Mencapai Keimanan dengan Logika


Hikmah meyakini yang ghaib



Yüklə 1,34 Mb.
səhifə3/14
tarix26.10.2017
ölçüsü1,34 Mb.
#14189
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   14

Hikmah meyakini yang ghaib

Menjadikan kita tenang, bahwa Allah melihat dan akan menolong kita, bila kita sabar. Dan orang-orang yang fasik pasti akan mendapat siksa, cepat atau lambat.



Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan). Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). (QS. 68:47-48)

Katakanlah: "Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah masih lama. (Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (QS. 72:25-26)
Ilmu-ilmu misterius yang bukan termasuk kategori ghaib

Selain hal-hal yang memang dinyatakan ghaib oleh Allah, dalam Al-Quran sendiri diceritakan banyak hal yang tidak dinyatakan secara tegas sebagai ghaib, meskipun pada abad-20 ini belum juga bisa dipecahkan. Hal-hal tersebut antara lain:

Ilmu-ilmu zaman Nabi Sulaiman:

berkomunikasi dengan binatang,

mengendalikan angin (cuaca?),

memperbudak setan penyelam,

memindahkan barang dalam sekejap mata15.

Ilmu-ilmu zaman Nabi Isa:

menyembuhkan penyakit-penyakit 'tak terobati' (seperti kusta, lumpuh dan buta yang sekarang sudah ditemukan). Mungkin ini akan diteruskan ke penyakit modern seperti kanker dan aids.

Dengan demikian, selain ada yang absolut nyata (bisa dideteksi baik dengan panca indera atau instrumen), absolut ghaib (disebutkan sebagai ghaib dalam Al-Quran), ada juga yang masih 'open', menunggu perkembangan ilmu pengetahuan.


dengan bahan-bahan dari Ibon Suparman
Memahami Taqdir (Qadha & Qadar)
Pertanyaan Fatal

Pertanyaan yang berkaitan dengan masalah nasib dan ketentuan merupakan salah satu pertanyaan yang mendasar dan fatal dalam sejarah. Anggapan bahwa Tuhan telah menentukan baik dan buruknya kehidupan manusia telah menimbulkan beberapa pertanyaan seperti berikut:



Mengapa Tuhan menciptakan bencana?

Mengapa Tuhan mentaqdirkan seseorang menjadi penjahat, atau seseorang lahir cacat?

Mengapa Tuhan membuat kelas-kelas sosial (pertanyaan ini adalah salah satu alasan komunisme menolak asas ke-Tuhanan). dsb.

Di dalam ummat Islam sendiri pernah ada faham yang disebut Jabariyah yang menganggap manusia sekedar wayang yang dijalankan oleh Tuhan, sementara itu ada juga faham Qadariyah yang meyakini bahwa manusia bebas menentukan seluruh perbuatannya, sehingga karena itu dia pantas diminta tanggung jawabnya. Pendapat yang kedua ini memang sepintas lebih masuk akal, namun bagaimana cara kita memahami beberapa dalil seperti berikut ini?



Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. ... (QS. 3:145)

Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka bila telah datang waktunya mereka tak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. 7:34)

Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. 57:22)
Prinsip 1: Allah menetapkan ukuran semua mahluknya

... Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukurannya (Qadar) dengan serapi-rapinya. (QS. 25:2)

Allah telah memberikan pada setiap mahluqnya suatu sifat, misalnya sifat benda yang bila dilepas akan jatuh, atau sifat minyak yang bisa terbakar bila bertemu dengan oksigen dan panas. Sifat pada benda ini hanya menunggu "ukuran" tertentu agar keluar. Minyak tidak akan begitu saja terbakar bila bertemu oksigen dan panas, namun ia membutuhkan panas hingga suhu tertentu (titik api).

Sifat-sifat yang sudah ada "dari sononya" ini sering disebut dengan hukum alam (the law of universe), dan manusia sebagai bagian dari alam mau tidak mau harus tunduk kepada hukum alam ini. Manusia hanya bisa berbuat bebas sepanjang masih dalam kerangka hukum alam. Manusia bisa berbuat apa saja terhadap benda-benda, namun benda-benda itu tetap tunduk pada hukum kekekalan massa-energi. Manusia bisa bergerak ke mana saja, namun mau tidak mau ia tetap harus tunduk kepada hukum mekanika dan gravitasi. Dengan demikian hasil (Qadha) yang didapat manusia merupakan paduan dari Qadar dan usaha, atau secara ringkas bisa ditulis dalam rumus matematis:

y = f (x)


f := fungsi yang ditetapkan Allah (Qadar)

x := usaha manusia

y := hasil/nasib yang didapat manusia (Qadha)

Prinsip 2: Allah menciptakan ukuran-ukuran individual

Abdullah bin Mas'ud ra memberitakan:

Telah bersabda Rasulullah: Sesungguhnya tiap orang di antaramu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim dalam 40 hari berupa nutfah, kemudian 40 hari berupa segumpal darah, kemudian menjadi sekerat daging selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat kepadanya, dan ia meniupkan roh serta menetapkan empat perkara: rezkinya, ajalnya, amalnya dan apakah ia celaka atau bahagia.

Maka demi Allah yang tiada Ilah selain daripada-Nya, sesungguhnya ada seseorang yang di antara dia dan syurga tak ada lagi jarak kecuali sehasta, namun ketentuan (ajal) telah mendahuluinya, ketika ia sedang mengerjakan perbuatan ahli neraka, maka ia pun masuk neraka.

Dan sesungguhnya, ada seseorang yang begitu seringnya mengerjakan perbuatan ahli neraka, hingga antara dia dan neraka hanyalah tinggal sehasta, kemudian mendahuilah ketentuan (ajal) atasnya, ketika ia sedang mengerjakan perbuatan ahli syurga, maka ia pun masuk ke dalam syurga. (HR Bukhari dan Muslim).

Hukum alam saling berinteraksi membentuk jaringan yang sangat rumit dan kompleks. Karena itulah sifat-sifat suatu individu bisa sangat berbeda dengan individu yang lain, walaupun hakekatnya tetap dalam kerangka hukum alam. Perbuatan seorang ibu yang sedang mengandung akan berakibat bagi bayi yang dikandungnya, apakah ia nanti akan lahir sempurna dan berkembang menjadi anak yang cerdas, ataukah bayi itu akan lahir cacat. Demikian juga, masa kecil yang dialami seorang anak dari orang tuanya akan meninggalkan bekas di masa dewasanya.

Namun demikian bagi individu itu sendiri sering tidak ada pilihan lain. Seorang yang dilahirkan cacat memang ketika di dalam kandungan tidak bisa berbuat apa-apa, saat ibunya menelan obat-obat terlarang. Dan barangkali itu yang dimaksud dengan hadits di atas. Ketika masih dalam kandungan itulah, seorang calon manusia ditentukan kondisi fisiknya, potensi otaknya (IQ), siapa calon orang tuanya dan sebagainya.

Dan tak bisa dipungkiri, bahwa kondisi fisik serta IQ berperan besar ketika seseorang memilih profesinya (rezki). Kondisi fisik menunjukkan juga daya tahan seseorang terhadap penyakit atau serangan (ajal). Sementara keadaan orang tua yang akan membesarkan si anak turut menentukan 'hitam putihnya' si anak (amalnya, celaka dan bahagianya). Nabi pernah bersabda: "Semua orang dilahirkan suci, orang tuanyalah yang memberinya warna Yahudi, Nasrani atau Majusi"


Kerumitan interaksi hukum alam juga bisa membuat efek kebetulan (random) yang sinkron yang biasanya kemudian disebut sebagai "keajaiban" karena memang tidak bisa diterangkan dengan mudah dengan logika. Misalnya bila ada seorang bayi yang jatuh dari lantai 10 dan kebetulan mendarat di tumpukan jerami, sehingga tidak lecet sedikitpun, atau seorang yang ingin menembak binatang buruan, kemudian karena suatu hentakan tembakannya itu mengenai manusia.

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. 57:23)
Prinsip 3: Allah memberi petunjuk

Hukum alam dengan response-time yang pendek bisa ditemukan sendiri oleh manusia, melalui penyelidikan ilmu pengetahuan. Namun hukum alam dengan response-time yang panjang (yang melampaui umur satu generasi), sulit untuk diketahui. Penyelidikannya bisa menelan korban yang tidak sedikit serta kerusakan yang irreversible. Contohnya adalah kerusakan lingkungan karena pola konsumsi yang boros, atau kerusakan masyarakat bila judi, khamr dan zina merajalela.

Sementara itu, Allah tidak menutup jalan seorang individu yang ingin memperbaiki diri. Seseorang yang dilahirkan cacat, miskin, atau dilahirkan di dunia hitam tetap harus mendapat kemungkinan untuk hidup normal, kecukupan atau hidup di dunia yang shaleh.

Karena itulah Allah menurunkan kitab yang tertulis (Al-Qur'an) sebagai petunjuk, kabar gembira dan pemberi peringatan. Al-Qur'an memberi tahu manusia hal-hal yang response-timenya panjang (bahkan melampaui umur dunia, yaitu kehidupan akherat). Al-Qur'an menunjukkan apa yang harus dikerjakan manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, yang bila tidak dikerjakan akan berdampak bencana, mungkin tidak sekarang, namun beberapa generasi lagi.

Al-Qur'an juga memberi jalan, bagaimana agar manusia saling tolong menolong dalam kebaikan, agar yang cacat tetap merasa berharga (karena nilai kemuliaan di sisi Allah hanya diukur dari taqwanya). Al-Qur'an menetapkan zakat dan sedekah, agar yang dilahirkan miskin bisa terangkat kehidupannya. Al-Qur'an memerintahkan da'wah, agar yang dilahirkan dalam dunia kelam bisa mengetahui, bagaimana jalan yang benar itu sesungguhnya, sehingga dia bisa taubat.

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggungjawab terhadap mereka. (QS. 39:41)
Prinsip 4: Allah Maha Tahu

Salah satu sifat ketuhanan adalah Maha Tahu. Allah mengetahui segala sesuatu di luar batas-batas ruang dan waktu. Allah mengetahui masa depan setiap mahluq tanpa memaksakan mahluq itu untuk menjalani suatu perbuatan. Bandingkan dengan seorang guru yang sangat mengenal kemampuan murid-muridnya, sehingga sebelum ujian dimulai ia sudah bisa menerka, siapa murid yang bakal lulus dan siapa yang tidak. Bukankah guru tersebut sebenarnya tetap menginginkan agar seluruh muridnya lulus ujian?

Jadi makna ayat 57:22 di awal tulisan ini sebenarnyalah ingin menunjukkan kekuasaan Allah, dan bukan bermaksud mengatakan bahwa Allahlah perencana segala bencana16.

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, tetapi manusialah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (QS. 10:44)
Prinsip 5: Ridha atas ketetapan Allah

Perwujudan dari sikap berserah diri (=islam) kepada Allah adalah ridha atas ketetapan Allah. Dan Allah telah menetapkan kejadian alam semesta serta kejadian kita sendiri dengan ilmu-Nya, dan kita sama sekali tidak bisa menolak adanya hukum-hukum alam maupun sifat bawaan lahir kita. Kebebasan kita di dunia ini hanyalah dalam kerangka ketentuan Qadar itu. Karena itu, iman kepada Qadha dan Qadar berarti kita harus ridha atau menerima adanya ketentuan ini.

Yang kedua, hasil maksimal yang akan mengantarkan seseorang mencapai kedudukan tinggi di sisi Allah (yaitu taqwa) memerlukan petunjuk dari kitabullah (Al-Qur'an). Al-Qur'an adalah ketetapan tertulis yang diberitahukan kepada manusia, untuk bereaksi benar, terutama dalam menghadapi Qadar dengan response-time panjang. Karena itu iman kepada Qadha dan Qadar juga berarti kita harus menerima ketentuan di dalam Al-Quran untuk dipakai sebagai pedoman dalam kehidupan kita.

Islam Agama Semesta
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu

dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku kepadamu

dan telah Aku ridhai Islam itu menjadi agamamu

(QS 5-Al Ma'idah:3)
Definisi Ad-Dien

Islam adalah diennullah (=agama Allah).



Istilah "dien" dalam Islam sebenarnya tidak cukup diterjemahkan dengan "agama" seperti yang biasa dipakai oleh ummat selain Islam, karena "dienullah" adalah seluruh sistem yang diturunkan Allah pada manusia untuk mengatur kehidupannya dalam segala aspeknya (aturan hidup), baik dalam hubungannya dengan Sang Pencipta maupun dengan sesama manusia dan makhluk lainnya. Dengan demikian "agama Allah" tidaklah sekedar masalah spiritual saja.
Semua nabi membawa Islam

Islam adalah risalah yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul, sejak Adam as. hingga Muhammad saw., utusan Allah yang terakhir. Semua nabi dan rasul itu menyeru umatnya ke jalan Islam, yaitu tunduk dan patuh serta berserah diri hanya kepada Allah swt, Tuhan Pencipta alam semesta.

Nabi Nuh berseru pada umatnya: "....aku disuruh supaya tergolong orang-orang muslim" (QS 10:72).

Nabi Ibrahim dan Ismail berdoa kepada Allah: " Ya Tuhan kami, jadikanlah kami sebagai orang-orang muslim" (QS 2:128).

Nabi Yaqub berwasiat pada anak-anaknya: "...Hai anakku, sesungguhnya Allah telah memilihkan Islam untukmu, maka janganlah mati melainkan tetap dalam keadaan Islam" (QS 2:132).

Nabi Yusuf berdoa agar diwafatkan sebagai muslim (QS 12:101).

Demikian pula Nabi Musa pada Bani Israil: "...Hai kaumku, jika kalian beriman, maka hanya kepada-Nya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang muslim. (QS 10:84)

Dan kaum Hawariyyin, pengikut Nabi Isa a.s. menyatakan: "Kami beriman pada Allah dan kami bersaksi bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim" (QS 3-Ali Imran:52).

Dan kepada Muhammad, Allah berfirman: "Dan Dia telah mensyariatkan agama kepadamu, sebagaimana telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, maka tegakkanlah agama dan janganlah kamu bercerai berai di dalamnya" (QS 42-Asy Syura:13).

Muhammad nabi penyempurna

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam bukan hanya disampaikan oleh Muhammad. Dan Muhammad itu adalah utusan Allah terakhir, penyempurna ajaran yang dibawa para nabi sebelumnya, dan beliaulah penutup para nabi. "....Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantaramu, tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup para nabi (QS 33-Al Ahzab:40).

Para nabi sebelum Muhammad saw diutus hanya untuk kaum tertentu pada masanya. Misalnya Musa dan Isa hanya diutus untuk Bani Israil17, Hud untuk kaum 'Ad, Shaleh untuk bangsa Tsamud. Begitu pula Nuh, Ibrahim dan Luth juga hanya untuk kaum pada masanya sebagaimana nabi yang lainnya. Sedang untuk Muhammad Allah berfirman "Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, tapi kebanyakan manusia tiada mengetahui" (QS 34-Saba:28). Pada ayat lain: "Dan tiadalah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS 21-Al Anbiya:107)"
Apakah Islam itu?

Menurut bahasa, Islam berasal dari kata aslama, artinya tunduk, berserah diri, yaitu tunduk dan berserah diri hanya kepada Allah Sang Pencipta. Orang yang sudah berserah diri inilah yang disebut muslim. Jadi, seorang muslim adalah orang yang telah menundukkan diri dengan sungguh-sungguh hanya kepada Allah, dan mengabdikan seluruh kehidupannya hanya agar mendapat ridha-Nya.

Lalu, apa yang dimaksud dengan Islam itu sebenarnya? Umar ra menceritakan:

"Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah saw, muncul seorang lelaki berpakaian sangat putih, berambut hitam legam, dan tak ada di antara kami yang mengenalnya serta tak ada bekas perjalanan padanya. Orang itu duduk di sisi Rasulullah saw dengan mendekatkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi, seraya berkata: "Hai Muhammad, jelaskan kepada kami tentang Islam!" Rasulullah bersabda: "Kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah jika kamu mampu".

Ia lalu berkata: "Benar engkau!" Kami heran, ia bertanya dan membenarkannya. Ia bertanya lagi: "Ceritakan kepada kami tentang iman!

Rasulullah bersabda: "Kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan Hari Akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk"

Ia berkata: "Benar! Ceritakan tentang ihsan kepada kami!" Rasul bersabda: "Ihsan ialah kamu beribadah kepada Allah seakan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya, maka engkau yakin bahwa Allah melihatmu".

Ia berkata: "Benar! Ceritakan tentang Hari Akhir! Rasul bersabda: "Penanya lebih tahu dari yang ditanya".

Ia berkata: "Ceritakan tanda-tandanya".

Rasul bersabda: "Bila hamba wanita melahirkan tuannya, dan perempuan jalang serta penggembala mampu membiayai pendirian gedung-gedung megah".

Ia membenarkannya dan kemudian meninggalkan kami. Aku terdiam, dan Rasul berkata: "Hai Umar, tahukah kamu siapa itu?" Jawabku: "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu". Rasul bersabda: "Itu adalah Jibril datang untuk mengajarkan agamamu sekalian" (HR Muslim).
Islam aturan paling harmoni

Dengan diutusnya Muhammad sebagai penutup para Nabi, berarti Allah telah menyempurnakan risalah-Nya, yaitu Al-Islam, sehingga sesudah Muhammad tidak akan ada lagi nabi yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya. Risalah yang dibawa para nabi sebelumnya hanya sesuai dengan keadaan masyarakat pada masa mereka diutus, dan tidak sesuai lagi dengan masa selanjutnya.

Risalah yang sudah sempurna ini tidak hanya sesuai untuk masyarakat pada zaman Muhammad, namun juga sesuai untuk masyarakat sesudahnya hingga akhir zaman untuk semua tempat di jagad raya. Islam sesuai dengan fitrah manusia. Dengan Islam, tidak akan ada lagi masalah kehidupan yang tidak terpecahkan, baik itu berhubungan dengan diri sendiri, masyarakat maupun alam lingkungan. Tidak ada lagi aturan yang lebih harmoni di alam ini selain Islam. Hanya aturan Islamlah yang akan diterima Allah. "Sesungguhnya dien (aturan hidup) disisi Allah adalah Islam (QS 3-Ali Imron:19)". "Barang siapa mencari aturan hidup selain Islam, maka tidak akan diterima-Nya, dan di akherat ia termasuk orang yang rugi (QS 3-Ali Imron:85).
Fondasi saja belumlah bangunan

Dari hadis di atas kita ketahui bahwa Islam itu didirikan di atas lima hal - Rukun Islam. Dengan demikian Rukun Islam tadi belumlah keseluruhan dari Islam, namun baru dasar/fondasinya saja. Dan ibarat sebuah bangunan, yang tidak hanya memiliki fondasi saja, namun juga dinding dan atap, begitu pula dengan bangunan Islam.

Rukun Islam itu baru dasar bangunan Islam. Sedang dindingnya adalah sistem Islam yang mengatur segala persoalan dalam kehidupan manusia, dan atapnya adalah amar ma'ruf nahi munkar, dakwah, hukum beserta sanksinya dan jihad. Dengan demikian Islam memiliki fondasi dan bangunannya sekaligus. Oleh karena itu jika ada yang mengatakan bahwa 5 rukun Islam itulah totalitas/keseluruhan Islam, maka itu merupakan kekeliruan besar. Keliru juga anggapan bahwa orang yang sudah mengerjakan rukun Islam yang 5, termasuk sudah haji, sudah sempurna Islamnya.

Fondasi bagi bangunan adalah hal utama. Kekuatan fondasi akan mempengaruhi kekuatan bangunan di atasnya. Seorang muslim yang punya fondasi kuat tidak akan mudah tergelincir ke jalan syetan. Meski hidup di luar negeri misalnya, sholatnya tidak pernah lupa, alkohol tetap dijauhinya, dan dia tetap menjalankan aturan Allah lainnya. Fondasi Islam adalah aqidah dan ibadah. Aqidah tercermin pada keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya (syahadat), serta keyakinannya pada Allah, Malaikat-Nya, Kitab suci-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhir dan Qadar-Nya (Rukun Iman). Sedang ibadah tercermin dalam shalat, puasa, zakat, dan haji.


Fondasi, Bangunan dan Atap Islam

Fondasi akan memberikan bentuk bangunan itu, sehingga orang akan mengenalinya, apakah itu sebuah rumah ataukah menara. Bangunan yang ditegakkan di atas fondasi rukun Islam dan Iman adalah sistem hidup Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Di dalam bangunan Islam akan kita ketemui sistem politik, militer, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, akhlak dsb. yang islami, yang semuanya menunjukkan suatu sistem yang sempurna dan harmoni.

Sebuah bangunan tentu juga memerlukan atap, yang melindungi dari sengatan terik matahari, siraman hujan, dan tiupan angin. Atap dalam bangunan Islam akan melindungi tetap tegaknya sistem Islam, agar masyarakatnya tetap berpegang pada syariat Islam dan selalu dalam ketundukan kepada Allah. Dakwah, amar ma'ruf nahi munkar, hukum dan sanksinya beserta jihad (=segala upaya yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk menegakkan kebenaran) terjalin dalam atap yang menaungi bangunan Islam. Amar ma'ruf (mengajak kepada kebenaran) menjaga agar seluruh kebaikan terjamin dalam negara, sementara nahi munkar (mengajak untuk menjauhi keburukan) menjaga agar seluruh jenis keburukan dan kejahatan terkubur dalam negara. Jihad dimaksudkan untuk menegakkan kekuasaan syariat Allah.

Secara ringkas, Islam adalah:



Atap pelindung



Jihad

Amar ma'ruf nahi munkar

Hukum dan sanksinya

Bangunan



Sistem politik, militer, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dll

Fondasi


Aqidah: Syahadah + Rukun Iman; Ibadah



Jangan seperti si buta meraba gajah!

Jelaslah, bangunan Islam itu adalah bangunan yang lengkap. Oleh sebab itu kita harus memandang Islam secara keseluruhan. Kita tidak bisa memandang dan menilai Islam hanya dari satu bagiannya saja. Kita tidak boleh bersikap seperti si buta yang mengatakan gajah itu panjang hanya karena kebetulan yang diraba adalah belalainya, atau lebar karena yang tepegang telinganya. Begitu pula kita tidak bisa mengatakan bahwa Islam itu berat karena harus sholat, puasa dan zakat dsb., atau kejam karena adanya hukum potong tangan dan rajam, ataupun beranggapan Islam itu tidak adil karena warisan untuk wanita hanya setengah bagian dari laki-laki. Namun kita harus melihat Islam secara utuh untuk mendapatkan gambaran bagaimana Islam itu sesungguhnya.


Musuh Islam utama adalah jahiliyah

Setiap bagian dari Islam mempunyai lawan yang disebut jahiliyah. Jadi, Jahiliyah adalah semua pemikiran, tingkah laku dan semua yang bertentangan dengan Islam. Dengan demikian ada aqidah jahiliyah, ahlaq jahiliyah, sistem pendidikan jahiliyah, cara hidup jahiliyah, undang-undang jahiliyah, dan jahiliyah lainnya. Kejahiliyahan ini tidak hanya ada pada zaman Nabi saja. Hingga zaman 'modern' ini, masih banyak kejahiliyahan yang kita jumpai. Contohnya mengikuti tradisi yang tidak jelas baik buruk akibatnya, percaya kepada takhayul termasuk menggunakan jimat sebagai penangkal bahaya, membela seseorang bukan karena ia benar tapi karena rasa sedarah / sesuku / sebangsa, berbusana yang menonjolkan aurat, pergaulan bebas pria wanita, dsb.

Seluruh bagian Islam bersumber dari Allah, sementara jahiliyah bersumber dari produk keterbatasan ilmu manusia yang dikuasai hawa nafsunya, yang kadang melihat sesuatu yang baik sebagai sesuatu yang buruk, dan sesuatu yang buruk sebagai sesuatu yang baik. Oleh karena itu kejahiliyahan hanya akan membawa kesesatan. Dan kejahiliyahan yang terbesar adalah jahiliyah dalam aqidah, yaitu menyekutukan Allah. Allah tidak akan mengampuni orang yang seperti ini. "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa orang yang menyekutukan-Nya, dan Dia akan ampuni dosa selain menyekutukan-Nya (QS 4:48)".

Allah telah menurunkan Islam dalam keadaan sempurna dan lengkap. Orang yang mengambil seluruh Islam, maka ia muslim. Namun barang siapa mengambil sebagian dan melalaikan bagian lainnya maka ia termasuk orang yang mencampur adukkan Islam dengan jahiliyah, dan ia termasuk orang yang ingkar dan akan mendapat siksa.


Yüklə 1,34 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   ...   14




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin