Eksistensi pasukan as


وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ



Yüklə 3,86 Mb.
səhifə11/30
tarix27.12.2018
ölçüsü3,86 Mb.
#87683
1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   ...   30
وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“ Dan perangilah seluruh orang musyrik sebagaimana mereka memerangi kalian semua dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang -orang yang bertaqwa”. [QS. At Taubah :36].
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَالَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى اْلأَرْضِ أَرَضِيتُم بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ اْلأَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ قَلِيلٌ . إِلاَّ تَنفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلاَتَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“ Hai orang-orang yang beriman mengapa jika dikatakan kepada kalian,” Berangkatlah untuk berperang di jalan Allah kalian merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu ? Apakah kalian puas dengan kehidupan dunia padahal kenikmatan di dunia ini dibandingkan kenikmatan di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat berperang niscaya Allah akan menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih dan mengganti kalian dengan kaum yang lain dan kalian tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”[QS. At Taubah :38-39].



انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالاً وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ ذَالِكُمْ خَيْرُُ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat dan berjihadlah dengan harta dan nyawa kalian di jalan Allah. Hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” [QS. At Taubah : 41].

Dasar As Sunah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صّلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَ لَمْ يُحَدَّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْوِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنَ النِّفَاقِ

Dari Abu Hurairah ia berkata,” Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“ Siapa mati dan ia belum pernah berperang atau belum berniat ikut perang maka ia mati dalam salah satu cabang dari kemunafikan.”158


عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ لَمْ يَغْزُ أَوْ يُجَهِّزْ غَازِيًا أَوْ يَخْلُفْ غَازِيًا فِي أَهْلِهِ بِخَيْرٍ أَصَابَهُ بِقَارِعَةٍ قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Dari Abu Umamah dari nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Barang siapa belum pernah berperang, atau menyediakan perbekalan orang yang berangkat berperang, atau menanggung (mengurus) keluarga orang yang berperang dengan baik, ia akan ditimpa dengan bencana dahsyat sebelum hari kiamat.”159

Imam Ibnu Hajar berkata," Sebagian sahabat telah memahami perintah dalam firman Allah (Berangkatlah kalian baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat) berlaku umum, sehingga mereka tidak pernah ketinggalan dari satu peperanganpun sampai mereka meninggal. Di antaranya adalah sahabat Abu Ayub Al-Anshari, Miqdad bin Al-Aswad dan lain-lain, radiyallahu 'anhum."160

Saat menafsirkan ayat tersebut, imam Ibnu Katsir berkata," Ali bin Zaid berkata dari Anas dari Abu Thalhah, ia berkata," Maksudnya adalah dalam keadaan tua maupun muda. Allah tidak akan mendengar udzur siapapun." Ia lalu berangkat jihad ke Syam."161


(b). Fardhu Kifayah

Mayoritas ulama berpendapat hukum jihad thalabi adalah fardhu kifayah. Mereka menyatakan, dalil-dalil yang menunjukkan hukum jihad fardhu ‘ain merupakan nash-nash yang masih umum. Nash-Nash tersebut dijelaskan lagi oleh nash-nash lain yang menunjukkan hukumnya bukan fardhu ‘ain, namun fardhu kifayah seperti :


وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَآفَةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنهُمْ طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

“ Tidak selayaknya orang-orang yang beriman itu berangkat semua ke medan perang, mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan untuk mendalami ilmu dan memberikan peringatan kepada kaumnya jika mereka kembali supaya mereka mendapat peringatan.” (QS. ِAt Taubah :122)

Ayat ini tegas memerintahkan dari setiap jama’ah umat Islam harus ada sebagian [besar] yang berangkat perang dengan menyisakan sebagian untuk tafaquh fi dien dan melaksanakan kemaslahatan-kemaslahatan umum lainnya, karena bila tidak demikian jihad justru tidak akan sempurna bahkan target tidak terpenuhi dan justru madharatlah yang timbul.
لاَ يَسْتَوِى الْقَاعِدُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ غَيْرُ أُوْلِى الضَّرَرِ وَالْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فَضَّلَ اللهُ الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ دَرَجَةً وَكُلاًّ وَعَدَ اللهُ الْحُسْنَى وَفَضَّلَ اللهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا

“ Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak terut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar”. (QS. An Nisa’: 95).

Ayat ini menegaskan mujahid lebih utama dari orang yang tidak berjihad tanpa adanya udzur, dan Allah menjanjikan bagi masing-masing kelompok balasan yang baik (surga). Orang yang tidak berjihad tanpa udzur syar’I, tidak berdosa selama yang lain telah melaksanakan jihad dan bisa menuntaskannya.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron: 104).

Jihad adalah puncak amar ma’ruf nahi munkar, sedangkan amar ma’ruf hukumnya fardhu kifayah, bukan fardhu ‘ain.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ بَعْثًا إِلَى بَنِي لَحْيَانَ مِنْ هُذَيْلٍ فَقَالَ لِيَنْبَعِثْ مِنْ كُلِّ رَجُلَيْنِ أَحَدُهُمَا وَالْأَجْرُ بَيْنَهُمَا) وَ فِي رِوَايَةٍ (لِيَخْرُجْ مِنْ كُلِّ رَجُلَيْنِ رَجُلٌ) ثُمَّ قَالَ لِلْقَاعِدِ أَيُّكُمْ خَلَفَ الْخَارِجَ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ بِخَيْرٍ كَانَ لَهُ مِثْلُ نِصْفِ أَجْرِ الْخَارِجِ.

Dari Abu Said Al Khudri bahwasanya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam mengutus satuan pasukan ke Bani Lihyan, dan bersabda,”Hendaklah dari tiap dua orang dikirim seorang dan pahalanya bagi keduanya.” Dalam riwayat lain,”Hendaklah dari tiap dua orang keluar seorang.”

Lalu beliau bersabda,”Siapa saja di antara kalian mengurusi keluarga dan harta orang yang keluar berijhad dengan baik, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang keluar berjihad.”162

عَنْ زَيْدِ ْبنِ خَالِدِ الْجُهْنِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلْفَهُ فِي أَهْلِهِ وَ مَالِهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا.

Dari Zaid bin Khalid al Juhany dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: ”Siapa menyiapkan perbekalan orang yang berperang berarti telah berperang dan siapa mengurus harta dan keluarga orang yang berperang berarti telah ikut berperang.”163
Dasar Sirah :

Terkadang Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam memimpin sendiri sebuah pertempuran atau pasukan jihad (ghazwah), dan terkadang mengangkat orang lain sebagai komandan dan beliau tetap di Madinah (sariyah).164

Berdasar dalil-dalil ini, pendapat mayoritas ulama yang menyatakan hukum jihad thalab adalah fardhu kifayah, nyata lebih kuat dari pendapat sebagian ulama salaf yang berpendapat fardhu ‘ain.
Pendapat Empat Madzhab

1. Madzhab Hanafi

Imam Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Babarty Al-Hanafi mengatakan :

وَقِتَالُ اْلكُفَّارِ الَّذِينَ لَمْ يُسْلِمُوا وَهُمْ مِنْ مُشْرِكِي الْعَرَبِ أَوْ لَمْ يُسْلِمُـوا وَلَمْ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ مِنْ غَيْرِهِمْ وَاجِبٌ وَإِنْ لَمْ يَبْدَؤُونَا؛ لِلْعُمُومَاتِ اْلوَارِدَةِ فِي ذَلِكَ كَقَولِهِ تَعَالَى (وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً) (وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ) (كُتِبَ عَلَيكُمُ اْلقِتَالُ).

فَإْنْ قِيلَ اْلعُمُومَاتُ مُعَارِضَةٌ بِقَولِهِ تَعَالَى : فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّهُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ قِتَالَ الْكُفَّارِ إِنَّمَا يَجِبُ إِذَا بَدَؤُوا بِالْقِتَالِ، أُجِيبَ بِأَنَّهُ مَنْسُوخٌ وَبَيَانُهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ كَانَ فِي اْلاِبْتِدَاءِ مَأْمُوراً بِالصَّفْحِ وَاْلإِعْرَاضِ عَنِ اْلمُشْرِكِينَ ... ثُمَّ أُذِنَ بِالْقِتَالِ إِذَا كَانَتِ اْلبَدَاءَةُ مِنْهُمْ...ثُمَّ أُمِرَ بِالْقِتَالِ اِبْتِدَاءً فِي بَعْضِ اْلأَزْمَانِ بِقَولِهِ تَعَالَى  فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ...  الآية ، ثُمَّ أُمِرَ بِالْبَدَاءَةِ بِالْقِتَالِ مُطْلَقاً فِي ْالأَزْمَانِ كُلِّهَا وَفِي اْلأَمَاكِنِ بِأَسْرِهَا فَقَالَ تَعَالَى : وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ... الآية ، قَاتِلُوا الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلأَخِرِ...  الآية...

” Memerangi orang-orang kafir dari golongan musyrik Arab yang tidak mau masuk Islam, dan orang-orang musyrik selain mereka yang tidak mau masuk Islam dan membayar jizyah, hukumnya wajib walaupun mereka tidak memulai memerangi kita, berdasar dalil-dalil umum, seperti firman Allah (Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya, QS. At-Taubah :36), (Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah, QS. Al-Anfal :39) dan (Diwajibkan atas kalian berperang, QS Al-Baqarah :216).”

Jika ada yang membantah "dalil-dalil umum ini bertentangan dengan firman Allah (Jika mereka memerangi kalian, maka perangilah mereka, QS. Al-Baqarah :191), ayat ini menunjukkan bahwa jihad hanya wajib saat mereka yang memulai memerangi kita.

Maka dijawab : ayat ini telah mansukh. Penjelasannya, pada awalnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam diperintahkan untuk memaafkan dan berpaling dari orang-orang musyrik…kemudian diizinkan berperang jika mereka yang memulai menyerang…kemudian diperintahkan untuk memulai menyerang dalam beberapa waktu, dengan firman-Nya (Apabila telah habis bulan-bulan Haram maka bunuhlah orang-orang musyrik di manapun kalian menjumpai mereka dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah mereka di tempat pengintaian, QS At-Taubah :5)…kemudian diperintahkan untuk memulai memerangi secara mutlak, dalam seluruh waktu dan tempat, dengan firman-Nya (Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah, QS. Al-Anfal :39) dan firman-Nya (Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir dan tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar…,QS. At-Taubah ;29)…165

Imam Badrudien Al-'Aini menyatakan hal serupa.166

Imam Al-Kamal Ibnu Hammam berkata :
وَقِتَالُ اْلكُفَّارِ الَّذِينَ لْمْ يُسْلِمُوا وَهُمْ مِنْ مُشْرِكِي الْعَرَبِ أَوْ لَمْ يُسْلِمُوا وَلَمْ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ مِنْ غَيْرِهِمْ وَاجِبٌ وَإِنْ لَمْ يَبْدَؤُونَا؛ ِلأَنَّ اْلأَدِلَّةَ اْلمُوجِبَةَ لَهُ لَمْ تُقَيَّدِ اْلوُجُوبَ بِبَدَاءَتِهِمْ وَهَذَا مَعْنىَ قَوْلِهِ لِلْعُمُومَاتِ …

” Memerangi orang-orang kafir dari golongan musyrik Arab yang tidak mau masuk Islam, dan orang-orang musyrik selain mereka yang tidak mau masuk Islam dan membayar jizyah, hukumnya wajib walaupun mereka tidak memulai memerangi kita. Karena dalil-dalil yang mewajibkan hal itu tidak membatasi kewajiban jihad dengan syarat mereka memulai memerangi kita. Inilah makna perkataan penulis (imam Al-Marginani) " dalil-dalil secara umum".167

Dalam Tanwirul Abshar dikatakan :
وَهُوَ فَرْضُ كِفَايَةٍ اِبْتِدَاءً وَ فَرْضُ عَيْنٍ إِذَا هَجَمَ اْلعَدُوُّ

” Jihad hukumnya fardhu kifayah untuk memulai (menyerang orang kafir lebih dahulu) dan fardhu ‘ain jika musuh menyerang.”168



Imam Fakhrudin Utsman bin Ali Az Zaila’i mengatakan:

” Jihad itu fardhu kifayah jika memulai perang, yaitu wajib bagi kita untuk memulai perang (menyerang lebih dahulu) orang-orang kafir sekalipun mereka tidak memerangi kita. Berdasar firman Allah Ta’ala (dan perangilah seluruh orang-orang musyrik) (Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir…) (Berangkatlah untuk berperang baik dalam keadaan ringan maupun berat…) dan sabda Rasulullah (Jihad adalah sebuah kewajiban yang akan tetap berjalan sejak Allah mengutusku sampai akhir umat ku akan memerangi Dajjal. Ia tidak akan digugurkan oleh kedzaliman orang yang dzalim maupun keadilan orang yang adil), (Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan tidak ada Ilah selain Allah). Dan hal ini sudah menjadi ijma’ umat Islam.”169



Imam As-Sarakhsi berkata:
وَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللهِ مَأْمُوراً فِي ْالاِبْتِدَاءِ بِالصَّفْحِ وَاْلإِعْرَاضِ عَنِ اْلمُشْرِكِينَ ... ثُمَّ أُمِرَ بِالْقِتَالِ إِذَا كَانَتِ اْلبِدَايَةُ مِنْهُمْ ...ثُمَّ أُمِرَ بِالْبِدَايَةِ بِالْقِتَالِ ... فَاسْتَقَرَّ اْلأَمْرُ عَلىَ فَرْضِيَّةِ الْجِهَادِ مَعَ اْلمُشْرِكِينَ

” Pada awalnya Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk memaafkan dan berpaling dari orang-orang musyrik…Kemudian beliau diperintahkan berperang jika mereka memulai peperangan...Kemudian beliau diperintahkan untuk memulai memerangi mereka…Maka telah tetap (final)lah kewajiban jihad melawan orang-orang musyrik."170



Imam Al-Kasani berkata :
فَإِنْ كَانَتِ الدَّعْوَةُ لَمْ تَبْلُغْهُمْ فَعَلَيهِمِ اْلاِفْتِتَاحُ بِالدَّعْوَةِ إِلَى ْالإِسْلاَمِ بِاللِّسَانِ ... وَلاَ يَجُوزُ لَهُمُ اْلقِتَالُ قَبْلَ الدَّعْوَةِ؛ ِلأَنَّ اْلإِيْمَانَ وَإِنْ وَجَبَ عَلَيهِمْ قَبْلَ بُلُوغِ الدَّعْوَةِ بِمُجَرَّدِ اْلعَقْلِ فَاسْتَحَقُّوا ْالقَتْلَ بِاْلاِمْتِنَاعِ، لَكِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ قِتَالَهُمْ قَبْلَ بَعْثِ الرَّسُولِ عَلَيهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ وَبُلُوغِ الدَّعْوَةِ إِيَّاهُمْ فَضْلاً مِنْهُ وَمِنَّةً قَطْعاً ِلمَعْذِرَتِهِمْ بِالْكُلِّيَّةِ وَإِنْ كَانَ لاَ عُذْرَ لَهُمْ فِي الْحَقِيقَةِ

” Jika belum sampai dakwah kepada mereka, maka hendaknya kaum muslimin memulainya dengan mendakwahi mereka dengan lesan… tidak boleh menyerang orang-orang kafir sebelum mendakwahi. Alasannya, sekalipun beriman itu wajib atas mereka sebelum didakwahi dengan menggunakan akal, namun Alloh mengharamkan memerangi mereka sebelum diutusnya Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan sebelum sampai dakwah kepada mereka. Ini sebagai karunia dari Alloh kepada mereka dan menutup pintu untuk beralasan bagi mereka, walaupun sebenarnya tidak ada alasan bagi mereka.”171


2. Madzhab Maliki

Imam Ibnu Rusyd berkata:
أَمَّا الَّذِينَ يُحَارَبُونَ فَاتَّفَقُوا عَلَى أَنَّهُمْ جَمِيعُ اْلمُشْرِكِينَ لِقَولِهِ تَعَالَى (وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ ِللَّهِ، إِلاَّ مَا رُوِيَ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ : لاَ يَجُوزُ ابْتِدَاءُ الْحَبَشَةِ بِالْحَرْبِ وَلاَ التُّرْكِ ِلمَا رُوِيَ أَنَّهُ عَلَيهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ قَالَ :( ذَرُوا اْلحَبَشَةَ مَا وَذَرَتْكُمْ)، وَقَدْ سُئِلَ مَالِكٌ عَنْ صِحَّةِ هَذَا ْالأَثَرِ فَلَمْ يَعْتَرِفْ بِذَلِكَ لَكِنْ قَالَ: لَمْ يَزَلِ النَّاسُ يَتَحَامُونَ غَزْوَهُمْ

” Adapun tentang orang-orang yang diperangi, para ulama’ telah sepakat bahwasanya mereka itu adalah seluruh orang musyrik berlandaskan firman Alloh (Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah dan agama itu hanyalah untuk Alloh (QS. Al-Baqoroh:193).

Kecuali sebuah riwayat dari Malik bahwasanya beliau berkata,” Tidak boleh memulai untuk memerangi Habasyah dan Turki berdasarkan riwayat dari Rosululloh shollahu ‘alaihi wasallam, beliau bersada : ذَرُوا الْحَبَشَةَ مَا وَذَرَتْكُمْ Biarkanlah Habasyah selama mereka membiarkan kalian."172

Imam Malik pernah ditanya tentang keshohihan atsar ini. Beliau tidak mengakui keshahihannya, namun beliau berkata,” Semua orang senantiasa menjauhi berperang melawan mereka.”173

Imam Al-Qarafi berkata:

” Sebab pertama yang dianggap pokok dari diwajibkannya jihad adalah menghilangkan mungkarnya kekafiran. Sesungguhnya kekafiran adalah kemungkaran yang paling besar. Barangsiapa melihat kemungkaran dan ia mampu untuk menyingkirkannya, maka wajib baginya untuk menyingkirkan kemungkaran tersebut”. Hal ini disebutkan dalam firman Alloh :وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ ِللَّهِ “Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah dan agama itu hanyalah untuk Alloh”. (QS. Al-Baqoroh:193). Yang dimaksud fitnah adalah kekafiran."174



Imam Ibnu Abdil Barr juga berkata:
يُقَاتََلُ جَمِيعُ أَهْلِ الْكُفْرِ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَغَيرِهِمْ ... وَسَائِرُ الْكُفَّارِ مِنَ الْعَرَبِ وَالْعَجَمِ يُقَاتَلُونَ حَتَّى يُسْلِمُوا أَوْ يُعْطُوا اْلِجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ ... وَكُلُّ مَنْ أَبَى مِنَ الدُّخُولِ فِي اْلإِسْلاَمِ أَوْ أَبَى إِعْطَاءَ اْلجِزْيَةِ قُوتِلَ, فَيُقْتَلُ الرِّجَالُ اْلمُقَاتِلَةُ وَغَيرُ اْلمُقَاتِلَةِ إِذَا كَانُوا بَالِغِينَ..., وَ إِذَا اضْطُرَّ اْلإِمَامُ إِلَى مُهَادَنَةِ اْلكُفَّارِ اْلحَرْبِيِّينَ هَادَنَهُمْ إِذَا رَأَى ذَلِكَ.

“ Semua orang kafir diperangi baik ahlul kitab maupun yang lain…semua orang kafir baik dari Arab maupun non arab diperangi sampai masuk Islam atau membayar jizyah dalam keadaan hina…setiap orang yang tidak mau masuk Islam atau tidak mau membayar jizyah diperangi. Oleh karena itu orang laki-laki yang berperang atau tidak berperang dibunuh apabila mereka sudah baligh…Jika terpaksa imam harus membuat perjanjian damai dengan orang-orang kafir harbi, maka hal ini diperbolehkan jika imam berpendapat demikian."175



Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan QS. Al Baqarah :193 berkata:
أَمْرٌ بِالْقِتَالِ لِكُلِّ ُمْشْرِكٍ فِي كُلِّ مَوْضِعٍ ... وَهُوَ أَمْرٌ بقِتَالٍ مُطْلَقٍ لاَ بِشَرْطِ أَنْ يَبْدَأَ اْلكُفَّارُ

”Ayat ini adalah perintah untuk memerangi setiap orang musyrik di setiap tempat…dan ini adalah perintah perang secara mutlak, tidak disyaratkan orang-orang kafir sebagai pihak yang memulai peperangan.” 176


3. Madzhab Syafi’i

Imam As-Syairazi Asy-Syafi’i mengatakan,” Apabila tidak ada kemaslahatan dalam perjanjian damai, maka tidak boleh mengadakan perjanjian damai, karena Allah berfirman :


فَلاَتَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنتُمُ اْلأُعْلَوْنَ وَاللهُ مَعَكُمْ

“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yanng lebih tinggi kedudukannya dan Alloh bersama kalian.” (QS. Muhammad: 35).

Namun jika ada kemaslahatan, seperti ; diharapkan mereka masuk Islam, membayar jizyah, atau mereka membantu kaum muslimin dalam memerangi orang kafir yang lain, maka boleh mengadakan perjanjian damai dengan mereka selama empat bulan berdasar firman Allah Ta’ala (QS. At Taubah :1). Dan tidak boleh mengadakan perjanjian damai dengan mereka melebihi satu tahun karena satu tahun merupakan sebuah masa wajibnya membayar jizyah.”177

Imam Nawawi mengatakan,” Adapun hari ini dan setelah wafatnya Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Salam, maka orang-orang kafir ada dua kondisi. Pertama : Orang-orang kafir berada dalam negara-negara mereka, tidak menyerang satu negeri pun dari negeri-negeri kaum muslimin. Maka jihad dalam kondisi ini hukumnya fardhu kifayah. Jika seluruh kaum muslimin tidak mau mengerjakannya, mereka semua berdosa. Jika difardhukan atas tiap individu, tentulah penghidupan akan terbengkalai.”178

Imam Ar Rafi’i menyatakan,” Bab Pertama: Wajibnya Jihad. Membicarakan dua hal, pertama kewajibannya : yaitu wajib kifayah setiap tahun sekali.”179

Beliau juga menyatakan,” Adapun sesudah zaman Nabi, orang kafir mempunyai dua kondisi. Pertama : Jika mereka berada di negara mereka, tidak bermaksud menyerang kaum muslimin, tidak juga mengincar sesuatu dari harta mereka maka jihad hukumnya fardhu kifayah. Jika diwajibkan atas setiap orang pasti penghidupan dan pekerjaan akan tertinggal (terbengkalai), inilah yang ditunjukkan oleh hadits,” Siapa menyiapkan perbekalan orang yang berperang berarti telah berperang dan siapa mengurus harta dan keluarga orang yang berperang berarti telah ikut berperang.180



Imam Ibnu Nuhas Ad-Dimyathi mengatakan,” Ketahuilah sesungguhnya berjihad melawan orang-orang kafir di negeri mereka adalah fardhu kifayah menurut kesepakatan ulama. Dan diriwayatkan bahwa imam Ibnu Musayib dan Ibnu Syubramah berpendapat hukumnya fardhu ‘ain."181

4. Madzhab Hambali

Imam Manshur bin Yunus Al-Bahuti mengatakan,“ Perjanjian damai tidak sah kecuali pada saat boleh diakhirkannya jihad karena ada kemaslahatan. Apabila imam atau wakilnya melihat ada kemashlahatan dalam perjanjian damai, disebabkan oleh kelemahan kaum muslimin untuk berperang, beratnya peperangan, diharapkan keislaman orang-orang kafir, mereka membayar jizyah atau maslahat – maslahat yang lain, maka boleh mengadakan perjanjian damai.“182



Imam Al-Khuroqi berkata:
وَيُقَاتَلُ أَهْلُ اْلكِتَابِ وَاْلمَجُوسُ وَلاَ يُدْعَونَ ِلأَنَّ الدَّعْوَةَ قَدْ بَلَغَتْهُمْ، وَيُدْعَى عَبَدَةُ اْلأَوْثَانِ قَبْلَ أَنْ يُحَارَبُوا

Ahlul kitab dan Majusi tidak harus didakwahi terlebih dulu, karena dakwah sudah sampai kepada mereka. Sedangkan para penyembah berhala didakwahi dahulu sebelum mereka diperangi.”



Imam Ibnu Qudamah menjelaskan perkataan Al-Khuroqi ini, dengan mengatakan :
أَمَّا قَوْلُهُ فِي أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمَجُوسِ لاَ يُدْعَونَ قَبْلَ الْقِتَالِ فَهُوَ عَلَى عُمُومِهِ، ِلأَنَّ الدَّعْوَةَ قَدِ انْتَشَرَتْ وَعَمَّتْ فَلَمْ يَبْقَ مِنْهُمْ مَن لَمْ تَبْلُغْهُ الدَّعْوَةُ إِلاَّ نَادِرٌ بَعِيدٌ، وَأَمَّا قَوْلُهُ يُدْعَى عَبَدَةُ اْلأَوْثَانِ قَبْلَ أَنْ يُحَارَبُوا فَلَيْسَ بِعَامٍ فَإِنَّ مَنْ بَلَغَتْهُ الدَّعْوَةُ مِنْهُمْ لاَ يُدْعَونَ، وَإِنْ وُجِدَ مِنْهُمْ مَنْ لَمْ تَبْلُغْهُ الدَّعْوَةُ دُعِيَ قَبْلَ الْقِتَالِ ، وَكَذَلِكَ إِنْ وُجِدَ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ لَمْ تَبْلُغْهُ الدَّعْوَةُ دُعُوا قَبْلَ الْقِتَالِ

“Adapun perkataan beliau bahwasanya Ahlul kitab dan Majusi itu tidak mesti didakwahi terlebih dahulu, ini berlaku secara umum, karena dakwah telah tesebar luas dan tidak tersisa dari kalangan mereka yang belum mendengar dakwah kecuali sangat jarang sekali.

Adapun perkataan beliau bahwa para penyembah berhala mesti didakwahi dahulu sebelum diserang, tidaklah secara umum, karena orang yang sudah mendengar dakwah tidaklah mesti didakwahi terlebih dahulu. Namun jika diantara mereka ada yang belum mendengar dakwah, maka harus didakwahi terlebih dahulu. Sebagaimana halnya ahlul kitab yang belum mendengar dakwah, mereka mesti didakwahi terlebih dahulu sebelum diserang."183

Imam Ibnu Taimiyah berkata :

لَمَّا نَزَلَتْ بَرَاءَةٌ أُمِرَ النَّبِيُّ أَنْ يَبْتَدِيءَ جَمِيعَ الْكُفَّارِ بِالْقِتَالِ وَثَنِيَّهُمْ وَكِتَابِيَّهُمْ سَوَاءٌ كَفُّوا أَمْ لَمْ يَكُفُّوا

“Ketika turun surat At-Taubah, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam diperintahkan untuk memulai memerangi seluruh orang kafir, baik ahlul kitab maupun penyembah berhala, baik mereka memerangi maupun tidak.”184

Imam Al-Bulaihi berkata ;


وَيَجِبُ الْجِهَادُ اِبْتِدَاءً لاَ دِفَاعاً عَلَى قَوْلِ الْمُحَقِّقِينَ مِنَ الْعُلَمَاءِ، وَاْلأَدِلَّةُ عَلَى ذَلِكَ كَثِيرَةٌ جِداً لَيْسَ بِاْلإِمْكَانِ حَصْرُهَا

" Wajib melaksanakan jihad ofensif, bukan jihad defensif, menurut pendapat para ulama muhaqqiqin (peneliti). Dalil-dalil atas hal ini banyak sekali, tidak bisa dihitung."185


Yüklə 3,86 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   ...   7   8   9   10   11   12   13   14   ...   30




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin