Daftar isi kata pengantar I daftar isi II pendahuluan 1 I : memahami hakekat disiplin


MEMOTIVASI DIRI MELALUI KESADARAN ROHANI DAN KESABARAN EMOSIONAL



Yüklə 0,58 Mb.
səhifə11/12
tarix15.01.2019
ölçüsü0,58 Mb.
#96944
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   12

MEMOTIVASI DIRI MELALUI KESADARAN ROHANI DAN KESABARAN EMOSIONAL

Melihat dan mendengar peristiwa kehidupan yang sulit diterima akal sehat, seperti pemerkosaan anak kandung, anak membunuh orang tua, atau pembunuhan multilasi maupun pengoroyokan yang mematikan, polisi dan hakim menjadi aktor kejahatan penculikan atau menjelamatkan koruptor serta perbuatan keji lainnya, menggambarkan bagian manusia di muka bumi yang mengaku beragama tetapi tidak mencerminkan agamanya.

Demikian juga konflik yang menyangkut suku, agama, ras dan politik, serta peristiwa lainnya di muka bumi tidak pantas, dilakukan kecuali oleh manusia biadab atau tanpa moral, yang mampu membunuh kapan dan di mana saja, tanpa penduli hukum negara, hukum masyarakat atau ajaran keyakinan masing-masing agama.

Apakah mereka dapat disebut bermoral yang ber Tuhan atau saya yang memikirkannya tidak mengerti dan memahami agama, atau pikiranku dikuasai iblis dan telah sakit jiwa? Karena menurutku andaikata Tuhan mengatur dan menentukan kehidupan manusia setiap saat, Tuhan tidak akan memberikan manusia berbuat jahat.

Pemikiranku yang memahami agama yang beragam serta berorientasi memperjuangkan kebenaran yang diyakini, tidak mampu mempersatukan manusia, karena agama yang tadinya dianggap pembawa kedamaian perlu dikaji secara mendalam, agar agama tidak sekendar menjadi symbol, status atau alat meraih kekuasaan.

Andaikata Tuhan yang pencipta alam semesta dan juga merencanakan terjadinya bencana alam yang menciptakan penderitaan untuk menghukum atau mencoba manusia atas perilakunya, maka Tuhan tidak adil, karena bencana alam tidak membedakan manusia yang berperilaku baik atau berperilaku jahat dan si kaya atau si miskin.

Andaikata Tuhan yang mengatur kehidupan setiap saat, serta penentu kebahagiaan atau penderitaan dan kesejahteraan atau kemalaratan, dengan pertimbangan patuh atau tidak patuhnya manusia menjalankan ajaran keyakinan, maka Tuhan mencipta agar berkuasa dan berhak mengatur ciptaan-Nya.

Dengan demikian pemahaman manusia beragama yang memuja maupun memuji Tuhan, serta bersyukur kepada Tuhan atas perolehan kehidupan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan adalah perilaku yang sama seperti kepada raja, sehingga kewajiban Tuhan sama dengan kewajiban raja, serta berkuasa atas dukungan.

Apabila Tuhan memberi kedamaian, keadilan dan yang menghapuskan dosa, maka manusia tidak takut meraih kekayaan, jabatan maupun kekuatan dengan kejahatan, karena perbuatan kejahatan dapat dimaafkan melalui ritual yang dianggap kehendak Tuhan, dengan demikian kejahatan akan subur dan meningkat kualitasnya.

A. Keberadaan Tuhan
Tuhan adalah kekuatan pencipta alam semesta yang tidak tercipta, dimana pencipta yang disebut Tuhan tidak berwujud maupun berkomunikasi dengan ciptaan, akan tetapi keberadaan-Nya dapat dirasakan dan diyakini melalui ciptaan-Nya.

Tuhan milik semua makhluk yang berada di muka bumi dan alam semesta. Tuhan hanya menginginkan, umat-Nya penuh kasih untuk menciptakan suasana bumi yang adil dan makmur. Tuhan tidak menciptakan Agama dan keinginan memecah belah kelompok manusia di bumi.

Agama tercipta dan diciptakan manusia dalam upaya persaingan mendekatkan diri pada Tuhan. Upacara ritual yang bermuatan puji-pujian pada Tuhan, diciptakan menarik perhatian Tuhan pada yang melaksanakan ritual pemujaan. Perhatian dan pemberian yang di sebut anugrah dari Tuhan tidak dapat dinilai dari materi, karya dan sarana penghidupan lainnya.

Anugerah yang diterima dari Tuhan hanya dirasakan orang perorang dan merupakan kenikmatan yang sulit digambarkan pihak lain. Imbalan anugerah yang diinginkan Tuhan adalah perbuatan yang dapat bermanfaat pada tujuan dan keinginan Tuhan di bumi. Surga di bumi akan dinikmati apabila kita memberikan kebahagiaan pada orang tanpa merugikan pihak lain.

Semua agama dan keyakinan di bumi mengakui kebenaran Sang Pencipta yang menginginkan kasih dan perdamaian sesama makhluknya, dengan demikian perbedaan agama dan keyakinan hanya proses kehidupan dalam mendekatkan diri pada Tuhan yang tidak perlu dipersalahkan.

Ketentuan atau pedoman kehidupan yang diyakini sebagai perintah pencipta oleh kaum religius maupun aliran spiritual, yang menyakini bahwa pencipta mengatur setiap saat kehidupan di alam semesta. Keyakinan yang membebaskan memahami bahwa Tuhan telah mencipta kesempurnaan alam semesta, yang di lengkapi hukum proses alam, serta memberikan kebebasan dan kemandirian kepada ciptaan khususnya manusia untuk merencanakan dan mengatur kehidupannya, menjadikan kehidupan adalah pengenapan Tuhan.

Dengan demikian, keadaan kehidupan dapat disebut anugerah penciptaan yang diperoleh secara alamiah, yang menjadikan ciptaan wajib mengutarakan kehendak dan menjelaskan perilaku maupun memohon keinginan kepada Tuhan, karena Tuhan pencipta yang mengenai hukum proses alam dan pemberi mukjizat.


Tidak Berawal

Tidak Berakhir

Bukan Roh

Bukan Wujud

Bukan Pribadi



KEBERADAAN

TUHAN







Maha Pencipta

Maha Kuasa

Maha Mengetahui

Maha Mulia

Maha Adil

Maha Pengasih


Identitas

Penjelasan

Puji dan Puja

Dukungan

Perantara


Gbr 1 : Skema Keberadaan Tuhan
Ada karena dicipta dan tercipta karena keberadaan pencipta, menjadikan alam semesta yang tercipta sangat sempurna, hanya mampu dicipta oleh kekuatan pencipta yang tidak berawal dan tidak berakhir, dimana penciptaan alam semesta beserta seisi alam yang tidak dijelaskan pencipta-Nya, diyakini dicipta kekuatan yang Maha Besar di dalam tulisan disebut Tuhan.

Meyakini Tuhan pencipta alam semesta yang tidak pernah menjelaskan hakekat kehendak maupun cara penciptaan alam semesta, menjadikan penciptaan dan akhir alam semesta tidak akan pernah diketahui ciptaan-Nya, dimana keberadaan Tuhan yang tidak teridentifikasi waktu dan ruang, memberikan keyakinan bahwa Tuhan ada karena keberadaan ciptaan-Nya.

Tuhan yang tidak mampu teridentifikasi akal manusia, memberikan keyakinan bahwa Tuhan bukan wujud maupun roh yang dapat dirasakan, walaupun dapat diyakini berdasarkan penciptaan alam semesta yang memiliki kesempurnaan, sehingga mempersaingkan Tuhan dengan kekuatan pencipta lainnya, menjadikan Tuhan tercipta dari kekuatan.

Menyakini bahwa alam semesta dicipta oleh kekuatan yang dapat diidentifikasi, terjadi sejak peradaban manusia butuh perlindungan atau pertolongan dari kekuatan yang melebihi kekuatan manusia, dimana kekuatan yang ditafsirkan berdasarkan fungsi atau wujud, disebut sebagai pencipta alam semesta yang memiliki keragaman sesuai keyakinan dan kepercayaan manusia.

Timbulnya keyakinan atas wahyu yang menjelaskan tentang keberadaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta yang memiliki wujud berupa roh, zat atau material yang mampu diidentifikasi, menjadikan Tuhan satu dalam tiga wujud serta memiliki ciri pencipta, penjelamat dan penghibur umat manusia.

Peralihan peradaban kebudayaan yang berkembang ke peradabaan agama, menjadikan penyebutan nama pencipta mengalami perubahan, sehingga Kristen menyebut Allah Bapa, Islam menyebut Allah, Hindu menyebut Hyang Widi Wasa maupun nama lain yang dimuliakan sesuai keinginan dari yang menyebut. Penyebutkan nama dalam memfokuskan objek yang dipuja, memiliki makna dan pengertian menyangkut wujud, fungsi dan siapa maupun bagaimana serta di nama Tuhan, mendorong keinginan setiap ajaran keyakinan mengklaim bahwa Tuhan yang diyakininya adalah Tuhan dalam kebenaran dan hakiki.


B. Keberadaan Manusia

Surga dan neraka tidak pernah diciptakan Tuhan, karena surga akan tercipta di dalam diri sendiri apabila berperilaku baik dan neraka akan dirasakan apabila berperilaku jahat, Tuhan menciptakan alam semesta dan menjadikan manusia makhluk tercerdas, yang berperilaku budibaik dalam mewujudkan cinta, damai, adil dan toleransi mencapai sejahtera. Obyek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan sesuatu menjadi indah, apabila matahati merasakan keindahan disebut manusia religius antara lain :




  1. Manusia religius, menghargai orang lain untuk memilih dan menentukan sendiri jalan hidupnya, sebab dianya sadar betapa indah dan berharga kemerdekaan manusia.

  2. Manusia religius, tidak berhenti mencari kebenaran dan mengajak kawan menikmati kebenaran yang dia temukan secara yakin dan jujur.

  3. Manusia religius, selalu berupaya mencari untuk menemukan kepribadiannya sendiri, agar dia mampu berdiri di atas keyakinan pribadinya.

  4. Manusia religius, tidak munafik karena dianya sadar atas keterbatasan manusia dan mengetahui hanya Tuhanlah satu-satuNya yang benar dan terbesar.

  5. Manusia religius, bahagia bila pematuh perintah Tuhan bertambah banyak dan ikut prihatin bila jumlah umat yang setia dan taqwa pada Tuhan mengecil.

  6. Manusia religius, menghayati, mangamalkan dan melaksanakan agamanya, demi kebahagiaan yang dia cintai dan seluruh makhluk Tuhan.

  7. Manusia religius, kesatria yang jujur, sanggup mencintai, memiliki rasa solidaritas iba dan bela atas penderitaan serta memiliki keiklasan atas duka dan kegembiraan. Kerukunan dan saling menghargai sesame umat Tuhan atas agama, kepercayaan dan keyakinan, merupakan keinginan Tuhan yang hanya dapat dihayati dan dimengerti.

  8. Manusia religious, dinamika yang menghidupkan dan kreaktivitas yang menyegarkan, hanya datang dari manusia yang berkehidupan kualitas tinggi dan memiliki sikap religius, penghayatan religious, memurnikan citra tentang Tuhan.









Gbr 2. Skema keberadaan manusia.

Keadaan kehidupan dari setiap pribadi tidak sama, karena manusia memiliki kemampuan kodrat berbeda saat dilahirkan maupun dalam kehidupan selanjutnya, menjadikan keterkaitan penataan kehidupan berperan menentukan tingkat kemampuan daya saing dalam memanfaatkan potensi dan fungsi sumber daya alam untuk mempertahankan kehidupan.

Keadaan kehidupan adalah proses dari input perilaku sebelum maupun saat ini, menjadikan sebab dan akibat proses kehidupan belum mampu dirumuskan oleh pikiran yang rasional, sehingga hasil proses kehidupan yang sulit diperhitungkan dengan pasti, dapat dirasakan maupun diperkirakan sendiri dengan evaluasi perilaku sebelum dan saat ini.

Dengan demikian perbuatan kejahatan tidak otomatis memperoleh sanksi berdasarkan kualitas kejahatan atau kebaikan otomatis memperoleh imbalan sesuai kualitas kebaikan, seperti pengertian dari hukum karma yang mungkin meyakini bahwa kejahatan atau kebaikan otomatis menerima sanksi atau imbalan sesuai perilaku atau perbuatan yang dilakukan sebelumnya.

Apabila menyakini anugerah Tuhan saat penciptaan adalah kesempurnaan alam semesta yang dilengkapi hukum proses alam dan keberadaan manusia sebagai makhluk tercerdas yang bebas dan mandiri berbuat baik atau jahat, maka keadaan kehidupan sebagai hasil proses kehidupan, diartikan anugerah Tuhan setiap saat.

Mengingat keberadaan seisi alam dapat dikuasai dengan perencanaan dan penataan kehidupan yang terkait dengan sebab dan akibat melalui upaya maksimal tanpa perlu melaksanakan ritual sesuai ketentuan ajaran keyakinan tertentu, akan memberikan pemahaman bahwa kehidupan adalah kemandirian yang memerlukan mekanisme. Menjadikan keberhasilan atau ketidakberhasilan kehidupan didasarkan atas interaksi kehidupan bukan keterkaitan kualitas pendekatan diri kepada Tuhan, sehingga derita, nikmat, umur panjang, kematian atau keadaan kehidupan lainnya tidak terkait rencana maupun ketentuan Tuhan.

Penataan kehidupan dalam upaya meningkatkan kualitas kodrat, dapat dilakukan dengan pengendalian ambisi, emosi, dendam, nafsu maupun perilaku lainnya yang mampu memperkecil resiko interaksi kehidupan, dimana pengendalian dimaksud menjadi input kebaikan yang terproses, untuk memperbesar peluang meraih keinginan.

Pemanfaatan sumber daya dan interaksi alam dalam kehidupan dipengaruhi lingkungan maupun kebiasaan, sehingga kebahagiaan dan kehidupan sejahtera yang berdeda di kutub, berbeda dengan kebahagiaan dan kehidupan sejahtera yang berada di daerah tropis, karena adanya perbedaan sarana dan prasarana yang terdapat di daerah masing-masing.

Daerah tropis yang memiliki keragaman sumber daya alam berpotensi dijadikan sarana dan prasarana kehidupan meraih kenikmatan maksimal, dimana mekanisme kehidupan lebih bervariasi dibandingkan kehidupan di daerah kutub yang sederhana, karena memiliki sumber daya alam yang terbatas.

Sumber daya alam yang beragam dapat dimanfaatkan meningkatkan kehidupan melalui ilmu pengetahuan menciptakan daya saing, dimana ilmu pengetahuan yang mendorong ambisi, keserakahan dan egoisme menguasai tanpa mempedulikan kebersamaan dan keterkaitan seisi alam, akan merusak kehidupan.

Pemanfaatan keragaman sumber daya alam, memiliki perbedaan sesuai kondisi maupun situasi, menjadikan manusia sebelum maupun setelah peradaban memiliki kebutuhan yang berbeda, dengan demikian tingkat ilmu pengetahuan menimbulkan perbedaan kebutuhan, yang mengakibatkan kesenjangan supply dan demand di tempat tertentu.

Peningkatan kebutuhan tidak terbatas hanya pada perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga akibat meningkatnya populasi manusia, menjadikan sumber daya alam setempat tidak mencukupi kebutuhan, sehingga terjadi benturan kepentingan yang dapat diatasi dengan pendistribusian kebutuhan yang seimbang.

Penguasaan sumber daya alam yang dilakukan dengan keserakahan, akan menciptakan ketidakadilan dan kerusakan keterkaitan dalam kebersamaan, akibat nikmat pribadi egois yang merusak kelestarian alam, menjadikan persaingan memperebutkan kebutuhan dan keinginan dapat membawa kesengsaraan, karena kepentingan pribadi atau kelompok tanpa kepedulian atas kelestarian alam, terlihat dari perilaku oknum, kelompok atau negara yang membabat hutan maupun penambangan mineral yang merusak struktur alam atau terjadi pemusnahan flora dan fauna langka serta tindakan lainnya.

Demikian juga pembuatan senjata kimia atau senjata pembunuh massal lainnya untuk penindasan, yang mengakibatkan penderitaan seisi alam, merupakan tindakan memperalat kesempurnaan penciptaan alam semesta untuk menghancurkan hakekat penciptaan yang seharusnya tidak terjadi di masa peradaban.




C. Memotivasi Diri Dalam Disiplin Kesadaran Rohani Melalui Kalimat Bijak

Meningkatkan kualitas disiplin diri bisa dengan banyak cara. Salah satunya adalah melalui pemahaman dan penghayatan kalimat-kalimat bijak. Merenungkan makna yang terkandung dalam kalimat bijak dan mencermati praktek kehidupan sehari-hari, akan memberikan dorongan dalam diri untuk berbuat yang lebih baik.

Bagian ini memuat beberapa kaliamat bijak yang dipilih dan diberikan ulasan secara singkat sehingga pembaca bisa menangkap maknanya secara cepat. Berbagai sumber digunakan dalam penulisan bagian ini, sementara nilai-nilai ajaran kebenaran terutama kitab Mazmur banyak dimasukkan dengan harapan akan lebih memantapkan dalam menghayatinya. Dan kalimat-kalimat bijak berikut ini:

Tuhan Tidak menjelaskan keberadaannya kepada manusia, karena kekuatan dan akal dari Tuhan mampu meyakini keberadaannya.

BK 9 : 1

Kecerdasaan atau akal sehat manusia yang berasal dari anugerah Tuhan, mampu mengungkap hukum proses alam dan memperkirakan interaksi alam serta meyakini bahwa ada karena dicipta, menjadikan keberadaan pencipta yang bukan wujud atau roh yang tidak dapat dilihat maupun dirasakan secara fisik, dapat diyakini berdasarkan kesempurnaan penciptaan-Nya.

Keyakinan manusia pada keberadaan Tuhan, dapat dirasakan melalui penciptaan alam semesta yang sempurna maupun keberadaan interaksi kehidupan yang terkedali dengan keberadaan hukum proses alam, sehingga Tuhan tidak perlu berkomunikasi dengan manusia untuk menjelaskan keberadaan-Nya maupun menjelaskan cara dan masa penciptaan alam semesta.

Adanya pengakuan oknum yang menyatakan bahwa keberadaan Tuhan serta penjelasan atas penciptaan alam semesta dilakukan berdasarkan wahyu yang diterima dari Tuhan, merupakan pengakuan yang juga dapat dilakukan oleh pribadi setiap jaman, karena manusia yang terdiri dari jiwa dan raga memiliki kemampuan yang sama ketika diciptakan.


Tuhan menganugerahkan Manusia kebebasan dan kemandirian serta kecerdasaan mengelola seisi alam untuk kebaikan atau kejahatan.

BK 9 : 2

Manusia saat penciptaan alam semesta telah dianugerahkan kesempurnaan, kebebasan dan kemandirian maupun kecerdasan yang lebih baik dibanding ciptaan lainnya, tetapi saat dilahirkan pasca penciptaan, manusia memiliki bentuk, sifat, kemampuan, karakter maupun tingkat kecerdasan yang berbeda akibat pengaruh kondisi dan situasi maupun gen orang tua.

Kebebasan mendayagunakan sumber daya alam serta kemampuan manusia mengungkap sebagian hukum proses alam menjadi ilmu pengetahuan, terbukti dari ilmu pengetahuan yang mampu menangkal maupun menyembuhkan penyakit atau pengetahuan lain yang tidak dikuasai ciptaan lainnya, membuktikan manusia lebih cerdas dibanding makhluk lainnya.

Ilmu pengetahuan yang mampu mendayagunakan serta mengantisipasi akibat pengaruh interksi alam, berupa ilmu pengetahuan ekonomi dan teknologi atau pengetahuan lainnya, dapat memberikan kemakmuran atau kerusakan bagi seisi alam, yang mempengaruhi kehidupan sosial budaya maupun kehidupan spiritual dan kehidupan lainnya dari manusia.

Tingkat kecerdasaan manusia yang mampu menguasai, mengarahkan dan memperhitungkan sebagian dari interaksi seisi alam, akan memberikan kesempatan kepada manusia untuk mengelola serta memanfaatkan seisi alam, dengan wajib memelihara pertumbuhan seisi alam menciptakan keseimbangan dan keselarasan.

Kecerdasan manusia menguasai ciptaan lainnya atau saling menguasai di antara manusia, menumbuhkan dinamisme mempertahankan eksistensi, dimana keragaman keinginan memperoleh nikmat dan bahagia, akan menimbulkan persaingan yang dilakukan dengan cara kebaikan atau kejahatan.

Menyedari adanya persaingan dalam kebebasan yang berjalan alamiah mempertahankan kehidupan, akan memperbesar keyakinan, bahwa Tuhan tidak mengatur kehidupan setiap saat, dimana meyakina bahwa Tuhan mengatur keadaan alam semesta khususnya manusia, akan menimbulkan kepasrahan terhadap keadaan.

Kepasrahan terhadap keadaan atau meyakini keadaan yang dialami merukapan pemberian Tuhan berdasarkan menimbulkan pemahaman bahwa Tuhan adalah juri sekaligus hakim yang menentukan sanksi atau imbalan, dimana keadaan yang disebut nasib akan berubah apabila dimohon kepada Tuhan.

Kebebasan manusia untuk menguasai, memanfaatkan maupun mengelola seisi alam, tanpa petunjuk atau perlindungan Tuhan, disebabkan alam semesta telah dicipta sempurna dan memiliki keterkaitan di antara ciptaan, yang dapat berfungsi sebagai sarana dan prasana dalam pengelolaan dan perlindungan alam.
Perbuatan berdasarkan ilmu pengetahuan apabila menciptakan kabaikan adalah wujud anugerah kecerdasan manusia.

BK 9 : 3

Penciptaan manusia kemungkinan memiliki persamaan bentuk, warna kulit dan kecerdasan atau kesempurnaan lainnya kecuali perbedaan jenis kelamin, dimana saat dilahirkan maupun dalam proses kehidupan mengalami perubahan bentuk tubuh, kecerdasan, karakter maupun sifat atau kemampuan lain, akibat gen yang melahirkan maupun kondisi dan situasi lingkungan.

Kecerdasan atau penguasaan ilmu pengetahuan yang dipengaruhi faktor gen yang melahirkan, pendidikan, pembinaan, pergaulan, ajaran keyakinan dan faktor lainnya menjadikan kecerdasan memiliki perbedaan, dimana kecerdasan dapat diraih diri sendiri melalui kemauan, tekad, tekun dan atas penggenapan Tuhan.

Penggenapan Tuhan atas kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dalam interaksi kehidupan, akan dipahami sebagai kebenaran apabila bermanfaat mempertahankan kehidupan yang tidak merugikan pihak lain, dimana memperalat ilmu pengetahuan meraih kekuasaan materi atau spiritual adalah penyalahgunaan anugerah Tuhan.

Menguasai ilmu pengetahuan tanpa memberikan manfaat bagi kehidupan atau tanpa berupaya mengajarkan pada pihak lain, merupakan keserakahan yang meniadakan keterkaitan seisi alam, demikian juga menyalahgunakkan keterkaitan untuk merugikan pihak lain dan seisi alam adalah pengingkaran atas anugerah kecerdasan.

Mengerjakan ilmu pengetahuan yang dikuasai maupun menerapkan kebenaran yang diyakini adalah pengakuan atas anugerah kecerdasan yang diperoleh dari Tuhan, karena ilmu pengetahuan yang berdaya guna mengelola seisi alam serta kebenaran menciptakan kebaikan dalam kebersamaan adalah perwujudan hakekat penciptaan.



Menguasai atas kehendak yang dikuasai akan menciptakan kedamain, dimana berkuasa di atas ajaran keyakinan menciptakan diskriminasi.

BK 9 : 4

Kekuasaan Tuhan atas alam semesta bersumber dari penciptaan, berbeda dengan kekuasaan manusia yang diperoleh atas interaksi atau dukungan sesama ciptaan, menjadikan kekuasaan manusia memerlukan musyawarah, kekerasaan, kekuatan, keberanian maupun kemampuan membentuk hubungan penguasa dan yang dikuasai.

Kekuasaan tanpa dukungan dari mayoritas yang dikuasai dan diraih melalui kekerasan, akan menciptakan pemimpin otorier yang merempas hak asasi dari yang dikuasai, berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki berdasarkan dukungan mayoritas dan diraih melalui musyawarah, akan menjadikan pemimpin dicintai dan dipercaya mampu menciptakan keadilan.

Berkuasa tanpa persetujuan dari yang dikuasai, akan menciptakan konflik, dendam kebencian atau kejelekan lainnya, karena pemaksaan dengan kekerasan akan mengorbankan yang dikuasai berupa materi atau non materi, menjadikan pemimpin otoriter memiliki rasa khawatir dan takut, karena dibenci oleh yang dikuasai dan adanya upaya pihak lain merebut kekuasaannya.



Menganggap keberhasilan adalah imbalan atas ketaatan pada agama, akan menyebut perilakunya sesuai kehendak Tuhan.

BK 9 : 5

Meyakini keadaan kehidupan adalah kehendak maupun rencana Tuhan, akan memberikan pengertian bahwa keadaan terkait dengan imbalan maupun sanksi atas ketaatan menjalankan ketentuan Tuhan, sehingga sukses yang diraih diyakini sebagai imbalan atas perbuatan baik yang dikehendaki Tuhan, yang walaupun mungkin merugikan atau merusak keberadaan seisi alam.

Meyakini keberhasilan yang diraih sesuai pengharapan atas pelaksanaan ritual ajaran keyakinan tertentu, akan menciptakan kesombongan rohani yang menempatkan keberadaannya berbeda dengan keberadaan pihak lain yang dianggap tidak dekat dengan Tuhan, sehingga menyebut kehidupannya diberkati oleh Tuhan serta tindakannya sesuai kehendak Tuhan.

Kedekatan kepada Tuhan berdasarkan pendekatan ritual agama tertentu tidak dapat memberikan nilai tambah atas perolehan keinginan dari Tuhan, karena seperti yang telah diutarakan sebelumnya bahwa Tuhan tidak memerlukan ritual maupun mengintervensi kegiatan seisi alam, kecuali penggenapan hukum proses alam maupun pemberian mukjizat.



Pengharapan yang berbeda dengan kenyataan kehidupan, akan menimbulkan kekecewaan yang dapat mengeser keyakinan.

BK 9 : 6

Penghadapan yang menjadi idaman dari setiap ajaran keyakinan memiliki variasi yang menjadi daya tarik meyakini ajaran keyakinan tertentu, dimana ketaatan terhadap ketentuan ajaran yang dimotivasi atau berorientasi pada imbalan kenikmatan dunia atau pengharapan surga, memberikan pemahaman bahwa meyakini ajaran adalah upaya meningkatkan kehidupan.

Terjadinya perbedaan perolehan dalam kenyataan kehidupan yang tidak sesuai pengharapan yang dijanjikan berdasarkan ketentuan ajaran keyakinan, akan menimbulkan kekecewaan yang menyelahkan Tuhan, tanpa menyadari bahwa Tuhan tidak pernah berbicara kepada ciptaan-Nya serta memberikan ketentuan atas pemberian sanksi atau imbalan dalam kehidupan.

Perolehan kehidupan nyata yang berbeda dengan pengharapan, mengurangi kepercayaan terhadap ajaran keyakinan yang diatur, sehingga terjadi pergeseran keyakinan yang adakalanya mampu diperalat kelompok tertentu untuk menghimpun pengikut dari pengikut ajaran lainnya, dengan memberikan kebutuhkan kehidupan bagi masyarakat miskin di luar pengikutnya.



Agamaku adalah keyakinanku dan agamamu adalah hak asasimu yang tidak perlu didebat, karena Tuhan tidak memerlukan agama.

BK 9 : 7

Agama adalah kebenaran yang diyakini tanpa perlu pembuktian, dimana kebenaran dari kebaikan agama memiliki versi berbeda sesuai yang diyakini, menjadikan kebaikan yang dirasakan belum tentu kebaikan bagi pihak lain, dengan demikian beragama merupakan pengakuan atas ajaran tertentu yang dianggap kebenaran, walaupun belum tentu kebenaran bagi pihak lain.

Pengakuan terhadap kebenaran agama yang dirasakan tanpa menciptakan kerugiatan atau merusak seisi alam adalah pengakuan berdasarkan hak asasi yang tidak dapat dinganggu gugat, dengan demikian agama merupakan keyakinan yang tidak perlu diperdebatkan, dipertentangkan atau dipersaingkan, karena keyakinan tidak memiliki ujung pangkal yang dapat disatukan tanpa meyakini.

Memperdebatkan kebenaran dari agama tertentu sama dengan mempertentangkan asal usul keberadaan Tuhan, karena agama berbicara tentang keberadaan Tuhan atau mengajarkan ketentuan kehidupan yang berkembangan mengikuti kondisi dan situasi jaman maupun ilmu pengetahuan, tanpa menyadari Tuhan tidak beragama dan tidak memerlukan agama atau pengikut.


Jangan salahkan Tuhan apabila mengalami penderitaan maupun kekesalan, karena Tuhan tidak berkendak atas kehidupan.

BK 9 : 8

Meyakini Tuhan telah mencipta sistem dan mekanisme kehidupan atas penciptaan alam semesta, menjadikan manusia bebas mengatur kehidupannya untuk menjadi baik atau jahat maupun menjadi kaya atau miskin dan keadaan lain berdasarkan keinginan, walaupun hasil yang diperoleh tidak sepenuhnya seperti yang direncanakan, karena keadaan merupakan proses kehidupan.

Berbeda dengan keyakinan sebagian besar manusia yang meyakini bahwa musibah bencana alam, kecelakaan dan kemiskinan serta kegagalan meupun penderitaan lainnya, merupakan kehendak Tuhan yang tidak dapat diganggu gugat, menimbulkan pengertian dari sebagian yang dimiliki kualitas keyakinan yang kurang mantap, akan menyalahkan Tuhan atas keadaan yang dialami.

Berdasarkan pemikiran rasional, bahwa peristiwa alam dan peristiwa kehidupan sepenuhnya adalah akibat proses alam, dengan demikian malatapekan, penderitaan atau peristiwa lainnya termasuk kegagalan meraih keinginan tidak perlu menyelahkan Tuhan, karena Tuhan hanya sebagai pencipta alam semesta dan menggenap hukum proses alam yang tidak mengantur kehidupan ciptaan-Nya.



Masalah akan dapat diatasi tanpa khawatir apabila meyakini tindakan yang dilakukan, memberikan nikmat dalam kebersamaan.

BK 9 : 9

Kehidupan tanpa masalah adalah suatu hal yang tidak mungkin, karena masalah maupun tantangan adalah konsekuensi logis dari interaksi kehidupan, dimana tantangan atau masalah dapat diselesaikan tanpa khawatir, apabila menyadari interaksi kehidupan yang menciptakan dinamika kehidupan, memerlukan adanya evaluasi dalam penataan kehidupan.

Menata kehidupan untuk memperbesar kemampuan kodrat yang berdaya guna menyelesaikan masalah atau tantangan akan terwujud, apabila meyakini tindakan mengarah pada kebaikan yang sejalan dengan rencana kehidupan dan menjadikan masalah sebagai dinamika kehidupan yang harus diatasi, untuk meraih keinginan kehidupan.

Dinamika kehidupan yang harus dilalui maupun diatasi merupakan upaya mempertahankan kehidupan, dimana masalah akan dapat diatasi tanpa kekhawatiran serta akan memberikan nikmat dalam kebersamaan kehidupan, apabila masalah diselesaikan dengan kesepakatan yang saling memberi dan saling menerima.

Meyakini tindakan adalah kebenaran untuk kebaikan bersama, belum tentu memiliki keterkaitan, tetapi meyakini atas kebenaran dari tindakan yang dilakukan serta keinginan meredam masalah lanjutan, menjadikan penyelesaian masalah merupakan kebijakasaan dari hati nurani.

Menyelesaikan masalah tanpa menyadari kesalahan berpeluang memperbesar dan memperpanjang masalah yang menimbilkan perasaan khawatir dan takut, dimana menyelesaikan masalah dengan menyadari tindakan yang dilakukan, akan mempermudah penyelesaian masalah dan memperkecil kerugian dari yang bermasalah.



Kehidupan yang saling memberi dan saling menerima, menciptakan nikmat yang sejahtera dalam keterkaitan dan kebersamaan.

BK 9 : 10

Kebersamaan di antara pribadi atau komunitas etnis, organisasi dan kelompok ajaran keyakin serta kebersamaan lainnya berdasarkan kesempatan untuk mencapai tujuan tertentu, tidak perlu menghilangkan dan menganggu kepentingan pribadi meraih kenikmatan, kebahagiaan dan kesejahteraan maupun kepentingan lain yang menyangkut kehidupan pribadi.

Mengorbankan sebagian milik maupun keberadaan pribadi untuk kepentingan kebersamaan, merupakan perilaku yang saling memberi dan menerima, karena memberikan kebahagiaan pada pihak lain merupakan nikmat tersendiri dari yang memberikan, tetapi mengorbankan pihak lain untuk kepentingan sendiri dan tidak bersedia berkorban untuk pihak lain adalah kejahatan.

Mengambil yang bukan miliknya dapat terjadi pada setiap pribadi yang umumnya memiliki sifat ambisius, egois, cemburu, angkuh atau perilaku lain yang tidak peduli kepentingan bersama, yang menimbulkan keinginan berbuat jahat yang bertentangan dengan perilaku budibaik, karena perilaku budibaik menciptakan keadilan dalam kesejahteraan yang saling terkait.



Menuduh dan memfitnah tanpa pembuktian, menimbulkan penyakit fisik atau phsikis dari yang dituduh yang juga dianggap pembunuhan.

BK 9 : 11

Menyatakan pihak lain melakukan tindakan kejahatan tanpa pembuktian adalah tindakan menuduh, dimana tuduhan dengan merekayasa tindakan kejahatan untuk keuntungan bagi yang merekayasa tuduhan adalah fitnah yang berdampak multi efek dari kehidupan yang fitnah, antara lain menurunkannya kemampuan kodrat dibidang sosial ekonomi yang menimbulkan penderitaan.

Penurunan kemampuan kodrat sosial ekonomi, terjadi karena hilangnya kepercayaan pihak lain terhadap keberadaan diri, maupun menurunkan kepercayaan terhadap diri sendiri, yang mempengaruhi kredibilitas dan mempersempit ruang gerak kegiatan sosial ekonomi, sehingga memperkecil kemampuan kodrat dalam peluang meraih keinginan.

Beban ekonomi dan beban moral yang mengakibatkan penyakit phsikis maupun penyakit fisik bagi yang fitnah atau keluarga serta pihak yang terkait dengan fitnah, menjadikan fitnah disebut pembunuhan secara tidak langsung, karena fitnah mampu merusak kebersamaan kehidupan serta keterkaitan dalam kehidupan yang tentram, nyaman dan harmonis.


Mengajarkan kebenaran maupun menaklukkan pihak lain, hendaknya mencerminkan teladan dari kebenaran yang diyakini.

BK 9 : 12

Menaklukkan merupakan kemampuan atau kemenangan mempengaruhi dan memaksakan kehendak kepada pihak lain yang terkait dengan perilaku kehidupan di bidang sosial ekonomi, ajaran keyakinan, kekuasaan politik dan pengaruh lain yang akan menimbulkan dampak negatif atau positif pada pihak lain yang ditaklukkan maupun pihak yang menaklukkan.

Kemampuan dalam menaklukkan atau mempengaruhi pihak lain untuk meyakini ajaran keyakinan tertentu, akan efektif apabila mampu mempengaruhi dengan keteladanan kebenaran yang diyakini, sehingga pihak yang dipengaruh dapat melihat serta merasakan manfaat ajaran keyakinan yang didengar untuk dapat diyakini maupun untuk tidak diyakini.

Mempengaruhi pihak lain agar berbuat baik sesuai kebenaran yang diinginkan, akan lebih mudah apabila memiliki tekerbukaan yang berkemampuan memahami serta menghayati kehendak pihak yang dipengaruhi, dimana kebenaran tanpa membuktikan manfaat kebenaran, akan memperkecil keraguan atas kebenaran.



Hak dan kewajiban akan berjalan dengan baik, apabila mengacu pada kebersamaan yang adil dan peduli kepentingan pihak lain.

BK 9: 13

Hak yang menyatu dalam keberadaan kehidupan dan dan kewajiban yang merupakan konsekuensi keragaman keinginan dalam interaksi kehidupan, menjadikan hak dan kewajiban sebagai kehendak penciptaan perlu ditegakkan berdasarkan kebebasan yang mandiri dan bertanggung jawab, agar tercipta keserasian dan keselarasan kehidupan yang harmonis.

Menegakkan hak dan kewajiban dapat mengalami benturan yang diakibatkan egoisme, keserakahan dan ketidakpedulian yang menuntut hak tanpa kesediaan menjalankan kewajiban, dimana hak dan kewajiban akan dapat berjalan sebagaimana mestinya, apabila keinginan mengacu pada keterkaitan dalam kebersamaan yang memperbesar kepedulian dari sesama ciptaan.

Mewujudkan hak dalam kehidupan yang meliputi hak hidup, hak berkembangbiak, hak mengakui dan diakui, hak meyakini, hak mencintai, dan dicintai serta hak lainnya, akan menciptakan kesejahteraan dalam keadilan dan kedamaian dalam kebersamaan, yang dapat mencerminkan surga dalam kehidupan nyata.



Kesepakatan dapat menegakkan hak dan kewajiban, dimana pemaksaan ketentuan akan menciptakan kekuasaan Absolut.

BK 9 : 14

Hak asasi manusia tidak terukur, akan tetapi dibatasi dengan ketentuan yang disepakati atau dipaksakan, dimana ketentuan yang dipaksakan tidak akan mampu menciptakan yang berinteraksi kepada hak asasi, akan tetapi damai dan adil, yang akan menjadikan kehidupan serasi, selaras dan seimbang.

Perundang-undangan mengatur serta mengarahkan perikalu kehidupan masyarakat dan negara dengan ketentuan sanksi atau imbalan dalam menegakkan disiplin kehidupan, dimana undang-undang yang bertujuan sama akan dirasakan memiliki perbedaan apabila dibentuk berdasarkan musyarawah atau kekuasaan absolut, demikian juga dogma ajaran keyakinan yang dianggap perintah dari Tuhan.

Ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan kekuasaan absolut atau dogma akan menciptakan pemimpin otoriter, yang merusak dan mencekal demokrasi serta berpotensi menindas pihak tertentu, karena adanya keinginan menguasai tanpa kepedulian atas hak asasi untuk menegakkan keadilan dalam hak dan kewajiban.



Masalah dapat diselesaikan dengan adil, apabila menghidari kebencian dan mampu mengarahkan hati nurani berbijaksana.

BK 9: 15

Keadilan adalah pemenuhan hak dan kewajiban yang tidak tertukar materi maupun non materi, sehingga penyelesaian masalah disebut adil apabila mampu menciptakan kepuasan yang tulus bagi kedua bela pihak, dimana masalah tidak terselesaikan dengan baik, apabila tidak mampu merendam emosi, benci dan dendam yang mempersulit komunikasi.

Kebencian, dendam dan emosi dapat mempersempit peluang kesepahaman menyelesaikan masalah, dimana masalah yang tidak terselesaikan dengan baik dapat memperbesar dendam dari pihak yang bermsalah, menjadikan masalah berkembang menjadi konflik yang akan membawa kerugian bagi kedua belah pihak atau pihak lain yang terkait.

Menyelesaikan masalah dengan bijak dan ketulusan hati untuk menghindari keinginan merugikan pihak lain, tidak harus berpendoman pada ketentuan ajaran keyakinan dan berorientasi surga atau neraka, karena penyelesaian masalah dengan orientasi kasih akan memperkecil penderitaan yang berdaya guna memperbaiki kehidupan.


Konflik dapat diselesaikan dengan cepat, apabila tercipta suasana saling percaya dan mengerti keadaan lawan.

BK 9 : 16

Pertikaian saling mempertahankan pendapat maupun kepentingan dan menguasai bukan miliknya, akan menciptakan konflik atau peperangan, dimana konflik yang memperebutkan materi atau non materi terjadi karena adanya kebebasan yang sama menguasai seisi alam, menjadikan pertikaian menyangkut materi dapat diselesaikan dengan saling memberi dan menerima.

Konflik dapat diselesaikan dengan hasil maksimal, apabila tercipta saunasa keterbukaan yang saling mempercayai dalam keakraban, serta berusaha peduli dan mengerti keadaan lawan, dimana penyelesaian konflik akan menjadi sulit apabila emosi dan kebencian berorientasi pada kepentingan pribadi atau kelompok.

Demikian juga pertikaian yang terkait non materi dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat yang saling memaafkan, dimana pertikaian antara kelompok ajaran keyakinan, dapat diselesaikan dengan kesepakatan yang saling mengharga serta menyadari perbedaan keyakinan merupakan wujud kebebasan dari hak asasi.

Konflik maupun pertikaian akan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat apabila menciptakan suasana kekeluargaan yang memperlancar komunikasi dalam keakraban, dengan demikian tercipta keadilan yang memberikan kemenangan bagi kedua belah pihak yang bertika dan juga mempengaruhi kodrat.

Keadilan yang memberikan kemenangan pada pihak yang bertikai yang bertitik tolak kepada kesamaan hak dan kewajiban, mendorong terciptanya cinta dan kasih sayang yang tidak membendung perbuatan kejahatan, sehingga tercipta kenikmatan dan kebahagiaan dalam kebaikan mencapai tujuan kehidupan.


Kalau kita mengucap syukur atas apa yang kita miliki, kita akan memiliki lebih banyak untuk kita syukuri.

BK 9 : 17

Orang pandai mensyukuri nikmat, berarti dia bisa melihat secara jeli apa-apa yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Dia tahu persis segala sesuatu itu merupakan pemberian Tuhan. Baik dalam diri maupun di luar dirinya. Baik yang tampak (materi) maupun yang tidak tampak (inmateri).

Orang yang teliti melihat segala sesuatu, dirinya merasa "tidak berkutik". ia sadar apa yang dimiliki tidak satupun berasal dari dirinya. Semuanya berasal dari Tuhan sehingga selayaknya mengucapkan terima kasih.

Orang yang kufur nikmat, tidak menyadari bahwa Tuhan telah memberi nikmat yang begitu banyak. Dia baru sadar setelah sebagian nikmat ditarik kembali. Misalnya, nikmat bisa memandang. Kalau Tuhan "menariknya" baru terasa bahwa memandang merupakan anugerah yang sungguh luar biasa mahalnya. Begitu juga dengan nikmat yang lain, misalnya nikmat mendengar, menikmati rasa, nikmat tidur, nikmat kecerdasan, nikmat harta, dan sebagainya.

Allah berfirman, "Barang siapa mensyukuri nikmat-Ku, akan Ku tambah nikmat yang lain. Tetapi kalau engkau kufuri nikmat itu, siksa-Ku amat pedih." Intinya, ayat ini, kalau kita mensyukuri nikmat Allah, akan lebih banyak lagi nikmat yang Allah curahkan kepada kita.

Maka, kita hendaknya mensyukuri apa-apa yang kita miliki. Dari sana kita muncul pengakuan bahwa begitu banyak nikmat Allah yang seharusnya kita syukuri. Bahkan, lebih banyak lagi.


Permasalahannya bukan soal dimana kita berdiri dalam kehidupan, tetapi kearah mana kita bergerak.

BK 9 : 18

Ibarat jarum jam, bukan keberadaan jam itu yang dilihat orang. Yang menjadi perhatian adalah jarum jamnya menunjukkan angka berapa. Begitu pula kehidupan, bukan hidup itu yang menarik perhatian, tetapi bagaimana memberi arti bagi hidup. Disini letak kandungan terdalam memberi hidup untuk orang lain, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat bagi orang lain."

Agar kita bisa memberi arti bagi kehidupan, munculkan pertanyaan. Dari mana kita berasal dan mau ke mana kita kembali. Terhadap hal ini, kita sering sadar saat berpapasan dengan jenazah yang sedang dipikul menuju makam. Kalimat tegas yang kita ucapkan-bagi yang beragama (Islam)"Innaa lillahi wainnaa ilaihi roji'un ". Sesungguhnya kami datang dari Allah dan kesana nanti kami kembali. Sedangkan kita (Kristen) manusia berasal dari debu tanah dan kembali kepada tanah tetapi roh dari Allah, maka kembali kepada Allah.

Ke sana menuju kepada Tuhan kita bergerak dalam hidup kita. Dengan menyadari hal itu, kita akan membuat persiapan menghadapi kepastian tersebut. Tidak ada kepastian di dunia ini kecuali kematian. Hidup di dunia hanya sementara, kita sedang melangkah menuju `kehidupan' abadi. Kata Waljinah penyanyi keroncong hidup hanya mampir ngombe. For while.

Yang abadi hidup di akhirat. Di sana, memetik apa yang kita kerjakan di dunia. Jika melakukan kebaikan, buahnya berupa pahala. Jika melakukan dosa neraka balasannya. Apakah di sorga atau di neraka kita kelak? Tergantung perbuatan kita sekarang. Mari kita giat melakukan sesuatu menuju kebaikan.

Orang yang benar-benar hidup tahu untuk apa dia harus hidup.

BK 9 : 19

Orang yang baik, tahu untuk apa dia hidup. Salah satunya, mengemban amanah agar menjadi pemimpin di muka bumi. Alam semesta berserta isinya diletakkan di pundak kita agar dikelola dengan baik. Tanggung jawab kita begitu besar dan berat.

Tugas kedua, hidup ini untuk ibadah. Puncak dari ibadah yang kita lakukan adalah tunduknya hati kepada Tuhan. Orang tunduk tidak akan pikir-pikir lagi dalam melaksanakan perintah Tuhan.

Ibadah yang dilakukan sebagai buah tunduknya hati ada beberapa tanda. Pertama, ibadahnya dilakukan secara ikhlas, semata mencari kehendak Tuhan, bukan mencari pujian, sensasi, dan status sosial. Kedua, ibadahnya dilakukan secara maksimal. Tidak setengah-setengah. Orang yang ibadah setengah-setengah tidak menyadari hendak ke mana pasca hidup di dunia.

Ketiga, ibadah yang dikerjakan ada bekasnya dalam kehidupan sehari-hari. Agama dipahami dari dua dimensi: ilmu dan amaliah. Keduanya tidak dipisah. Kalau hanya ilmunya yang didalami, maka agama hanya ada dalam konsep. Sebaliknya, jika agama hanya diamalkan tanpa dikuasi ilmunya, maka sama halnya berjalan di kegelapan tanpa lenterna.

Dengan mengetahui tujuan hidup kita bisa menikmati hidup. Dengan mengetahui tujuan hidup, menjadi produktif. Mereka bekerja bukan hanya untuk bekerja, tetapi mencari kebahagiaan.



Mencari kebahagiaan adalah menyikapi positif setiap terjadi perubahan.

BK 9 : 20

Setiap perubahan baik dan buruk yang pasti ada hikmahnya. Perubahan bukan untuk disesali. Perubahan perlu direnungkan agar mengetahui rahasia apa di balik semua itu. Hanya orang bijak yang mencari kenikmatan di balik setiap perubahan.

Tidak ada yang abadi dalam hidup ini, Yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Dengan menyadari hal ini, maka kita hendaknya selalu siap menghadapi perubahan. Ada orang yang post power sindrom dengan perubahan. Setelah usianya memasuki masa pensiun, mereka tidak siap dan merasa hidupnya dicampakkan.

Patut diingat, hidup adalah sebuah perubahan. Mulai dari janin, balita, remaja, pemuda, tua dan akhirnya sampai pada batas akhir kehidupan. Ini semua dilalui makhluk bernama manusia. Perubahan bukan untuk dihindari melainkan diupayakan mengisinya sebaik-baiknya. Orang yang bisa mengambil hikmah dari perubahan yang terjadi, akan mendapatkan kebahagiaan. Dia dapat mengisi hidupnya sesuai tuntutan zaman.

Menghadapi peruhanan, perlu disikapi secara positif. Hanya dengan cara itu, perubahan akan memberi kebahagiaan. Sebaliknya, orang yang melihat perubahan dengan sikap, negatif, selalu cemas, apalagi takut, akan merasa terancam dan kehilangan momen baik. Orang seperti ini mudah stres, tertekan hidupnya, dan menganggap perubahan merugikan dirinya.
Kebiasaan jelek banyak orang adalah kecenderungannya mencari-cari kesalahan orang lain seolah-olah mereka akan mendapat imbalan.

BK 9 : 21

Kalau kita mau jujur, kita sama-sama punya kebiasaan mencari kesalahan orang lain. Kalimat ini hiperbolis alias melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Tetapi jujur kita katakan, mencari kejelekan orang lain telah menjadi bagian dari kehidupan kita.

Maka, budaya ngrumpi, rasan-rasan, dan ngoreksi kekurangan orang lain menjadi 'pekerjaan' yang digemari banyak pihak. Bahkan, belakangan menjadi ajang formal dalam berbagai kemasan di media massa baik cetak maupun elektronik. Ada rubrik khusus untuk itu.

Saking asyiknya melakukan pekerjaan itu, sampai-sampai begitu bersemangat, kalau tidak melakukan mencari teman, setelah didapat baru acara dimulai. Pekerjaan ini seolah mendapat imbalan rutin, atau bahkan terkena kondite kalau tidak dilakukan.

Padahal, apa yang dilakuan itu sama artinya dengan menghilangkan kesempatan emas untuk menggunakan waktu agar lebih produktif. Coba sekali-kali kita lakukan secara sadar sehari saja kita tidak membicarakan kejelekan orang lain, maka jiwa kita akan bersih, hati akan tenang, dan pikiran bisa jernih.

Kalau kebiasaan seperti ini bisa kita paksakan maka kita menjadi sehat, lebih produktif, dan yang terpenting tidak melakukan kesalahan yang jelas-jelas melanggar ketentuan Tuhan. Maka tinggal pilih, apakah kita akan menyalurkan bakat mencari kesalahan orang lain, atau meninggalkan kebiasaan itu karena dilarang Tuhan.


Jika Anda mampu mengatakan "tidak" kepada yang baik, maka Anda akan mendapatkan yang terbaik.

BK 9 : 22

Ini yang sering tidak kuasa kita lakukan. Berkata 'tidak' terhadap yang baik. Misalnya, diberi peluang untuk bekerja di sebuah perusahaan, itu kan baik. Tetapi lazimnya harus TST (tahu sama tahu) di balik itu. Ada uang pelicinnya. Maka katakan tidak, Anda akan mendapatkan yang lebih baik lagi. Paling tidak harga diri Anda naik.

Bangsa Indonesia, menduduki rangking ke 1 di dunia dalam hal korupsi. Sumbernya karena banyak yang tidak bisa berkata tidak. Mengatakan iya kepada yang dianggap baik apalagi , oleh khalayak luas, akan menyenangkan. Tetapi dalam kontek ini, kesenangan yang didapat sifatnya semu, sementara dan hanya di hadapan orang lain. Tetapi di hadapan Tuhan tidak.

Abdul Karim Amrullah salah seorang yang berani berkata `tidak' terhadap pemerintah Jepang ketika semua tokoh mengatakan 'iya'. Yaitu, setiap pagi harus membungkuk hormat kepada matahari. Sebagai seorang yang mengerti akidah, membungkuk kepada matahari, bisa berarti tunduk. Hal seperti ini bisa menyebabkan syirik, Dengan beliau mengatakan tidak, pemerintah Jepang justru lebih hormat kepadanya karena dianggap sebagai orang yang memiliki prinsip hidup yang kuat. Demikian Daniel tidak mau tunduk kepada raja tetapi kepada Allah.

Dalam setiap situasi, diperlukan orang yang bisa berkata `tidak'. Bangsa ini sedang membutuhkan orang yang mampu berkata tidak. Reformasi akan berjalan dengan baik jika banyak orang mampu berkata tidak ditengah menjamunya aksi suap menyuap.



  1. Yüklə 0,58 Mb.

    Dostları ilə paylaş:
1   ...   4   5   6   7   8   9   10   11   12




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin