Panduan Masa Perayaan Paskah dan Pentakosta [mppp] 2014 Sinode gksbs pengantar



Yüklə 0,5 Mb.
səhifə5/9
tarix06.08.2018
ölçüsü0,5 Mb.
#67441
1   2   3   4   5   6   7   8   9

Liturgy:

  1. Nats Pembimbing : Mazmur 146:6-9

  2. Berita Anugerah : Yehezkiel 37:26-28

  3. Petunjuk Hidup Baru : Yohanes 12:35-36

  4. Nats Persembahan : Markus 11:9-10

Lagu-lagu :



  1. KJ 161

  2. PKJ 79

  3. KJ 160

  4. KJ 158

  5. KJ 162

  6. PKJ 185

***


Bahan Renungan Minggu Pra Paskah V; Tanggal, 7-12 April 2014

Bahan Bacaan: Roma 8:8-11
HIDUP DALAM KEBENARAN
Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi Roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus

dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu

oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu”. [Roma 8:10-11]
Merenungkan dan menghayati masa pra paskah, masa sebelum peristiwa Yesus Kristus menderita di salib, mati dan bangkit. Pada masa ini dalam kehidupan kita, kembali kita diajak untuk melihat ke dalam hati kita masing-masing. “Jika Kristus ada di dalam kamu, ...” atau “Jika Roh Dia,... diam di dalam kamu” maka hidupmu atau kehidupanmu ada dalam kebenaran. Mari kita cek, apakah Kristus dan Roh-Nya ada dalam diri kita? Pasti kita akan menjawab ya... apa buktinya? Yang pertama, adalah adanya tanda baptis yang kita telah terima baik ketika masih anak-anak yang kemudian mengaku percaya/sidi atau menerima baptis ketika sudah dewasa. Benar, namun belum sempurna atau belum utuh ketika dalam kehidupan orang yang dibaptis ini tidak menunjukkan kehidupan, karakter atau watak orang yang hidup dalam kebenaran.
Hidup dalam kebenaran, bukanlah hidup yang hanya rohaniah saja, atau hidup yang hanya percaya saja kepada Kristus. Tetapi kehidupan manusia yang dijiwai dan rohnya dipimpin dan dikuasai oleh Kristus dan Roh-Nya. Artinya bahwa perilaku, ucapan dan pikirannya itu berdasarkan Kristus yang ada dalam dirinya. Istilah lain adalah bahwa Kristus dengan segala sesuatu yang dialaminya itu men-darah daging dalam diri manusia. Hingga sungguh hidup dalam kebenaran, karena Kristus adalah Kebenaran.
Namun, siapakah yang dapat dengan sempurna melakukan itu semua? Tidak satu pun manusia dalam dunia ini yang benar-benar hidup secara benar, hanya Yesus Kristus. Namun bukan berarti kita sebagai manusia yang pasrah saja akan kehidupan ini, atau bahkan menjadi putus asa di kala sudah berusaha melakukan kebenaran itu namun tetap saja tidak sempurna. Melalui teks yang kita baca, diingatkan dan diteguhkan, bahwa kita sebagai orang-orang yang telah dibenarkan oleh Kristus, melalui pengorbanan-Nya di kayu Salib. Dengan kembali merayakan Paskah dalam Masa Perayaan Paskah Pentakosta [MPPP] 2014 GKSBS kita diajak kembali merenungkan, mengenang, menemukan serta merayakan bahwa kita sudah dibenarkan, dan dengan itu semua kita menjadi bersemangat untuk terus menerus. Daging /tubuh kita yang telah mati karena dosa, tetapi roh kita hidup karena Roh Kristus. Diri kita yang semula tidak benar, beroleh kebenaran dalam Kristus. Maka bersyukurlah, dan undanglah serta terimalah Kristus dan Roh-Nya dalam diri kita, dalam hati kita, dalam jiwa kita juga dalam darah kita. Amin.
Liturgi:

  1. Nyanyian Pembukaan : PKJ 79

  2. Nyanyian Pujian : KJ 157

  3. Doa pembukaan + Epiklese

  4. Renungan [Baca Kitab Suci + Renungan]

  5. Nyanyian Respon [+ Persembahan bila Ada] : PKJ 265

  6. Doa Syafaat

  7. Nyanyian Penutup : KJ 158

***

Bahan Bila ada gambar di lampiran ini, gambar tersebut tidak akan ditampilkan.  Unduh lampiran asli

Khotbah Minggu Pra Paskah VI; Tanggal, 13 April 2014

Warna Liturgis: Ungu

Bacaan: Matius 21 : 1 – 11

Tujuan: Warga jemaat tetap mengakui Yesus sebagai Raja.

KEPRIBADIAN YESUS SEBAGAI RAJA
Saudaraku  yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Kita semua pasti mengerti dan memahami kedudukan seorang raja, yang dulu sebelum Negara ini ada, banyak kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja sebagai penguasa tunggal. Pada saat ini, kedudukan dan wibawa raja dapat kita lihat, misalnya di Jogjakarta [Sri Sultan Hamengkubawana] dan Solo [Paku Bawana]. Di mata masyarakat Jogja dan Solo kedudukan seorang raja mempunyai keistimewaan jika dibanding dengan masyarakat biasa [awam]. Di satu sisi, seorang raja adalah sosok figur / tokoh yang dihormati, disegani dan diagungkan oleh rakyatnya. Keputusan raja harus dilaksanakan oleh rakyatnya [Jw. Sendhika Dhawuh], rakyat tidak boleh membangkang dan kemungkinan jika berpapasan dengan raja, rakyat harus merunduk untuk menghormatinya. Namun, di sisi lain, kekuasaan dan kemahatahuan raja ini masih sangat terbatas. Ia berkuasa di satu daerah atau tempat tertentu. Di luar daerahnya, ia hanya seorang manusia yang sama dengan manusia lainnya. Mengalami lapar, haus, sakit dsb. Tetapi berbeda dengan Yesus, ketika Ia menjabat sebagai Raja, Ia mempunyai kelebihan dibanding dengan raja-raja yang ada di dunia ini.

Melalui perikop bacaan kita dalam Matius 21 : 1 – 11, bersama kita akan merenungkan firman Tuhan dengan judul Kepribadian Yesus sebagai Raja, yang mempunyai kekuasaan dan kemahatahuan melebihi raja – raja di dunia.



Saudara – saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus

Perikop bacaan kita ini menceritakan peristiwa Yesus dieluk – elukkan ketika Ia masuk ke Yerusalem. Peristiwa ini menjelaskan beberapa pelajaran penting bagi kita orang percaya.

  Pertama, kedatangan Yesus bukanlah kedatangan yang tanpa perencanaan. Hal ini tampak pada ayat satu, disebutkan : “Ketika Yesus dan murid – muridNya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage, .…” [ay. 1]. Ada hal yang diperbuat oleh Yesus terhadap para murid dan orang banyak yang mengikuti – Nya. Yesus mengutus kedua murid – Nya untuk pergi ke kampung seberang dan mengambil seekor keledai betina dan anaknya yang sedang tertambat. Apa yang diperbuat Yesus terhadap kedua murid – Nya menunjukkan sikap kemahatahuan – Nya akan keberadaan ciptaan – Nya.

Dalam penjelasan berikutnya, Yesus memberikan antisipasi jawaban ketika nanti ditegor orang lain. Antisipasi jawaban ini menegaskan bahwa Allah – lah yang mempunyai segala sesuatu di dunia ini. Yesus mempertimbangkan hambatan yang akan dihadapi oleh kedua muridnya, berhubung keledai itu bukan miliknya. Mereka tidak boleh mengambilnya secara paksa dan secara diam – diam tanpa sepengetahuan dan ijin dari pemiliknya. Karena itu Yesus menjamin bahwa mereka akan memperolehnya. Lalu dengan mengatakan “Tuhan memerlukannya, dan Ia akan segera mengembalikannya” [ay. 3].Kedua murid itu pergi melakukan apa yang diperintahkan Yesus dengan tidak berkata apa – apa atau protes. Mereka melakukan tugasnya tidak dengan bersungut – sungut dan kuatir sebab Yesus yang menjamin mereka.

Setelah mendapatkan keledai yang dimaksud, para murid mengalasi keledai itu dengan pakaiannya sebelum Yesus memakainya. Bentuk pengalasan yang dilakukan menunjukkan sikap penghormatannya kepada Yesus. Selanjutnya, orang – orang yang mengikuti – Nya menaruh pakaian mereka sebagai alas kaki, adapula yang memotong ranting –  ranting dari pohon dan menaruhnya di jalan sambil berseru : “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang Mahatinggi, [ay. 9]”. Dengan demikian, peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus Raja yang rendah hati, tidak terlalu mementingkan kemewahan. Dan terlihat juga sikap para murid dan orang – orang yang mengikuti adalah sikap pengorbanannya dengan mengorbankan pakaiannya demi melayani Kristus. Dalam kemahatahuan – Nya, Yesus telah mempersiapkan kedatangan – Nya jauh sebelumnya. Akan tetapi yang menarik adalah persiapan Yesus bukan dengan sebuah kemegahan/kemeriahan, meskipun Yesus adalah Sang Raja, justru Ia memilih datang dengan kesederhanaan.

  Kedua, kedatangan – Nya Sang Raja Damai bukanlah untuk memerintahkan sebuah negara secara fisik/jasmani, melainkan bersifat rohani. Dia tidak datang untuk meluapkan amarah/murka – Nya, melainkan datang untuk memberitakan, membawa dan memberikan damai bagi bangsa – bangsa.

Sebagaimana yang dinubuatkan oleh nabi Zakharia. Bahwa kedatangan – Nya digambarkan lemah lembut dan dengan mengendarai seekor keledai bukan dengan mengendarai kuda, yang selalu dipakai dalam perang [Zak. 9:9–10]. Yesus tidak datang dengan kekuatan senjata melainkan dengan kasih.  Keledai pada saat itu sangat penting bagi pengembara, sebab keledai di pakai sebagai alat angkutan utama; Dan pada umumnya, keledai mampu menempuh perjalanan ± 30 km sehari. Keledai yang dimaksud adalah keledai yang mudah dijinakkan dan menjadi simbol kemanusiaan / kedamaian. Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa Yesus memakainya sebagai simbol kedatangan – Nya sebagai Raja Damai. 

Kedatangan Yesus ke dunia bukan untuk menjadi raja yang akan memimpin rakyat menggantikan pemerintahan Romawi. Yesus datang untuk menjadi Raja damai yang akan memerintah dalam hati setiap orang percaya.

 Ketiga, kedatangan Yesus Sang Raja Damai mestinya diresponi oleh setiap orang, karena kedatangan – Nya untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada – Nya.

Sesampainya Yesus dan orang banyak itu di Yerusalem maka gemparlah seluruh kota itu. Kata gempar di sini menunjukkan suatu bentuk keheranan, ketakjuban dan penasaran dari orang banyak yang berada di Yerusalem yang belum melihat Dia. Banyak orang heran dan penasaran karena melihat Yesus disambut dengan luar biasa dan meriah. Diantara orang – orang banyak Yerusalem itu bertanya “Siapakah orang ini ?”, [ay.10]. Lalu dijawab oleh para murid dan orang – orang yang mengikuti Yesus “Inilah nabi Yesus, dari Nazaret di Galilea”, [ay. 11]. Jawaban ini seakan terlontar secara spontan dari mereka yang mengikuti Yesus oleh karena sukacita yang penuh.


Saudara – Saudara yang mengasihi Tuhan Yesus Kristus

Bagaimana dengan kehidupan kita pada masa kini? Sebagai orang percaya masihkah kita mengakui Yesus sebagai Raja yang memerintah di hati kita? Di mata masyarakat Jogja dan Solo seorang raja adalah sosok figur / tokoh yang “harus” dihormati dan disegani oleh rakyatnya. Terlebih lagi dengan Yesus sebagai Raja. Ia tokoh yang harus kita hormati dan perintah – perintah Nya harus dilakukan. Meskipun Yesus datang tidak dengan kemewahan tetapi dengan kesederhanaan.

Akhirnya, marilah dalam kehidupan sehari – hari hendaknya kita meneladan sikap hidup Yesus. Meskipun sebagai Raja namun ia tetap mempunyai sikap kerendahan hati. Demikian juga ketika kita menjadi pemimpin hendaknya kita menjadi pribadi yang rendah hati, seperti Yesus. Di tengah terjadinya krisis kepemimpinan di kehidupan berbangsa dan bergereja, mari kita tetap mengakui Yesus sebagai Raja. Hal Itu tampak ketika kita hidup lebih bertanggun jawab, rendah hati, taat dan berani berkorban untuk kebaikan bersama. Mari kita membuka hati supaya Tuhan Yesus memerintah di hati kita sebagai Raja. Sehingga Kerajaan Allah semakin nyata di dunia ini. Amin [AW]
Liturgi


  1. Nyanyian pembuka : KJ. 10 : 1 – 2 / PKJ. 13 : 1 – 3

  2. Nats pembimbing  : Wah. 1 : 17 – 18

  3. Nyanyian pujian   : KJ. 183 : 1 – 2 / PKJ. 6 : 1 – 2

  4. Berita anugerah  : Ef. 2 : 17 – 22

  5. Nyanyian peneguhan : KJ. 161 : 1 – 2 / PKJ. 125 [2x]

  6. Nyanyian responsoria  : PKJ. 255

  7. Nats persembahan : 2 Kor. 9 : 6

  8. Ny. Persembahan : KJ. 287 : 1 - / PKJ. 146 : 1 -

  9. Ny. Pengutusan  : KJ. 365b : 1 – 2 / PKJ. 131

Bahan Bila ada gambar di lampiran ini, gambar tersebut tidak akan ditampilkan.  Unduh lampiran asli

Renungan Minggu Pra Paskah VI; Tanggal, 14 – 19 April 2014

Bacaan: Matius 26: 14 – 27

 

MAJU TERUS, PANTANG MUNDUR


Teks bacaan Alkitab pada saat ini menjelaskan kepada kita tentang pengkhianatan Yudas Iskariot terhadap Yesus. Secara manusiawi, perbuatan Yudas bersekongkol dengan para imam – imam kepala untuk menjual Yesus seharga 30 uang perak, adalah perbuatan yang tidak manusiawi. Namun demikian, perbuatan yang dilakukan Yudas “harus” terjadi sebagaimana Yesus berkata “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan” [ay. 24].

Hal itu dikatakan Yesus tatkala Ia melakukan Perjamuan Paskah bersama dengan para murid. Bisa jadi perjamuan yang dilakukan – Nya merupakan perjamuan yang terakhir sebelum Yesus di bawa ke kayu salib. Meskipun Yesus mengetahui bahwa Yudas akan menyerahkan – Nya ke imam – imam kepala tetapi Ia tidak lari mencari aman dari bahaya yang mengancamnya. Justru Yesus tetap mengasihi Yudas. Jika kita amati dalam firman Tuhan ini, sebenarnya Yesus mempunyai kesempatan untuk meninggalkan dan tidak melakukan perjamuan paskah bersama murid – murid. Bagi Yesus apa yang akan terjadi dan yang sedang dihadapi, adalah rencana Bapa – Nya. Yesus bersedia untuk menghadapi penderitaan yang akan dialami sewaktu – waktu.



Dalam Masa Penghayatan Prapaskah saat ini sebagaimana dalam teks firman Tuhan, adalah kesempatan untuk mawas diri agar kita pun siap untuk menghadapi penderitaan sewaktu – waktu. Ada baiknya disaat menghadapi penderitaan, kita dihadapi dengan:

  1. Selalu memandang kepada Yesus, yang tetap setia kepada BapaNya, tidak melarikan diri dari panggilanNya, Walaupun mengalami penderitaan tetap beriman kepada Tuhan Yesus.

  2. Mengintropeksi diri agar keberadaan dan kehadiran kita tidak mencelakan orang lain. Kehidupan Yudas dikuasai Iblis dan sikap materialistis sehingga kehadirannya mencelakakan orang lain. Sekalipun yang dilakukannya adalah penggenapan dari Tuhan dalam rangka menyelamatkan orang – orang percaya. Apa yang dilakukan Yudas terhadap Yesus kiranya menjadi perenungan dalam kehidupan kita bersama. Jangan – jangan cara hidup dan cara bertindak kita terkadang tanpa disadari ternyata mencelakakan orang lain atau membuat orang lain menderita sengsara. Dalam hal ini Yudas bisa dikatakan pribadi yang materialistis, dan biasanya seorang bersikap materialistis dengan mudah mencelakakan orang lain.

  1. Berani menghadapi berbagai hambatan dalam mewartakan kebenaran. Mewartakan kebenaran tidak hanya mengkhotbahkan ayat – ayat Alkitab, tidak kesana kemari bawa Alkitab lalu membacakannya keras – keras, memakai aksesoris – aksesoris rohani, melainkan mau hidup dan bicara benar dalam rangka mewujudkan damai sejahtera sudah bagian dari pewartaan kebenaran . Mewartakan kebenaran  tidak terlepas dari hambatan – hambatannya. Bisa jadi di ejek, di caci maki bahkan mungkin dilecehkan. Meskipun demikian yang kemungkinan akan terjadi tetapi firman Tuhan mengajar kita : untuk tidak melawan, memberontak atau balas dendam setimpal yang mereka lakukan. Jika kita hidup dalam firman – Nya maka orang – orang yang semena – mena dengan kehidupan kita, akan berhenti sendiri dan suatu saat akan menyesalinya. Sebagaimana setelah Yudas menyerahkan Yesus ke imam – imam kepala ia pun menyesal atas perbuatannya.

  Akhirnya, marilah senantiasa kita bersikap maju terus pantang mundur dalam menghadapi beraneka macam hambatan/masalah yang ada. Sebab melalui keberanian itulah kita akan belajar mendewasakan iman kita. Sebagaimana seorang pandai besi, ia membuat sebilah sabit maka besi itu akan dibakar dan ditempa berulangkali. Demikian juga agar iman kita semakin kuat harus berani menghadapi masalah yang muncul dari ketaatan kita kepada kehendak Tuhan. [AW]
Liturgi :

  1. Pujian pembukaan   : KJ. 15 : 1 – 2

  2. Doa Pembukaan  :

  3. Pujian penyambutan firman   : PKJ. 15 [2x]

  4. Pembacaan kitab suci dan renungan

  5. Doa syafaat    : Pokok – pokok doa dibagi oleh pemandu kepada peserta

  6. Penutup     : KJ. 329 : 1 – 2

Bahan Kotbah Jumat Agung 18 April 2014

Warna Liturgi Merah.

Bacaan: Yohanes 19:28-30

Tujuan: Agar jemaat meneladan ketaatan Kristus dalam kehidupan yang penuh tantangan,

sehingga imannya tetap setia kepada-Nya.
MENELADAN KETAATAN KRISTUS
Jemaat Tuhan yang mengasihi dan dikasihi Yesus,

Di tengah kehidupan yang mapan, aman dan tidak banyak gejolak, kesetiaan seseorang tentu lebih mudah untuk dipertahankan. Akan tetapi, jika kesetiaan seseorang itu diperhadapkan dengan ketidak pastian dan penderitaan masihkah dia tetap dapat setia?

Saat ini merupakan ujian yang berat bagi kesetiaan kita pada kehendak dan pengajaran Kristus, karena kita sering diperhadapkan dengan krisis kepercayaan yang diakibatkan oleh ketidak pastian yang diberikan dunia.

Gambaran situasi akhir-akhir ini bisa kita amati dan rasakan sebagai suatu keprihatinan yang mendalam yang berujung pada ketidak pastian menjalani kehidupan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan, bencana alam yang terjadi berturut-turut, tidak aman [pencurian, pembegalan], sulitnya mencari pekerjaan atau gagal panen. Semua itu bisa menjadi sumber stress dan depresi yang makin lama makin meningkat. Dalam situasi yang seperti itulah tidak heran jika ada banyak orang kehilangan kepercayaan. Tidak percaya pada orang lain dan diri sendiri, atau bahkan lebih tragis lagi menjadi tidak berani untuk menjalani kehidupan.


Jemaat kekasih Kristus,

Sebagai orang Kristen, sebenarnya kita tahu ada jaminan dan kepastian hidup dari Allah melalui Kristus, tetapi sayang, sering kita hanya sekedar tahu dan tidak ada kesadaran serta mengamininya. Maka tidak heran ketika krisis dalam kehidupan itu datang, luntur pula keyakinan kita. Terasa sulit menjadi orang Kristen, orang yang harus mempertahankan kesetiaan dan mewartakan cinta kasih serta keteladanan Kristus dalam kehidupan ini.

Kisah kematian Yesus Kristus di Injil Yohanes 19:28-30 dalam bacaan kita mengungkapkan kesetiaan dan ketaatan seorang Anak dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Bapa, di atas kayu salib. Kesetiaan itu dilakukan dengan segala kesadaran yang dimiliki-Nya. Sebelum Yesus berkata: “Sudah selesai”. Ia minta minum terlebih dahulu agar dapat mengucapkannya dengan jelas dan penuh dengan kesadaran. Dia yang tidak berdosa menyerahkan Diri-Nya untuk menanggung dosa manusia. Dia tahu dan sadar apa yang menjadi tujuan hidup-Nya, yaitu untuk menanggung dosa manusia, dan itu Dia lakukan dengan sempurna. Bukan tanpa derita karena peluh-Nya menetes seperti tetesan darah.
Saudaraku yang terkasih,

Kristus mendapat kemuliaan justru karena Dia mau merendahkan diri-Nya, taat dan berani menghadapi penderitaan di atas kayu Salib, di situlah Ia berkata dengan kesadaran-Nya: “Sudah selesai”. Pekerjaan yang diberikan Bapa sudah diselesaikan-Nya dengan sempurna. Sudah selesai, semua telah genap dan tamat, seluruh masa lalu kita dinyatakan selesai, kalau hutang dinyatakan lunas. Sudah selesai, kini manusia berdamai kembali dengan sang Penciptanya, dunia dan sorga dirukunkan kembali. Manusia sudah ditebus dan diperdamaikan. Anugerah keselamatan sudah diberikan.

Kisah penyaliban dan kematian Yesus menjadi sumber kekuatan kita untuk terus berjuang dalam ketatan dan kesetiaan pada-Nya. Dalam penderitaan di kayu salib sampai mati Yesus tidak pernah menghujat Bapa. Bukankah hidup adalah sebuah proses dan perjuangan? Perjuangan dalam suka dan duka. Perjuangan untuk bersedia menyerahkan diri kita dengan ketaatan dan kesetiaan bersama Kristus, karena keprihatinan yang saat ini kita alami dan rasakan tidak sebanding dengan pengorbanan Kristus. Mengikut Kristus tidak hanya berarti akan mengalami apa yang dialami Kristus yaitu kemenangan dan kemuliaan sesudah Ia bersedia menderita dan mati disalib, tetapi juga menunjuk pada proses kehidupan setiap hari dimana orang Kristen harus berjuang untuk mengikuti keteladanan-Nya, berusaha senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada Kristus sebagai buah ketaatan dan kesetiaan kita pada-Nya.
Jemaat yang dikasihi Kristus,

Dengan demikian, kita mampu bersikap dengan tegas dan tepat untuk memilih ya atau tidak terhadap tawaran-tawaran yang dunia berikan karena kita memiliki dasar atau acuan untuk bersikap dan memilih dengan tepat. Misalnya: dalam dunia kerja kita seringkali digoda untuk melakukan hal-hal yang melanggar aturan/hukum [KKN:Korupsi, Kolusi, dan Nipotisme]. Karena kita mempunyai dasar atau acuan kuat yaitu kesetiaan dan ketaatan kita kepada Kristus, maka kita tidak mudah untuk melakukan KKN.

Situasi zaman penuh kesulitan dan ketidakpastian yang kita hadapi dan rasakan dapat kita jalani dengan tabah serta penuh syukur. Iman yang penuh dengan kesetiaan kepada Kristus juga dapat diterjemahkan ditengah-tengah persaingan hidup yang ketat. Sikap yang tegas dan tepat dalam mengikut Kristus akan berdampak dalam kehidupan kita.

Kalau kita hidup berkenan kepadaNya, kita akan mengalami rakhmat-Nya setiap hari. Sebaliknya, bila kita tidak mau hidup berkenan kepada Kristus kita kehilangan kesempatan ini. Hanya masalahnya, memilih hidup berkenan dan penuh ketaatan kepada Kristus sesuai dengan keteladananNya kepada Bapa-Nya untuk meraih kemenangan yang sejati yaitu damai sejahtera tidaklah mudah. Harus diperjuangkan dan terus diperjuangkan. Amin. [Wyt]


Liturgi:

Nas Pembimbing : Filipi 4:12-13

Berita Anugerah : Fulipi 2:5-7

Nas Persembahan : I Tawarikh 29:13-14

Nyanyian : KJ. 10:1-2

KJ. 169:1-3

KJ. 175:1-3

KJ. 50a:1,2,6

KJ. 389a:1-3

KJ. 363:1-

KJ. 438:1-2

***
Bahan Khotbah Paskah Minggu, Tanggal, 20 April 2014



Bacaan: Kisah Rasul 10: 34-43

Tujuan: Jemaat menemukan makna Paskah bagi dirinya dan hidup didalamnya.
MEMAKNAI PASKAH
Jemaat yang dikasihi Kristus,

Hari ini kita kembali merayakan Paskah. Tentu ini bukan perayaan pertama bagi kita. Banyak diantara kita yang sudah merayakannya puluhan kali. Itu berarti bahwa tema-tema Paskah telah berkali-kali kita dengar dan dipelajari. Makna paskah telah berkali-kali kita temukan dan dihayati. Apalagi dengan adanya Masa Penghayatan Paskah, telah menolong kita menemukan makna Paskah. Meskipun demikian saya kembali mengajak Bapak/Ibu/saudara sekalian untuk mempelajarinya sekali lagi.

Jemaat yang dikasihi Kristus, Paskah adalah Perayaan Kebangkitan Tuhan Yesus. Ia adalah Yesus dari Nazaret: yang telah diurapi Allah dengan Roh Kudus dan kuat kuasa. Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, dengan penyertaan Allah. Dia yang telah dibunuh dan digantung pada kayu salib. Dia yang telah mati dan dikuburkan. Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri [ayat 38-40]. Dengan kebangkitannya Yesus telah mengalahkan kuasa maut. Yesus telah mengalahkan kuasa kematian. Hal ini berarti bahwa dengan kebangkitannya, kita memiliki pengharapan bahwa Yesus juga akan mengalahkan kuasa maut yang dialami oleh setiap manusia. Pada saatnya nanti, ketika Ia ember kedua kali, ia akan membangkitkan semua orang dari antara orang mati. Kebangkitan Kristus juga telah mengalahkan kuasa dosa yang membelenggu manusia. Setiap orang yang percaya pada kebangkitanNya, dosanya telah diampuni. Sehingga ia menjadi manusia yang kudus, suci dihadapan Allah. Dengan kebangkitannya, setiap orang percaya juga diberi kuasa untuk menang melawan godaan dan pencobaan yang senantiasa berusaha menjatuhkan kita ke dalam dosa.

Jemaat yang dikasihi Kristus, Setiap menghayati dan merayakan Paskah, saya diteguhkan akan satu kebenaran: “Allah adalah Tuhan bagi semua orang. Sebagaimana Petrus berbicara, katanya: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya. Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.” [ayat 34-36]. Pemahaman yang terus berkembang di kalangan bangsa Israel adalah bahwa hanya keturunan Abrahamlah yang akan menerima keselamatan, karena janji Allah ditujukan kepada Abraham dan keturunannya. Sedangkan bangsa-bangsa lain tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang akan diselamatkan. Dengan pemahaman tersebut, mereka telah membeda-bedakan orang, menurut ukuran mereka sendiri. Akibatnya, mereka tidak memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain.

Dengan kebangkitan Yesus, Israel tidak lagi berada dalam kedudukan yang istimewa, tidak lebih kudus ataupun lebih baik dari bangsa-bangsa lain dihadapan Allah. Kedudukan istimewa Israel hanyalah terletak pada kenyataan bahwa Allah telah memanggil bangsa ini untuk memunculkan daripadanya Sang Mesias, sebagaimana telah dijanjikan Allah kepada Abraham. Tetapi kini Kristus telah datang dan telah melaksanakan pekerjaanNya, maka perbedaan antara bangsa Israel dan bangsa lain dalam hal ini telah ditiadakan.

Firman Tuhan hari ini, menyadarkan kita bahwa Allah adalah Tuhan bagi semua orang. Allah tidak membeda-bedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan mengamalkan kebenaran akan diselamatkan. Oleh karena itu mari kita beritakan Injil kepada semua orang. Supaya mereka percaya, menerima berita Injil dan diselamatkan.

Jemaat yang dikasihi Kristus, Menghayati dan merayakan Paskah, tidaklah lengkap jika kita tidak menemukan adanya tugas yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya: “Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.” [ayat 42]. Petrus memberitahukan bahwa kesaksaian mereka tidak saja mengenai kebangkitan itu sendiri, tetapi juga mengenai tugas yang Yesus berikan kepada mereka untuk memberi kesaksaian tentang Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Yesus menugaskan murid-muridnya untuk memberitakan Injil.

Pada bagian lain, misalnya Matius 28:19 Yesus telah memberi perintah kepada murid-muridNya: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu….” Perintah itu juga ditujukan kepada kita, orang-orang percaya. Setiap orang percaya diperintahkan untuk pergi memberitakan Injil. Bagaimana caranya? Pertama; memberitakan Injil dengan Perkataan [PI verbal]. Yaitu menceritakan tentang Kristus dan karya-karyanya kepada orang lain. Kedua: memberitakan Ijil dengan perbuatan [PI non verbal]. Yaitu melakukan segala sesuatu yang telah Yesus perintahkan. Meneladan atau mencontoh hal-hal yang pernah Yesus lakukan. Serta tidak melakukan hal-hal yang dilarang Yesus.

Jemaat yang dikasihi Kristus, Adapun isi dari kesaksian yang harus Petrus dan kita beritakan ialah “Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.” [ayat 35] dan “... Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya." [ayat 43]. Dengan tegas Petrus mengemukakan bahwa menurut nubuat-nubuat dan menurut pemberitaan Yesus sendiri, Yesus adalah hakim atas orang-orang yang hidup dan yang mati, dan juru selamat yang menganugerahkan keselamatan dan pangampunan kepada semua orang yang percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru selamat satu-satunya. Percaya dan menerima Yesus sebagai jalan yang diberikan oleh Allah, yang melaluinya Allah mau berdamai dengan dunia yang berdosa ini.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus, melalui Paskah tahun ini, mari kita teguhkan pengkuan bahwa Yesus telah bangkit, Yesus telah menghapuskan dosa setiap orang percaya, Yesus telah memberi kuasa kepada setiap orang percaya untuk menjaga kekudusan hidupnya, dan Yesus telah memerintahkan orang percaya untuk menjadi saksi. Mari kita beritakan kebenaran ini kepada semua orang dengan sukacita. [Ath]



Yüklə 0,5 Mb.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©muhaz.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

gir | qeydiyyatdan keç
    Ana səhifə


yükləyin