidak membuang puntung rokok di sembarang tempat. Ia tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Membuang sampah pada tempatnya jelas diperbolehkan, malah keharusan. Sedangkan membuang puntung rokok di sembarang tempat jelas tidak diperbolehkan.

Bagi karyawan kantor meninggalkan pekerjaan selama jam kantor tidak diperbolehkan karena tata tertib mengaturnya demikian. Kecuali jika ada alasan yang kuat atau untuk menunaikan sholat dhuhur misalnya' Artinya peraturan itu boleh dilanggar dengan seijin atasan atau jika ada tugas luar yang harus dilakukan.

Seorang istri dikatakan disiplin jika ia selalu menyediakan keperluan suaminya setiap hari. Memang tidak ada aturan tertulisnya, namun itulah yang wajib dilakukan jika ia ingin dianggap sebagai seorang istri yang tahu etika dan norma hidup dalam berumah tangga. Sebagai seorang istri ia dianggap sudah tahu perangkat aturan yang berlaku secara umum di masyarakat.

la dianggap telah melanggar etika dan norma-norma kesopanan dan kesusilaan jika ia menerima tahu laki-laki yang lain tanpa sepengetahuan suaminya. Ia bisa dicap sebagai istri yang tidak bertanggungjawab jika meninggalkan anaknya menangis di rumah sementara ia ngobrol di warung bersama tetangganya.

Seorang warga negara boleh melakukan apa saja asal tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tetapi ia tidak boleh mengganti bendera merah putih dengan bendera yang lain sebagai bendera negara karena itu termasuk perbuatan merongrong kewibawaan negara atau subyektif.

Di atas kertas kelihatan betapa mudahnya membedakan antara keduanya. Namun ketika diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari terasa begitu susahnya. Lidah saja bisa salah bicara, apalagi jika diperbuat dengan hati. Karena itu sebelum berdisiplin yang lain, terlebih dulu adalah mendisiplinkan ucapan agar selalu konsisten dan tidak mencla-mencle,

Daniel adalah seorang yang hidupnya benar membedakan yang mana boleh dan patut dapat disembah dan yang mana tidak boleh disembah. Ia selalu berdoa teratur tiga kali sehari berlutut seperti biasanya (Daniel 6: 11). Inilah yang menyebabkan dibenarkan di hadapan Allah. Dan tentang Daniel penulis tidak menguraikannya tepi tentu saja pelajaran sekolah telah diajarkan kita tentang Daniel sebagai gambar seorang yang kedisiplinan tinggi dan sikap hatinya hanya menyembah Allah yang benar.



  1. Disiplin Merupakan Kemampuan Mengendalikan Diri

Di awal sudah dijelaskan bahwa disiplin artinya memegang teguh aturan, etika, atau norma yang sedang berlaku. Tersirat di dalamnya semacam pengekangan atau lebih tepat pengendalian diri. Seseorang akan mampu memegang teguh aturan dan sejenisnya itu manakala ia sudah dapat menguasai dirinya. Ia menjadi pemenang bagi dirinya sendiri.

Dari fenomena di atas tak terlalu jauh rasanya jika mengidentikkan disiplin dengan pengendalian diri. Hanya orang-orang yang bisa mengendalikan dirinya yang akan mampu bersikap dan berperilaku dengan penuh kedisiplinan. Tanpa kemampuan mengendalikan diri, kiranya bukan perkara gampang mendisiplinkan diri sendiri. Mengingat betapa biasnya pengertian disiplin itu sendiri.

Korupsi mungkin contoh yang paling gamblang untuk menggambarkan bahwa disiplin merupakan kemampuan mengendalikan diri. Bukan sesuatu yang mudah bagi pejabat untuk melewatkan kesempatan di dalam kesempitan. Apalagi jika kesempatan tersebut menari-nari di pelupuk matanya. Setiap detik kesempatan untuk bermain-main dengar anggaran terbuka lebar, tumpukan rupiah di atas meja pasti membuatnya ngiler. Kiranya hanya sedikit sekali yang mau melewatkan kesempatan emas tersebut berlalu begitu saja. Dan yang sedikit itu adalah mereka yang benar-benar mampu mengendalikan dirinya.

Mungkin bisa saja ia memanipulasi data, namun hati nuraninya menolak. Memang tidak ada yang tahu, namun ia merasa bertanggungjawab secara moral baik kepada dirinya sendiri maupun kepada institusi tempatnya bekerja. Tanggungjawab itu mincegah dirinya berbuat yang tidak benar secara moral.

Orang yang mampu mengendalikan diri adalah orang yang memiliki kedewasaan emosi. Hal ini akan menuntunnya untuk memiliki sikap mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri. Orang yang mampu mengendalikan dirinya selalu mengedepankan kewajiban daripada hak. Dan ia tidak mau menerima sesuatu yang bukan haknya.

Kenapa koruptor merajalela? Merujuk pada uraian di atas, maka jawabnya karena mereka tidak melandasi setiap perbuatannya dengan moralitas. Mereka adalah orang-orang yang tidak mau peduli pada masalah moral, karena itu mereka cenderung bersikap pragmatis bahkan oportunis.

Kita pasti ngeri jika mendengar orang mengatakan, cari yang haram saja susah, apalagi yang halal. Karena itu mereka segera memberikan cap kepada orang-orang yang setia pada hati nuraninya sebagai sok suci, sok moralis dan sebagainya. Mereka mencibir orang-orang yang menegakkan disiplin hidupnya dengan mencari nafkah di jalan yang benar.

Pengendalian diri nampaknya merupakan pondasi utama untuk membangun disiplin diri. Dan untuk mampu mengendalikan dirinya, tiada lain kecuali dengan meningkatkan keyakinan pada hati nurani. Ia harus belajar meredalam ego (bukan menghilangkan), menjauhi sikap adigang, adigung dan adiguna, pemurah, rendah hati dan sebagainya.

Mustahil seseorang akan bisa mendisiplinkan dirinya jika di dalam hatinya masih tersimpan nafsu keserakahan. Tidak mungkin seseorang punya disiplin tinggi jika masih senang berfoya-foya, mengedapankan hak dari pada kewajiban dan lain-lain. Jelaslah bahwa disiplin bukan perkara yang main-main, dan tidak bisa dibuat main-main.

Ketulusan hati Abraham teruji ketika ia hendak disuap. Ia menolak untuk menerima apa pun dari raja Sodom. Ia berkata, "Aku tidak akan mengambil apa-apa dan kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya." Inilah sikap mental yang dewasa yang ditunjukkan oleh Abraham kepada orang-orang sezamannya.

Abraham berusaha menghindari upaya-upaya yang dapat merusak ketulusan hatinya. Ia tidak mudah tergiur dengan harta yang diperoleh tanpa bekerja keras, atau tanpa diberkati Tuhan. Ia berusaha menjaga agar hubungannya dengan orang lain tidak terganggu di kemudian hari karena ia menerima pemberian tersebut.




  1. Disiplin Berarti Tahu Standar Perilaku Yang Baik

Disiplin bisa pula diartikan sebagai mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Seorang dikatakan berdisiplin berlalulintas jika selalu menjalankan kendaraannya di sebelah kiri. Sebaliknya, jika kendaraannya dijalankan dengan tidak teratur, kadang di kiri kadang di kanan berarti ia sudah melanggar disiplin berlalulintas.

Datang ke beridadah tepat pada waktunya adalah perilaku seseorang yang memiliki disiplin tinggi. Ia tahu bahwa datang tepat pada waktunya merupakan keutamaan bagi seorang. Nilainya lebih tinggi daripada datang di akhir waktu. Dan itu adalah perintah kebenaran yang apabila dilanggar dalam arti tidak dapat melakukan secara sungguh-sungguh untuk mendengarkan ajaran kebenaran dari dalam hati, maka akan ada sanksinya. Sanksinya semakin berat di neraka jika seseorang tidak menjalankan perintah ajaran kebenaran yang diyakini tersebut, jika orang datang karena rasa takut masuk dalam neraka tanpa memahami ajaran kebenaran sekalipun rajin belum tentu tidak dapat sanksi.

Dari sini terlihat bahwa disiplin itu tumbuh dari kesadaran dalam hati atau pengertian tentang sesuatu. Seorang pengendara mobil akan berdisiplin jika ia memahami standar berperilaku terbaik dalam berlalulintas. Tidak cukup sekedar namun memahami pula apa resikonya jika pengetahuannya tersebut tidak diimplementasikan. Seorang pengendara mobil akan berusaha disiplin berlalulintas karena takut kena tilang atau tidak mau ribut dengan polisi. Seseorang selalu sholat tepat waktu untuk mendapatkan pahala atau takut memperoleh dosa. Seorang karyawan berusaha keras untuk memenuhi target demi karir atau takut kena sanksi dari perusanaan.

Kedisiplinan akan semakin meningkat intensitasnya seiring dengan semakin cerdasnya seseorang dalam memahami sesuatu. Seseorang akan semakin mendekatkan diri kepada Allah seiring dengan meningkatnya kesadaran tentang diri dan Penciptanya. Ia makin meningkatkan ketaqwaannya untuk mewujudkan rasa syukurnya kepada Allah yang telah memberinya kehidupan.

Karena itu bisa dikatakan bahwa kuat lemahnya disiplin sangat tergantung pada seberapa jauh ia memahami sesuatu. Jika ia menetapkan standar terbaik dalam kehidupannya, sudah tentu ia akan berusaha menjadi orang yang paling disiplin di dunia. Tak ubahnya seperti sebuah cita-cita, semakin tinggi cita-citanya semakin kuatlah seseorang tersebut untuk berdisiplin.

Kenapa? Karena hanya dengan disiplin yang kuat cita-cita tersebut akan tercapai. Seseorang yang ingin meraih gelar insinyur tentunya lebih berdisiplin daripada sekedar berkeinginan untuk menjadi tukang las atau tukang kayu. Standar disiplinnya jelas jauh berbeda, baik disiplin waktu, disiplin belajar, disiplin anggaran dan sebagainya.

Untuk menjadi insinyur dibutuhkan disiplin belajar yang tinggi dan membutuhkan waktu lebih lama dibanding untuk menjadi tukang las atau tukang kayu. Begitu juga biaya yang dikeluarkan tentunya jauh lebih besar. Tentu saja karena seorang insinyur lebih bergengsi daripada sekedar tukang las atau tukang kayu.

Mungkin bisa disimpulkan bahwa untuk memiliki disiplin yang tinggi seseorang harus menerapkan standar terbaik di dalam hidupnya. Artinya, ia harus punya cita-cita atau obsesi yang tinggi karena obsesi atau cita-cita tersebut akan membuatnya semakin bersemangat di dalam bekerja. Dan semangat tersebut akan mendorong dirinya untuk bersikukuh dengan kedisiplinannya. Menjadi yang terbaik merupakan anjuran agama. Karena semakin baik (cerdas) akan semakin bermanfaat bagi sesamanya. Dan Tuhan menyukai hamba-Nya yang suka menebarkan kebaikan di muka bumi ini.

Abraham adalah satu-satunya tokoh Alkitab yang mengabdikan diri (secara aktif) selama 100 tahun kepada Allah. Selama berpindah-pindah tempat itu, ia sama sekali tidak tergoda untuk mengikuti allah-allah bangsa lain. Sejak ia membuka hatinya untuk memenuhi panggilan Allah di Ur-Kasdim, sampai ia pindah ke Haran, Tanah Negeb, Kanaan, Mesir, Betel, Hebron, Mamre, dan tempat-tempat lain, ia bertemu dengan banyak corak keagamaan. Ia mendapat kesempatan menyaksikan cara beribadah agama-agama lain. Ia melihat praktek

politeisme di berbagai tempat. Ia juga menjumpai keanekaragaman agama-agama di sekitarnya. Namun kesetiaannya kepada Allah tidak terganggu oleh beragamnya agama yang dilihatnya.

Abraham juga tidak terpengaruh oleh kebiasaan agama dari bangsa lain, meskipun ia menyaksikannya sendiri. Abraham tetap membuat mezbah bagi Tuhan yang telah menyatakan diri kepadanya, yang telah menyertai dia selama ia berada di tengah-tengah bangsa tersebut. Ia tetap berpegang teguh pada imannya, pada komitmen atau motivasinya untuk memenuhi panggilan Allah.

Sejak pertemuan Abraham yang pertama dengan Allah di Mesopotamia itu, sampai akhir hidupnya, ia tetap setia melayani Allah. Ia adalah contoh tokoh yang memperagakan kesetiaan yang paling agung sepanjang sejarah penyelamatan manusia. Bagi Abraham, hanya ada satu Allah, yaitu Allah yang telah menampakkan diri kepadanya di tempat kelahirannya itulah Pribadi yang disembahnya sepanjang hidupnya.


  1. Disiplin Akan Tumbuh Dengan Latihan dan Kebiasaan

Faktanya memang demikian. Ala bisa karena biasa, kata pepatah. Kebiasaan membuat segalanya nampak lebih mudah. Seseorang akan merasa ringan bangun pagi jika sudah terbiasa, sebaliknya bagi orang yang tidak terbiasa akan membuatnya tersiksa. Kebiasaan besar pengaruhnya dalam membangun karakter yang berdisiplin.

Disiplin tidak tumbuh dengan sendirinya, tapi melalui kebiasaan dan latihan. Disiplin membutuhkan suatu proses yang rutin dan tak kenal lelah. Sebatang pohon tidak mungkin langsung menjadi besar, namun melalui proses setahap demi setahap sebelum mencapai puncak ketinggiannya.

Disiplin tidak begitu saja jatuh dari langit seperti perkiraan sebagian orang. Mereka yang ngotot dengan anggapannya tersebut hanya akan menuai penyesalan di kemudian hari. Bahkan hujan yang kata orang jatuh dari langit sebenarnya mengalami proses berkali-kali sebelum menjadi titik hujan dan akhirnya jatuh ke bumi.

Soegeng Priyodarminto, mengatakan bahwa disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan. Baik di lingkungan keluarga, kantor maupun masyarakat luas. Kebiasaan tersebut harus sudah ditanamkan sejak masih kanak-kanak. Disiplin sebenarnya adalah sikap mental seseorang. Dan sikap mental itu dapat dikembangkan dengan berbagai cara, antara lain :


  1. Pendidikan informal di dalam keluarga, pendidikan formal di sekolah dan pendidikan non formal di tengah masyarakat.

  2. Latihan-latihan yang terutama menekankan pada pembentukan kebiasaan untuk bersikap patuh dan taat serta mampu mengendalikan. Penanaman pengaruh dalam bentuk pemberian keteladanan atau panutan, koreksi, ganjaran, pujian serta hukuman.

Seorang anak yang sejak kecil sudah dibiasakan menggosok gigi, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan yang positif. Sebaliknya, seorang anak yang sejak kecil sudah bergaul dengan lingkungan yang jorok dan kasar, maka lingkungan tersebut akan membentuk dirinya sebagai pribadi yang jorok dan kasar.

Kebiasaan atau keteladanan merupakan faktor dominan dalam membangun disiplin diri. Hal ini kerap diabaikan karena adanya anggapan yang salah tentang disiplin itu sendiri. Ada orang tua yang enggan membiasakan anaknya untuk bangun mandi dengan asumsi bahwa anaknya akan memiliki kebiasaan itu dengan sendirinya.

Nyatanya setelah anaknya beranjak dewasa apa yang dikatakannya dulu menyimpang jauh dari kenyataan. Begitu pula dengan sikap orang tua yang cenderung membiarkan anaknya belajar sesuka hatinya, semakin lama semakin malaslah si anak untuk belajar. Karena ia diajari untuk terbiasa belajar dan tidak ada ganjaran atau sanksi jika ia rajin atau malas belajar.

Cobalah kita saksikan apa aktivitas rutin di sekolah. Latihan, bukan? Guru melatih murid-muridnya untuk disiplin menulis, membaca, menghitung, menganalisa, menggambar dan sebagainya. Aktivitas keseharian tersebut tanpa disadari akan menjadi kebiasaan bagi murid-muridnya. Awalnya mungkin untuk susah melatih murid-muridnya disiplin membaca. Akhirnya tanpa diminta pun mereka akan disiplin membaca, menulis atau menggambar.

Seorang prajurit dilatih dengan keras sebelum menghadapi medang pertempuran. Latihan fisik merupakan bagian dari pekerjaan utama dalam dunia kerja kemiliteran. Sebagai anggota prajurit sabar dan sadar pada tugas tanggungjawabnya sebagai anggota selalu taat kepada komandannya, sekalipun dipukul diterima dengan respon siap komandan. Waktu tidur bangun, mandi, makan dan kerja diatur sedemikian rupa, sehingga mereka selalu siap sedia kapan saja waktu baik atau buruk, dimana saja menunjukkan kualitas dunia kerja kemiliteran kedisiplinan tinggi.

Seorang olahragawan melatih diri dengan keras sebelum menghadapi arena pertarungan lawannya. Latihan tubuh tanpa lelah merupakan awal keberhasilan dari seorang olaragawan. Kita tidak pernah mendengar seseorang olahragawan menang dalam pertarungan dengan walannya tanpa latihan. Latihan mental dan fisik merupakan unsur pokok bagi seorang olahragawan, agar waktu bermain tidak membuang tenaga tanpa sasaran tujuan goalnya.

Abraham mendidik iman kepada anaknya. Integritas Abraham yang lain, yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilannya dalam mendidik Ishak, anaknya, secara rohani. Ia mengajar Ishak supaya mengikuti perintah Tuhan "Sebab Aku telah memilih dia supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan, dengan melakukan kebenaran keadilan dan supaya Tuhan memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya” (Kej. 18 :19).

Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan bahwa Abraham berhasil melaksanakan tugas itu dengan baik.Keturunan berikutnya mewarisi pola pendidikan iman Abraham. Pola inilah yang kemudian hari dikembangkan menjadi pola pendidikan Yahudi yang baku, yakni pendidikan syema di Israel (Ul. 6: 4-9).

Dunia mengenal Abraham sebagai bapa orang beriman, namun janganlah kita memegang Abraham hanya karena sebutannya tersebut. Jauh lebih indah kalau kita mau meneladani kehidupan imannya dan belajar sebagaimana cara dia menghadapi tantangan dan cobaan sehingga ia disebut bapa orang beriman.


  1. NIAT UNTUK BERSIKAP DISIPLIN

Sesungguhnya segala sesuatu tergantung pada niatnya kalau niatnya baik hasilnya akan baik pula. Kata Marcus Aurelius, hidup ini ditentukan oleh diri kita sendiri. Bukan oleh orang lain. Kalau kita memandang kehidupan ini dari sisi positifnya, maka kita akan memperoleh kebaikan. Dan jika kita menganggap hidup ini suram, maka keburukan yang akan kita dapatkan seperti anak kecil makan ikan dengan tulangnya ia akan mengatakan ikan jelek dan sebaliknya ia makan dagingnya akan mengatakan ikan enak atau baik.

Pola pikir demikian akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap kedisiplinan. Bagi orang yang selalu berpikir positif disiplin menjadi kemutlakan. Kedisiplinan itu akan tumbuh dan berkembang di dalam hatinya dengan sejumlah alasan yang masuk akal. Hampir tidak ada sisi gelap sedikitpun tentang disiplin bagi orang-orang yang menyadari betapa disiplin akan menentukan masa depannya.

Marilah kita merenung sejenak, bukalah mata dan mata hati lebar-lebar. Mari kita kaji dan analisa bersama-sama, adakah sisi negatif dari kedisiplinan? Pernahkah kita mendapatkan pengalaman buruk dari praktik kedisiplinan kita? Cobalah untuk berpikir seobyektif mungkin agar kita dapat memperoleh gambaran yang adil tentang disiplin itu sendiri.

Kiranya tidak ada seorang pun yang menginginkan masa depannya membentang redup seperti lampu yang kehabisan minyak. Setiap orang mendambakan hidup bahagia baik lahir maupun batin, dunia dan akherat. Namun tidak setiap orang mampu melihat kenyataan bahwa masa depan adalah kerja keras. Masa depan artinya disiplin.

Persoalannya kembali berpulang pada kesadaran manusia dari dalam hati sendiri. sejauh mana ia menyadari eksistensi dirinya dan sebesar apa cita-citanya untuk meraih masa depan yang lebih baik. Semakin tinggi kesadarannya, semakin besar keyakinannya tentang buah kedisiplinan antara lain adalah :




  1. Meyakini Bahwa Disiplin Adalah Sesuatu Yang Positif

Dengan sedikit perenungan saja kita akan mengakui bahwa disiplin adalah sesuatu yang positif. Tidak sutit untuk menjelaskan kenapa demikian, karena kita bisa dengan mudah menemukan bukti-buktinya secara kongkret. Bukti-bulti tersebut dapat kita jumpai di mana-mana semudah mencari pasir di laut.

Seorang anak yang terbiasa berdisiplin akan mendapatkan buah dari kedisiprinannya di kemudian hari. Jika ia berdisiplin menabung setiap hari, maka ia akan tumbuh menjadi orang yang hemat dan bisa menghargai uang. Dan jika ia berdisiplin belajar, maka ia tumbuh menjadi murid yang cerdas. Disiplin akan membantu menggapai cita-citanya.

Di kantor demikian pula. Seorang karyawan yang berdisiplin melaksanakan proyek secara tertib dan sesuai target, maka karirnya akan cepat naik. perusahaan membutuhkan orang-orang yang punya disiplin tinggi, karena itu mencerminkan seorang pekerja keras. pandai saja tidak cukup pada jaman ini, sebab tanpa kedisiplinan kepandaiannya tersebut tidak akan bisa dioptimalkan.

Di tengah masyarakat pun disiplin membuahkan dampak positif. Apabila seruruh desa masyarakatnya sudah berdisiplin menjaga kebersihan, hasilnya adalah sebuah desa yang bersih dan indah. Citranya sebagai desa yang bersih menyebar ke mana-mana, dan mungkin saja suatu saat akan mendapatkan penghargaan atas kebersihannya itu.

Seseorang yang terbiasa untuk datang tepat waktu dan pada ibadah kelurga tempat orang lain, bukan saja ia akan mendapatkan nilai plus di mata Allah tetapi juga akan berdampak positif bagi dirinya sendiri. Ia akan tumbuh sebagai pribadi yang mampu menghargai waktu, tidak mau menunda-nunda pekerjaan dan tidak suka mengulur-ngulur waktu. Hal ini akan berpengaruh pada kehidupannya secara luas, ia bisa mengelola waktunya dengan baik.

Adakah sisi negatif dari ilustrasi di atas? Rasanya tidak ada. Disiplin membuat segalanya berjalan lebih mudah, bukan malah sebaliknya. Ilustrasi di bawah ini mungkin akan memperjelas kita dalam melihat disiplin sebagai sesuatu yang positif. Nampaklah bahwa sesuatu yang sepertinya tidak mungkin menjadi sangat mungkin.

Ada seorang karyawan yang bergaji pas-pasan namun punya niat untuk kuliah lagi. Padahal ia sudah punya istri dan seorang anak yang masih balita. Gajinya hanya cukup untuk makan sehari-hari dan sedikit sisanya untuk ditabung. Rasanya mustahil ia bisa kuliah jika tidak ada orang yang mau membantunya. Kuliah sama artinya dengan beristri lagi.

Tetapi ternyata ia bisa. Bagaimana caranya? Ia menerapkan disiplin anggaran secara ketat. Ia mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan, kebutuhan menjadi prioritas utamanya. Tetapi ia tidak mau bermain-main dengan keinginan, karena itu ia menahan diri untuk bersabar ketika istrinya minta dibelikan DVD.

Menurutnya, kuliah adalah kebutuhan sedangkan DVD adalah keinginan. Orang bisa hidup tanpa DVD, namun karir akan susah meningkat jika ia tidak kuliah lagi. Ia memilih karir, karena bila karirnya meningkat bukan saja DVD yang bisa dibeli bahka mobil pun bukan sesuatu yang mustahil.

Walaupun tertatih-tatih akhirnya ia berhasil menyelesaikan kuliahnya. Dengan sarjananya itu ia bisa nyambil kerja dimana-mana dan karirnya sedikit demi sedikit meningkat. Hidupnya mulai bersinar, namanya mulai diperhitung. Ia tidak akan menyesal walaupun ia baru bisa membelikan istrinya DVD lima tahun kemudian. Tetapi andai DVD itu dibeli lima tahun lalu, mungkin ia tidak bisa kuliah.

Contoh pemeliharaan Tuhan pada masa kering adalah Elia. Elia dipanggil Allah untuk melayani di Kerajaan Utara selama pemerintahan dinasti Omri. Pada suatu hari Tuhan berfirman kepadanya supaya ia pergi ke tepi Sungai Kerit untuk mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya. Sungai Kerit adalah sungai kecil yang terletak di sebelah timur sungai Yordan di wilayah Gilead. Di sinilah Elia menyembunyikan diri dari Raja Ahab.

Selama dalam pengasingan itu, Elia mengalami pemeliharaan Allah yang luar biasa. Allah menyuruh burung gagak membawa roti bakar dan daging kepadanya pada waktu pagi dan petang. Allah juga menyuruh Malaikat membawa roti kepadanya ketika ia berada di dalam gua. Tuhan memberikan pemeliharaan ilahi ini karena hujan tidak akan turun selama tiga tahun lebih, sehingga menimbulkan kelaparan dan kesusahan di antara penduduk Israel (1 Raj. 17:1).

Selang beberapa waktu, sungai itu menjadi kering. Lalu Tuhan menyuruh Elia pergi ke rumah seorang janda di Sarfat. Janda miskin ini tidak memiliki cukup persediaan makanan. Ia hanya mempunyai segenggam tepung dalam tempayan, dan sedikit minyak dalam buli-buli. Janda dan anaknya ini mungkin hanya akan bertahan hidup selama beberapa jam, setelah itu mereka akan berhadapan dengan maut. Ia berkata kepada Elia, “Setelah kami memakannya, maka kami akan mati" (1 Raj. 77 I2).

Dalam keadaan krisis seperti inilah Elia datang untuk memberi pengharapan kepada janda tersebut. Ia berkata, "Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktuTuhan memberikan hujan ke atas muka bumi" (ayat 14). Perkataan Elia ini memang terbukti selama masa kering itu berlangsung. Selama janda di Sarfat itu menaati firman Tuhan yang diucapkan melalui perantaraan Elia, kelaparan tidak akan menimpa mereka.


  1. Yüklə 0,58 Mb.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin